Mengenal Ngacau Galamai, Konsep Gotong Royong saat Masak Dodol Khas Bengkulu
Tradisi ini masih terus dipertahankan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat.
Tradisi ini masih terus dipertahankan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat.
Mengenal Ngacau Galamai, Konsep Gotong Royong saat Masak Dodol Khas Bengkulu
Sumatera Barat tidak hanya terkenal dengan kuliner nasi kapau atau rendang yang sudah begitu mendunia. Namun, jenis makanan lainnya juga tidak kalah menarik untuk dicicipi.
Salah satu kudapan yang cukup istimewa yaitu Galamai. Ya, makanan ini secara kasat mata mirip seperti dodol atau jenang yang ada di Pulau Jawa. Uniknya, hampir seluruh suku di Indonesia memiliki kudapan yang satu ini. (Foto: Wikipeda)
-
Apa itu tradisi gacong? Mengutip Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Gacong merupakan petani dadakan yang datang tanpa diminta. Mereka biasanya warga di sekitar sawah atau kebun dan sudah mengetahui jadwal panen. Pelaku gacong ini akan dengan sukarela membantu petani utama dan pemilik sawah untuk memanen tanamannya yang luas.
-
Apa yang unik dari tradisi Tabot di Bengkulu? Konon tradisi ini sudah ada sejak abad ke-14 melalui proses akulturasi.
-
Bagaimana gotong royong dipraktikkan? Gotong royong juga tercermin dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia melalui adat-istiadat seperti gotong royong dalam perayaan keagamaan atau dalam membantu sesama dalam hal-hal yang mendesak.
-
Apa itu Tradisi Ngabungbang? Ngabungbang adalah ritual nyari sapeupeuting yang secara makna dalam bahasa Indonesia yaitu bergabung semalaman.
-
Kenapa tradisi gacong dilakukan? Karena pemilik lahan merasa terbantu, mereka akan diberi upah yakni dengan hitungan 5 banding satu. Jika mereka bisa mendapatkan 5 pocong, maka upah yang didapat adalah 1 pocong untuk dibawa pulang. Tradisi ini juga menjadi simbol persatuan bagi masyarakat kasepuhan, saling membantu dan meringankan pekerjaan antar warga.
-
Bagaimana masyarakat Batak Angkola saling membantu dalam tradisi Marpege-pege? Dalam upacara perkawinan Batak Angkola, setiap mempelai laki-laki wajib memberikan mahar yang menjadi alat yang dibayarkan kepada pihak keluarga perempuan yang akan dinikahi.
Namun, di Bengkulu terdapat sebuah tradisi dalam proses pembuatan Galamai yang dinamakan dengan Ngacau Galamai. Tradisi ini masih terus dipertahankan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat.
Proses Pengadukan yang Lama
Proses pembuatan Galamai memang memakan waktu yang cukup lama, yakni kurang lebih selama 7 jam dan seluruh adonan tersebut harus selalu diaduk hingga mengental. Untuk menghemat tenaga, maka proses pengadukan ini dilakukan secara gotong royong.
Melansir dari kanal Liputan6.com, setiap 15 menit sekali warga akan bergantian mengayun sendok berbahan kayu sepanjang satu meter. Keterlibatan Ngacau Galami ini tidak hanya orang tua, melainkan anak-anak juga ikut berkontribusi.
Apabila proses memasak sudah 3 jam, pergantian orang dalam mengayun sendoknya pun otomatis semakin singkat. Hal ini disebabkan adonan sudah mulai berat dan memerlukan tenaga yang cukup besar.
Biasanya kaum pria mulai mengambil alih dengan jarak waktu pergantian mengaduk dari 10 menit hingga lima menit saja.
Makan Bersama-sama
Setelah proses Ngacau Galamai selesai dilakukan, seluruh masyarakat berkumpul lalu duduk bersila di atas teras rumah atau berenda untuk melakukan santap makan bersama-sama.
Menu makan bersama ini dimasak secara khusus, biasanya makanan yang disajikan adalah Masak Asam Incek Kacang Merah yang terdiri dari kacang merah yang dimasak pedas bersama ikan teri kering serta kacang panjang.
Kemudian, ada juga menu Ikan Balur atau sejenis ikan asin besar yang dipotong-potong kemudian digoreng hingga kering. Lalu dikasih cabai hijau bersama bawang mentah dan disiram minyak goreng panas.
Ngota Baso Bengkulu
Setelah menyantap makan bersama-sama, biasanya warga akan mengobrol dan bersendau gurau sembari minum kopi untuk menunggu adonan Galamai dingin seutuhnya. Dalam percakapan ini masyarakat dilarang menggunakan bahasa lain, alias wajib menggunakan bahasa Melayu.
Adanya tradisi Ngacau Galamai ini menjadi simbol sebuah gotong royong yang mungkin saat ini sudah sulit dijumpai. Orang-orang sudah mulai individualis karena teknologi sudah serba cepat dan modern.
Kiranya, tradisi semacam ini akan terus abadi, selalu diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi agar tetap terjaga dengan baik.