Mengenal Perlanja Sira, Peran Kelompok Pedagang Berpengaruh di Pesisir Timur Sumatra Utara
Perlanja Sira, sosok perantara penting dalam distribusi komoditas perdagangan di Pesisir Timur Sumatra Utara.
Peran kelompok pedagang yang satu ini begitu berpengaruh di wilayah pesisir Sumatra Utara.
Mengenal Perlanja Sira, Peran Kelompok Pedagang Berpengaruh di Pesisir Timur Sumatra Utara
Pada zaman dahulu, kawasan Pulau Sumatra menjadi wilayah strategis dan jalur penting perdagangan internasional. Berbagai komoditas penting seperti lada, pala, beras, gambir, dan tanaman lainnya menjadi primadona para pedagang saat itu.
Di kawasan Pesisir Timur Sumatra Utara tepatnya Labuhan Deli menjadi salah satu pusat aktivitas perdagangan internasional. Kapal-kapal besar pun tak segan untuk bersandar di Labuhan Deli.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Bagaimana Pemkot Surakarta merelokasi Pasar Klitikan Notoharjo? Penghargaan itu diperoleh karena Pemkot Surakarta berhasil merelokasi pedagang di sana tanpa disertai kekerasan.
-
Apa yang ditemukan di Kota Lama Semarang? Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Apa yang ditemukan warga di Desa Surotrunan, Kebumen? Warga Desa Surotrunan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, dibuat heboh. Sebuah gundukan tanah misterius ditemukan pada salah satu pekarangan milik warga.
-
Kenapa Museum Kenangan Semeru dibangun? Museum yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Sumberwuluh bersama mahasiswa KKN Universitas Jember itu dapat menjadi media edukasi tentang bencana erupsi.
Tetapi, tidak semua komoditas yang sudah tiba di tangan para pedagang ini bisa diakses dengan mudah. Siapa sangka, proses distribusi dari petani menuju pedagang di dermaga bukanlah hal yang mudah.
Untuk menghindari sulitnya pendistribusian, lahirlah "perantara" untuk mempermudah segala urusan distribusi komoditas menuju tangan pedagang yang bernama Perlanja Sira. Lantas, siapakah mereka ini? Berikut ulasan selengkapnya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber.
Apa Itu Perlanja Sira?
Mengutip jalurrempah.kemdikbud.go.id, kata Perlanja Sira berasal dari bahasa Karo, yaitu "Perlanja" artinya memikul sedangkan "Sira" artinya garam. Maka, Perlanja Sira diartikan sebagai seseorang yang memikul garam.
Peran Perlanja Sira begitu penting, pasalnya merekalah yang membawa barang-barang dagangan dari pedalaman menuju ke pesisir atau dermaga agar sampai ke tangan pedagang.
Meski diartikan sebagai pemikul garam, namun para Perlanja Sira tak hanya mendistribusikan komoditi garam saja, melainkan hasil hutan yang cukup langka di pasaran saat itu terkadang mereka bawa ke pesisir.
Memikul Melewati Medan Berat
Pada zaman itu, moda transportasi darat masih begitu sulit. Ditambah akses menuju pedalaman yang curam dan ekstrem menjadi kendala utama pendistribusian komoditi menuju pesisir.
Perlanja Sira harus bekerja keras dalam membawa barang-barang komoditi tersebut. Mereka harus menempuh jarak bermil-mil dengan berjalan kaki sambil memikul barang. Maka dari itu, tidak semua orang bisa menjadi Perlanja Sira karena membutuhkan kekuatan fisik, mental, dan jiwa pengembara yang tinggi.
- Menyusuri Terowongan Kereta Api Sawahlunto, Salah Satu yang Terpanjang di Pulau Sumatra
- Mengenal Ulu Ambek, Seni Pertunjukan Bela Diri Khas Pesisir Barat Minangkabau
- Kisah Perdagangan Kain Belacu di Jambi pada Abad 17, Komoditas Bernilai Tinggi di Tanah Sumatra
- Cerita Pedagang Pohon Pinang Raup Omzet Rp6 Juta per Hari Jelang HUT ke-78 Indonesia
Kondisi bentang alam di Tanah Karo yang berbukit-bukit dan medan yang terjal, para Perlanja Sira pun saling bergotong royong dan saling berkoordinasi terkait rute atau jalur yang akan dilalui menuju pesisir.
Mengikat Rasa Persaudaraan
Keunikan Perlanja Sira ini mereka tidak ada rasa persaingan antar sesama. Mereka justru bersatu meskipun dari dua golongan yang berbeda, yaitu masyarakat pedalam dengan masyarakat pesisir.
Rasa persaudaraan ini terbangun karena kedua belah pihak memang saling membutuhkan, terutama dalam pemenuhan dan pendistribusian komoditas yang akan diperjualbelikan.
Dari Perlanja Sira kita belajar bahwa seluruh hasil bumi tak melulu soal persaingan dan adu domba, ternyata mampu mengikat rasa solidaritas dan persaudaraan yang tinggi antar sesama.
Terjadi Proses Migrasi
Seiring berjalannya waktu, para Perlanja Sira ini lambat laun terjadi proses migrasi yang tidak disengaja. Penyebab utamanya adalah jarak dari pedalaman menuju pesisir yang tergolong jauh dan memakan waktu berhari-hari, mengakibatkan Perlanja Sira membangun tempat tinggal atau tempat peristirahatan.
Para Perlanja Sira tak hanya sekedar lewat saja, tak sedikit dari mereka juga bermalam di sebuah tempat yang kemudian menjadi pusat aktivitas masyarakat atau bisa dibilang menjadi kampung.
Kota Binjai, menjadi salah satu wilayah bagi Perlanja Sira membangun tempat tinggal. Letak Binjai yang berada di tengah-tengah antara daerah pegunungan dan pesisir, menjadi tempat yang dirasa efektif bagi Perlanja Sira.