Mengenal Tingkilan, Ketika Warga Kutai Berbalas Pantun Sambil Bermain Musik Gambus
Bermain tingkilan punya daya tarik serta tantangan tersendiri, di mana para pemainnya harus bisa berbalas pantun sembari memainkan alat musik gambus.
Ada banyak tradisi khas masyarakat Kutai di Kalimantan Timur, salah satunya tingkilan yang kini terbilang langka. Kesenian ini erat kaitannya dengan seni memainkan alat musik gambus, dengan nuansa Islami yang kental.
Bermain tingkilan punya daya tarik serta tantangan tersendiri, di mana para pemainnya harus bisa berbalas pantun sembari memainkan alat musik. Tak hanya alat petik, karena tingkilan juga dilengkapi alat musik lain seperti kendang hingga gong untuk menciptakan suatu harmoni tradisional setempat.
-
Kapan Kabupaten Kutai Timur berdiri? Kabupaten yang berdiri pada 12 Oktober 1999 ini juga memiliki pantai sepanjang 500 kilometer persegi.
-
Apa yang menjadi ciri khas kerajinan tembaga di Desa Tumang? Ciri khas dari kerajinan tembaga di Tumang adalah teksturnya yang khas. Tekstur itu tidak bisa ditemukan pada kerajinan logam manapun. Selain itu, alat-alat yang digunakan untuk membuat kerajinan itu juga hanya ada di Tumang dan tak dijual di toko-toko manapun.
-
Apa yang menjadi ciri khas kerajinan di daerah Karet Tengsin? Di wilayah Karet Tengsin, kerajinan yang jadi andalan adalah industri kulit dan batik Betawi.Perkembangannya mulai melesat pada 1950-an, dan ditandai dengan tingginya permintaan pasar dan hadirnya berbagai motif.
-
Apa penghargaan yang diterima oleh Pemkab Kutai Timur? Penghargaan berupa Anugerah Meritokrasi ini diberikan berkat penerapan sistem merit dalam pembinaan kepegawaian di lingkup pemerintahan yang semakin baik.
-
Apa yang dilakukan Kemensos di Kabupaten Tulungagung? Kementerian Sosial berkolaborasi memberikan pelayanan operasi katarak bagi PPKS lanjut usia (lansia) di Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, menggandeng Pemkab Tulungagung, RSUD Dr. Iskak, YPP, SCTV, Indosiar serta Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI).
-
Apa yang menjadi ciri khas Kota Padangsidimpuan? Padangsidimpuan memiliki julukan "Kota Salak" karena letaknya yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung yang mayoritas menjadi perkebunan buah salak.
Menilik asal-usulnya, kesenian ini sudah jadi bagian dari acara kelokalan masyarakat setempat seperti hajat pernikahan, khitanan ataupun kegiatan pertanian. Mementaskan tingkilan akan membuat warga bersemangat untuk bekerja sekaligus menjalin silaturahmi antar warga.
Meski termasuk jarang, masih ada sejumlah wilayah yang melestarikan kesenian lawas ini salah satunya di Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bangalon, Kabupaten Kutai Timur. Kesenian ini jadi daya tarik unik yang masih lestari di sana.
Bermain Musik Gambus
Tingkilan merupakan budaya bermain musik gambus yang dilakukan oleh warga suku Kutai sejak abad ke-16 silam. Saat itu, terjadi percampuran budaya sehingga lahirlah tradisi memainkan musik gambus yang bercampur dengan kebudayaan Islam.
Tingkilan kemudian menjadi musik penyemangat yang terus menerus dimainkan, hingga identik dengan warga setempat. Akhirnya, orang-orang sekitar mulai memainkan di acara-acara adat yang biasa diadakan.
“Ketika alat musik gambus bisa dimainkan bersama gendangnya, itu yang kemudian disebut sebagai tingkilan,” kata salah satu pemerhati musik Kutai, Nursyamdani, di kanal Youtube TVRI Nasional, Selasa (8/10).
- Mengenal Tari Tayub Khas Sragen, Tonjolkan Nilai Kebersamaan dalam Budaya Jawa
- Mengenal Gendang Pampat, Musik Tradisional Suku Dayak Iban Sebagai Simbol Rasa Syukur
- Mengenal Serdam, Instrumen Musik Tiup Asli Lampung yang Terbuat dari Bambu Khusus
- Menelusuri Asal-usul Alat Musik Gambus, Pengaruh Budaya Timur Tengah yang Kental Nuansa Islam
Bermain Musik Gambus Sembari Bermain Pantun
Keunikan tingkilan tak sekedar dari lantunan nadanya, melainkan juga hadir dari pemainnya yang saling melempar pantun.
Biasanya, pemain tingkilan akan membuat pantun secara spontan dan melemparkannya dari apa yang ia lihat. Kemudian, pantun bisa dibalas oleh pemain lain seperti kendang atau gong hingga keduanya sudah tidak bisa saling berbalas.
Pemenang dari berbalas pantun ini adalah siapa yang mendapat tepuk tangan paling banyak dari para penonton.
Digunakan untuk Menyindir
Selain berbalas pantun, tingkilan juga menjadi media untuk saling menyindir dalam artian positif. Sindiran yang dimaksud adalah kritik untuk membangun, yang terkadang disisipkan bentuk komedi.
Biasanya, pesan yang disampaikan biasanya mengenai hubungan percintaan, hukum sosial, etika kemasyarakatan hingga masa depan negara.
Dalam jurnal yang ditulis Meita Setyawati berjudul "Tingkilan: Ekspresi Masyarakat Kutai Di Tenggarong, Kalimantan Timur Sebuah Kajian Seni Wisata" dari Program Pasca Sarjana UGM, tingkilan memiliki arti saling meningkah atau bersahut-sahutan. Ini erat kaitannya dalam membaca pantun dan mengingatkan akan suatu kebaikan.
Datang sebagai Media Dakwah
Tak dapat dipungkiri bahwa tingkilan berangkat dari kebudayaan melayu dan agama Islam yang dahulu masuk ke wilayah Kutai. Saat itu, seni musik ini digunakan untuk mengenalkan ajaran Nabi Muhammad melalui media kesenian.
Harapannya, masyarakat bisa menerima dan mengamalkan pesan kebaikan yang terkandung di dalamnya dan disampaikan oleh para ulama.
Ketika itu, budaya Arab turut membawa peran penting bagi penyebaran agama Islam. Salah satu yang dipakai adalah alat musik gambus yang ketika itu juga dikenal sebagai musik padang pasir. Lantunannya yang merdu, membuat gambus mampu diterima hingga beradaptasi dengan kebudayaan masyarakat Kutai.
Dikembangkan Secara Kreatif oleh Anak Muda
Saat ini ada upaya pengenalan kembali alat musik tingkilan agar lebih dikenal oleh masyarakat. Beberapa anak muda di Kutai pun mencoba mengkombinasikannya dengan alat musik lain, salah satunya ukulele.
Nada yang dihasilkan pun semakin bervariasi sehingga kehadirannya makin diterima oleh masyarakat luas. Kemudian, tema pantun juga lebih ke kehidupan sehari-hari remaja, dengan tema yang lebih variatif.
“Di samping itu, kita angkat juga tingkilan tradisionalnya. Kita giring anak-anak muda, agar kesenian ini tetap ada,” katanya, menambahkan.