Mengenal Tradisi Punggahan, Ritual Memaknai Datangnya Ramadhan di Sumut
Ada sebuah tradisi yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Sumatera Utara dalam menyambut Ramadhan, yaitu Tradisi Punggahan. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan sarana untuk berkumpul bersama masyarakat di sekitar tempat tinggal.
Indonesia adalah negara dengan jumlah Muslim terbanyak di dunia. Oleh karena itu, setiap daerah di Indonesia memiliki banyak ragam budaya yang bernuansa agama Islam.
Salah satu yang tidak bisa dilewatkan oleh umat Muslim di Indonesia adalah menyambut datangnya Bulan Ramadhan. Ada banyak sekali tradisi atau budaya yang bisa ditemui yang berkaitan dengan menyambut bulan suci ini, termasuk di daerah Sumatera Utara.
-
Apa tradisi unik Masjid Saka Tunggal Banyumas di bulan Ramadan? Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu masjid tua di Banyumas. Masjid itu konon sudah dibangun pada tahun 1288 Masehi. Namun ada versi lain yang menyebutkan kalau masjid itu berdiri pada tahun 1522 Masehi. Terlepas dari sejarahnya, masjid ini punya tradisi unik, terutama saat Bulan Ramadan. Salah satunya adalah tradisi mematikan lampu saat zikir setelah melaksanakan Salat Tarawih. Pada momen itu, lampu masjid dimatikan selama lima menit, setelah itu kembali dinyalakan.
-
Apa tradisi unik yang dilakukan di Masjid Al-Mahmudiyah Suro saat bulan Ramadan? Mengutip dari kanal Liputan6.com, masjid tertua di Palembang ini memiliki sebuah tradisi yang dilaksanakan ketika bulan puasa tiba, yaitu berbagi Bubur Suro gratis kepada masyarakat.
-
Kenapa memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa menjadi tradisi di bulan Ramadhan? Selain menjadi tradisi, memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa juga bisa membakar semangat untuk menjalankan puasa selama satu bulan.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Bagaimana cara mahasiswa asing UI merasakan keunikan tradisi Ramadan di Indonesia? Mereka diberikan kesempatan untuk lebih mengenal ibadah puasa termasuk tradisinya sebagai identitas nasional.
-
Di mana tradisi ruwahan dilakukan? Tradisi ini masih dilestarikan oleh warga di Jakarta, Bekasi, Depok dan sekitarnya.
Ada sebuah tradisi yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Sumatera Utara dalam menyambut Ramadhan, yaitu Tradisi Punggahan. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan sarana untuk berkumpul bersama masyarakat di sekitar tempat tinggal. Selain mengasyikkan, tradisi ini juga memiliki banyak nilai yang baik bagi kehidupan.
Arti Tradisi Punggahan
Dilansir dari laman mudanews, Tradisi Punggahan berasal dari kata munggah yang memiliki arti naik. Maksudnya tradisi ini diharapkan mampu menaikkan derajat manusia dalam menghadapi bulan puasa, baik secara lahiriyah dan batiniyah.
Sebagai Ungkapan Rasa Syukur
Tradisi Punggahan ini telah berlangsung dari jaman dulu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dengan datangnya Bulan Ramadhan. Di daerah lain, Tradisi Punggahan berlangsung sehari atau dua hari sebelum Ramadhan tiba, namun di Sumatera biasanya tradisi ini berlangsung di malam pertama Ramadhan.
Berbeda di Setiap Daerah
Masih dilansir dari laman mudanews, tradisi ini dilakukan hampir di semua daerah di Sumatera Utara, namun yang unik adalah ternyata setiap daerah melakukan tradisi ini dengan cara yang berbeda-beda.
Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Labuhanbatu Utara, tradisi ini dilakukan dengan mengadakan makan bersama seluruh warga di kampung. Masyarakat desa akan membawa makanan dan berkumpul di masjid yang berada di kampung itu. Kemudian, setelah itu masyarakat akan duduk bersama sebagai momentum mempererat tali silaturahmi, saling memaafkan dan membersihkan hati kepada tetangga dan sesama.
Namun, hal berbeda dilakukan oleh masyarakat di Batubara. Tradisi Punggahan yang dilakukan masyarakat di sana dalam menyambut Ramadhan dengan memotong hewan ternak jenis kerbau atau lembu yang dilaksanakan mulai 32 hari sebelum hari pertama Ramadhan.
Mempererat Persaudaraan Antar Sesama
Sumber: inspirasidata.com 2020 Merdeka.com
Dilansir dari laman IAIN Salatiga, Tradisi Punggahan hingga kini masih dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat Sumatera Utara. Selain karena untuk menghormati tradisi yang sudah ada, Tradisi Punggahan juga memiliki nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bermasyarakat.
Tradisi ini dijadikan momentum bagi masyarakat untuk mempererat kesatuan dan persatuan antar sesama. Dalam hal ini, warga menjadi berkumpul, saling menyapa, dan saling bersilaturahmi. Selain itu, tradisi ini juga mempererat kerukunan warga dalam bermasyarakat.
Sarana Mendoakan Orang Tua
Tradisi Punggahan juga digunakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk mendoakan orang tua yang telah meninggal dunia. Biasanya, masyarakat akan melantunkan doa-doa seperti tahlil dan bacaan Surah Yasin.
Lantunan doa-doa tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT untuk mendapatkan ketenangan jiwa, serta untuk mendoakan para arwah leluhur yakni para keluarga atau leluhur yang telah meninggal dunia, agar Allah SWT menempatkan arwahnya di tempat yang mulia.