Mengenang Sosok Abdul Kadir, "Si Kancil" Andalan Timnas Indonesia yang Mulai Terlupakan
Pemain legendaris Timnas Indonesia yang berposisi sebagai sayap ini dikenal dengan kelincahannya mengolah si kulit bundar saat berada di lapangan hijau.
Pemain legendaris Timnas Indonesia yang berposisi sebagai sayap ini dikenal dengan kelincahannya mengolah si kulit bundar saat berada di lapangan hijau.
Mengenang Sosok Abdul Kadir, "Si Kancil" Andalan Timnas Indonesia yang Mulai Terlupakan
Nama Abdul Sulaiman Kadir atau biasa disapa dengan Abdul Kadir ini mungkin terdengar asing di telinga pecinta sepakbola zaman sekarang. Namun namanya begitu tenar dan menjadi pemain andalan Tim Nasional Indonesia dari tahun 1965 sampai 1979.
Terkenal lincah dan gesit saat mengolah bola di atas lapangan, Abdul pun mendapat julukan sebagai "Si Kancil". Ia juga menjadi pemain satu-satunya yang memegang rekor jumlah penampilan dan pencetak gol terbanyak bagi Timnas Indonesia. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa pemain legendaris Persija Jakarta yang dijuluki "Dokter"? Endang Witarsa alias Lim Sun Yu atau Liem Soen Joe lahir di Kebumen, 16 Oktober 1916. Sejak kecil dirinya sudah jatuh cinta dengan si kulit bundar. Lebih dari itu, ia juga kerap keliling menonton sepak bola bersama teman-temannya hingga ke Yogyakarta, Purworejo, dan Kutoarjo.Semasa dirinya menjadi pelatih, Endang terkenal dengan sosok yang galak dan juga keras. Dia tak segan-segan menegur anak asuhnya apabila bermain tidak sesuai arahannya. Awal Karier Sepak Bola Mengutip Instagram @umsfc1905, karier Endang Witarsa di dunia sepak bola ketika dirinya bermain untuk klub Union Makes Strength atau UMS di Jakarta yang pada saat itu masih bernama Tiong Hoa Hwee Koan Scholar Football Club. Uniknya, saat bersama UMS ia kerap disapa dengan sebutan "Dokter". Hal ini dikarenakan dirinya sudah mendapatkan gelar dokter gigi.
-
Siapa sosok atlet catur legendaris Indonesia yang berasal dari Tanah Karo? Atlet catur legendaris Indonesia yang satu ini memiliki gaya bermain yang taktis dan sudah menyabet beberapa gelar skala internasional.
-
Di mana atlet bulu tangkis Indonesia disambut meriah oleh para penggemar? Tak hanya disambut oleh petinggi bulu tangkis tanah air, para juara All England 2024 ini juga disambut meriah oleh para penggemar. Mereka menyanyikan lagu nasional mengiringi kedatangan para atlet di bandara.
-
Siapa yang cedera di pertandingan timnas Indonesia melawan Thailand? Semoga saja, cederanya tak serius dan ia lekas sembuh. Jadi Da Bin bisa bermain lagi dan bisa membela Indonesia di Kualifikasi Piala Asia U-20 2025. Aaammiinnn!
-
Kenapa Endang Witarsa menjadi pelatih legendaris di Indonesia? Maka dari itu, namanya sangat pantas disejajarkan sebagai pelatih legendaris sepanjang masa Timnas Indonesia.
-
Apa prestasi terbesar yang pernah diraih Timnas Indonesia di SEA Games? Prestasi Timnas tertinggi adalah raihan medali emas di ajang Sea Games tahun 1987 setelah menang tipis 1-0 dari Malaysia di final dan pada tahun 1991 saat mengalahkan Tim Gajah Putih melalui drama adu penalti.
Dihimpun dari beberapa sumber, pada tahun 2021 namanya tercatat dalam anggota FIFA Century Club dan menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang berada di posisi tersebut.
Dalam karier klubnya, Abdul Kadir sempat bermain untuk tim-tim raksasa liga utama Indonesia seperti PSMS Medan, Persebaya Surabaya, hingga Arseto Jakarta. Lalu bagaimana perjalanan kariernya di kancah sepakbola? Berikut informasinya.
Mulai dari Klub Amatir
Dilansir dari bola.net, pemain kelahiran Denpasar, Bali, 27 Desember tahun 1948 ini sudah sejak kecil hobi bermain sepakbola. Klub pertama yang menjadi karier awal Abdul yakni Assyabaab di Surabaya. Tak lama, ia bergabung dengan salah satu klub Galatama yaitu Pardedetex, klub kaya dari Sumut.
Bermain sebagai pemain sayap, dengan tubuhnya yang mungil justru sangat menguntungkan dirinya. Hal ini dikarenakan kelincahan yang ditunjukkan saat pertandingan itu menjadi salah satu ciri khasnya.
Bersama Timnas, ia sudah meraih beberapa prestasi seperti Piala Raja tahun 1968, Merdeka Games 1969, dan Pesta Sukan Singapura pada tahun 1972. Kemudian, Abdul pernah membawa Timnas menjadi runner up Piala Presiden Korsel tahun 1970-1972.
Dampingi Pele
Kelincahan yang dimiliki Abdul pun kemudian disamakan dengan gaya permainan pemain legendaris Brazil sepanjang masa yaitu Pele. Memang, Abdul juga memiliki keahlian yang tidak kalah beda dengan Pele.
Pele bersama klub Santos pernah bermain di Stadion Gelora Bung Karno pada bulan Juni 1972 saat sedang berada dipuncak kejayaannya setelah membawa Timnas Brazil meraih juara Piala Dunia 1970.
Tak sampai situ, ketika Pele diundang oleh stasiun TVRI menjadi bintang tamu lalu mempertontonkan kepiawaiannya dalam mengolah bola, dan ada pemain Indonesia yang juga kesempatan mendampingi Pele, disitulah Abdul Kadir atau Si Kancil berdiri.
- Dikalahkan Timnas Indonesia, Legenda Sebut Penampilan Arab Saudi Memalukan dan Terburuk
- Suasana Ruang Ganti Pemain Timnas Indonesia Diungkap Sang Manajer, Penuh Kehangatan dan Makin Kompak
- Sosok Andi Ramang, Pemain Legendaris PSM yang Menjadi Mitos Perjalanan Sepak Bola Indonesia
- Sosok Zulkarnain Lubis, Pemain Legendaris Asal Sumatra Utara yang Dijuluki Si Maradona Indonesia
Momen Olimpiade München 1972
Saat mengikuti olimpiade tahun 1972 di München, Abdul Kadir juga terlibat dalam sejarah Timnas Indonesia yang di luar prediksi mengalami kekalahan saat babak penyisihan grup. Banyak orang termasuk Presiden FIFA saat itu yang mengandalkan Abdul dkk agar meraih kemenangan dan lolos ke babak selanjutnya.
Saat itu Indonesia berada satu grup dengan Thailand, India, dan Israel. Pertandingan pertama tim Garuda berhasil meraih kemenangan dengan skor 4-0 melawan Thailand, lalu saat pertandingan terakhir, Abdul Kadir dkk harus tunduk terhadap Israel dengan skor 1-0.
Mungkin apabila hasil melawan Israel berakhir imbang, maka Indonesia sudah pasti mendapatkan tiket untuk melaju ke Semifinal.
Akhir Karier
Meski perjalanan karier Abdul Kadir di dunia sepakbola sangatlah gemilang, namun di balik itu semua ia harus mengorbankan kehidupan pribadinya yang serba kekurangan. Kemudian, ditambah dengan penyakit ginjal, jantung, dan darah tinggi semakin menekan perekonomiannya.
Dengan kondisi yang menerpanya, ia harus mengurungkan niat untuk bermain sepakbola bahkan membela Timnas Indonesia sekalipun. Tahun 2002, ia memaksa dirinya untuk bisa melihat langsung tim nasional bermain dan meraih hasil kemenangan.
Nahas, Abdul Kadir meninggal di Jakarta pada tanggal 4 April 2003 saat usianya menginjak 55 tahun. Sedihnya lagi, setelah Abdul meninggal kehidupan keluarganya semakin menyedihkan. Sang anak pun meninggal dunia pada tahun 2005 karena sakit tipes akibat tidak ada biaya berobat.