Mengulik Sara Wangahalo, Sistem Penanggalan Tradisional Milik Masyarakat Nias
Sebelum mengenal kalender Masehi, warga Suku Nias sudah memiliki sistem penanggalan sendiri.
Beberapa etnis suku di Indonesia mempunyai sistem penanggalan tradisional untuk kegiatan sehari-harinya.
Mengulik Sara Wangahalo, Sistem Penanggalan Tradisional Milik Masyarakat Nias
Suku Nias merupakan kelompok masyarakat yang memiliki segudang kebudayaan tradisional yang sampai saat ini masih terus dilestarikan. Sebelum mengenal kalender Masehi, warga Suku Nias sudah memiliki sistem penanggalan sendiri yang bernama Sara Wangahalo.
Sara Wangahalo merupakan kalender tahunan yang digunakan oleh warga Suku Nias dalam kegiatan pertanian. Penentuan Sara Wanghalo sendiri berasal dari siklus bulan atau fase bulan yang memiliki perhitungan tertentu.
-
Apa isi dari Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur? Naskah ini diketahui berisi tentang ajaran kebaikan yang dibawa oleh Tuhan. Konon jika diamalkan dengan sungguh-sungguh, sifat ketuhanan yang ada di sana bisa tumbuh di dalam diri manusia.
-
Apa itu SARA? SARA adalah singkatan dari suku, agama, ras, dan antargolongan, yang merujuk pada faktor-faktor identitas yang sering kali menjadi penyebab konflik horizontal dan vertikal dalam masyarakat.
-
Siapa yang memuji penampilan Sara Wijayanto? Komentar Followers "Wow, si Nyai ini cantik banget, kayak ABG gitu loh!" tulis seorang followers. "Gemes deh, kakak, bener-benar kaya anak gadis," tambah user lainnya.
-
Kapan Sahrul Gunawan diwisuda? Alhamdulillah, guys! Hari ini, Selasa, 21 November 2023, setelah sukses banget lulus sidang tesis bulan April kemarin, kita semua merayakan Wisuda Magister Ilmu tafsir Al Quran universitas PTIQ yang pertama.
-
Apa yang ditemukan warga di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Wonosobo? Di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Wonosobo terdapat makam-makam para wali dan ulama yang ternyata palsu.
-
Di mana Sarah Tumiwa kuliah? Katanya Sarah kuliah S1 di BINUS.
Tak hanya itu, sistem penanggalan Suku Nias ini juga kerap digunakan untuk menentukan hari baik dan hari buruk dan untuk memecahkan lahirnya kota Gunungsitoli, Ibukota Nias.
Penasaran dengan sistem penanggalan unik dari Nias? Simak ulasannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Kalender Musim Pertanian
Mengutip dari beberapa sumber, sistem penanggalan Suku Nias masih berkaitan dengan waktu musim pertanian dari menanam hingga panen. Mereka biasa menyebut penanggalan ini dengan istilah bulan, berpatok pada fase bulan selama 29 hinggga 30 hari.
Selama 30 bulan (hari) terbagi dalam 2 fase yaitu 15 Bulan terang dan 15 terakhir Bulan mati. Dalam 1 tahun pertanian terdiri dari 12 hingga 13 siklus bulan, sehingga terdapat perhitungan 354/355/383/384 dan seterusnya.
Dalam menentukan awal bulan, warga Suku Nias mengandalkan pada kemunculan bulan dengan istilah Bulan Sabit Kecil.
Penggunaan Penanggalan Luni-Solar
Melansir dari Jurnal Ilmu Falak dan Astronomi "Sistem Penanggalan Suku Nias Perspektif Ilmu Falak dan Astronomi" (2021), dalam siklus 1 periode musim pertanian, terdiri dari 19 tahun dengan siklus metonik dan diakhiri siklus tahunan pertanian.
Setiap menentukan awal tahun, mereka mengacu pada munculnya Bintang Orion.
Dalam acuan ini, disebut dengan istilah sistem penanggalan Luni-Solar yang mengandalkan Bulan dan Matahari untuk musim pertanian.
- Mengenal Keuneunong, Sistem Penanggalan Kuno Suku Kluet Aceh saat Musim Tanam
- Mengenal Dongkrek, Kesenian Tradisional dari Madiun yang Hampir Punah
- Mengenal Tradisi Perang Pandan di Timur Bali, Rutin Dilaksanakan Meski Sebabkan Luka-Luka
- Unik, Ini Nama-Nama Hari Sendiri dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui
Penentuan Bulan Baik & Buruk
Selain digunakan untuk menentukan musim tanam, Sara Wangahalo juga digunakan untuk pengacuan atau penetapan bulan baik dan buruk.
Penentuan ini dilakukan dan hanya diketahui oleh seorang pemuka agama adat atau disebut Ere yang di mana setiap daerah memiliki ketentuannya masing-masing.
Hal ini tak lepas dari sistem kepercayaan warga Nias warisan nenek moyang yang menganut ajaran Animisme.
Bagi warga Suku Nias, penentuan bulan baik dan bulan buruk sudah menjadi tradisi dan kearifak lokal setempat. Tak sedikit dari mereka bersosialisasi dengan alam sekitar agar kehidupannya berjalan sesuai apa yang telah diharapkan.