Mengenal Tradisi Perang Pandan di Timur Bali, Rutin Dilaksanakan Meski Sebabkan Luka-Luka
Tradisi perang pandan di Bali yang biasa sebabkan luka-luka para pemainnya.
Tradisi perang pandan di Bali yang biasa sebabkan luka-luka para pemainnya.
Mengenal Tradisi Perang Pandan di Timur Bali, Rutin Dilaksanakan Meski Sebabkan Luka-Luka
Perang pandan atau mekare-kare adalah tradisi yang digelar oleh masyarakat di Kabupaten Karangasem, Bali.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, tradisi perang pandan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Indra (dewa perang) dan para leluhur.
Perang pandan rutin dilaksanakan setiap tahun pada bulan kelima perhitungan Kalender Khusus Desa Tenganan Pegringsingan. Simak ulasannya:
Tradisi Perang Pandan
Seperti disebutkan di atas, jika tradisi perang pandang biasanya dilaksanakan pada sasih kalima atau bulan ke lima kalender khusus.
Jika dilihat dalam kalender Masehi maka tradisi ini akan berlangsung pada sekitar bulan Juni.
Tradisi ini disebut sebagai Perang Pandan karena menggunakan pandan berduri sebagai senjata utama.
Pandan yang berduri akan dipotong dengan ukuran yang sama, kemudian diikat layaknya senjata dalam perang.
Peserta perang pandan adalah laki-laki yang hanya mengenakan sarung (kamen), selendang (saput), dan ikat kepala (udeng) tanpa baju.
Mereka hanya membawa pandan sebagai senjata dan perisai dari rotan untuk melindungi diri.
Acara dimulai dengan upacara memohon keselamatan dan ritual menuangkan tuak.
Kemudian, perang pandan dimulai dan diawasi oleh seorang wasit.
Kedua peserta akan saling menyerang menggunakan pandan dengan diiringi alunan tabuhan gamelan.
Peserta Alami Luka
Setelah mengikuti perang pandan, hampir semua peserta biasanya akan mengalami luka di sekujur tubuhnya akibat terkena duri pandan.
Biasanya, selepas acara tubuh pada peserta akan diolesi ramuan tradisional dari parutan kunyit dan lengkuas dengan ditambah minyak kelapa untuk mengobatinya.
Perang Pandan Bentuk Penghormatan
Tradisi ini adala ritual Sasih Sembah, yaitu ritual terbesar yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra atau Dewa Perang.
Berdasarkan informasi, disebutkan jika masyarakat di Desa Tenganan memiliki kepercayaan yang berbeda dari masyarakat Bali pada umumnya.
Masyarakat di Desa Tenganan menganut agama Hindu Indra.
Pemeluk agama ini tidak membedakan umatnya dalam kasta.
Mereka juga menempatkan Dewa Indra sebagai Dewa tertinggi.