Warga di Tapsel Dilanda Banjir Nekat Tak Mengungsi, Ini Alasannya
Hujan deras dengan intensitas tinggi membuat Sungai Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatra Utara (Sumut), meluap dan merendam sejumlah desa di daerah tersebut.
Hujan deras dengan intensitas tinggi membuat Sungai Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatra Utara (Sumut) meluap dan merendam sejumlah desa di daerah tersebut. Desa yang saat ini terendam banjir di antaranya Desa Simataniari, Dusun Dua Muara Pardomuan, Dusun Tiga Setia Baru, Desa Rianiate, di Kelurahan Rianiate, Kecamatan Angkola Sangkunur.
Di Lingkungan I, Kelurahan Rianiate, diperkirakan ada 90 kepala keluarga (KK) yang saat ini rumahnya terendam banjir. Sementara di Dusun Dua Muara Pardomuan, Dusun Tiga Setia Baru dan Desa Rianiate, total ada sekitar 150 KK yang juga terdampak banjir.
-
Di mana lokasi Dusun Nusupan yang rawan banjir? Dukuh Nusupan yang berada di Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, merupakan daerah rawan banjir.
-
Bagaimana nasi kuning di Sukabumi menjadi 'banjir'? Tetapi kata banjir di sini merujuk dari banyaknya kuah sayur yang dituang ke dalam satu piring nasi kuning.
-
Dimana saja lokasi rawan banjir di Kabupaten Banyumas? Wilayah rawan longsor di Kabupaten Banyumas, antara lain Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, Gumelar, Pekuncen, Lumbir, Banyumas, Ajibarang, dan Kedungbanteng. Sementara wilayah rawan banjir di antaranya Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, Lumbir, dan Wangon,"
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
-
Di mana Lontong Banjur dijual? Jika tertarik lontong banjur ini bisa diburu di Jalan Cibadak Nomor 8, Karanganyar, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat.
-
Kapan benua ini tenggelam? Sekitar 70.000 tahun yang lalu, daratan luas yang kini tenggelam di lepas pantai Australia kemungkinan pernah ditinggali setengah juta manusia.
Banjir ini melanda sejumlah daerah tersebut sejak Kamis (16/12) dan hingga Jumat (17/12) banjir belum juga surut. Bahkan ketinggian air semakin naik karena hujan yang turun terus menerus.
Sejumlah warga yang terdampak dikabarkan ada sebagian yang mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Namun sebagian besar warga masih memilih untuk bertahan di rumah mereka.
"Warga yang mengungsi khusus RT 1, Lingkungan I, Kelurahan Rianiate, Kecamatan Angkola Sangkunur. Diperkirakan ada 90 kepala keluarga. Sebagaian besar masih bertahan, walau sebagian ada mengungsi ke rumah-rumah famili/tetangga yang aman," kata salah satu warga, Jalal Nasution pada Jumat (17/12).
Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya.
Aktivitas Warga Berjalan seperti Biasa
Jalal mengatakan, saat ini aktivitas warga di wilayahnya masih berjalan seperti biasa. Sebagian warga sibuk menyelamatkan barang-barang agar tidak terendam. Bahkan, anak-anak sekolah masi mengikuti proses belajar mengajar.
Untuk istirahat tidur dan aktivitas memasak, warga masih melakukan di rumah masing-masing. Namun aktivitas di kebun sedikit terganggu karena banyak dari kebun warga yang terendam banjir.
Namun, untuk aktivitas di SD Negeri 101306 dan SMP Negeri 2 di Desa Simataniari sementara ini ditiadakan akibat sekolah yang terendam air. Ditambah dengan kondisi cuaca yang masih turun hujan sejak dua hari terakhir.
Warga Tinggikan Bangunan Rumah
Jalal mengaku, saking seringnya banjir, warga sudah terbiasa dengan banjir yang hampir setiap tahun melanda wilayah tersebut. Daerah itu memang selalu mendapatkan banjir kiriman dari hulu Sungai Batang Toru.
"Kami sudah terbiasa dengan menghadapi banjir, dan hampir setiap tahun berlangsung. Bila Sungai Batang Toru meluap/ada banjir kiriman di hulu Batang Toru, Rianiate selalu terimbas banjir," ungkapnya.
Warga pun masih banyak yang enggan mengungsi lantaran banyak dari warga yang meninggikan bangunan rumahnya, agar ketika air naik masih bisa menjadi tempat bernaung.
"Warga pintar dan nekat. Karena sudah memodifikasi tempat tidur dan tempat memasak yang posisinya tinggi, bilamana banjir masih bisa bertahan hidup dalam rumah," kata Kepala Desa Simataniari, Habibullah Harahap.
Saat ini warga masih enggan meninggalkan rumah mereka, kecuali kondisi semakin mengancam. Sebagian warga bahkan beraktivitas menggunakan perahu sampan untuk keluar/masuk rumah.