5 Teleskop raksasa ini akan ungkap asal usul alam semesta
Teleskop-teleskop yang tengah dibangun ini menghabiskan dana belasan triliun rupiah per unitnya
Beragam prediksi terkait dunia astronomi semakin menggila. Mulai dari penemuan alien hingga penemuan Bumi 'baru' terus bergulir dari berbagai ahli astronomi di dunia.
Salah satu alasan dari banyaknya spekulasi positif ini adalah pembangunan teleskop-teleskop raksasa yang tengah dilakukan di berbagai belahan dunia. Pembangunan yang paling menyita perhatian adalah teleskop raksasa yang ada di Chile dan Hawaii.
-
Apa yang ditemukan oleh para astronom di luar angkasa? Para astronom telah mendeteksi partikel langka dan berenergi sangat besar yang jatuh ke Bumi dari luar angkasa.
-
Di mana daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia ini diumumkan? Peringkat tersebut didasarkan pada analisis dampak sitasi di berbagai disiplin ilmu yang diambil dari database Scopus. Setiap tahun, lembaga ini memilih 100.000 ilmuwan dari seluruh dunia yang aktif di berbagai institusi akademik.
-
Apa saja situs yang termasuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia terbaru? 7 Keajaiban dunia yang masuk dalam daftar terbaru digagas oleh sebuah yayasan dari Swiss bernama New Open World Corporation (NOWC).Penetapan Keajaiban Dunia Baru ini dilakukan berdasarkan pemungutan suara oleh lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia.
-
Kenapa banyaknya satelit Starlink mengganggu pengamatan astronomi? Dari 68 satelit yang diamati selama studi baru-baru ini, tim mendeteksi radiasi antara 110 dan 188 MHz dari 47 satelit Starlink. Kisaran ini melanggar batas pita 150,05 dan 153 MHz yang dilindungi, yang dialokasikan oleh International Telecommunications Union (ITU).
-
Apa yang tertangkap oleh Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Berapa jumlah planet yang telah ditemukan oleh para astronom? Sejauh ini, para astronom telah berhasil menemukan 5.502 planet di sekitar bintang lain di luar Bima Sakti.
Untuk membangun teleskop raksasa, berbagai cara ekstrem pun dilakukan, seperti meledakkan gunung. Cara-cara 'mahal' yang dilakukan untuk membangun teleskop-teleskop itu pun diperkirakan sebanding dengan hasil yang akan didapat oleh para ahli di masa depan.
Di tahun 2020 nanti, banyak yang memprediksi para ahli astronomi sudah bisa mendapatkan gambar angkasa yang sangat jelas, bahkan jumlah data yang masuk bisa mencapai 1 petabyte atau setara dengan satu juta gigabyte data berisi hasil observasi luar angkasa.
Berikut adalah lima teleskop raksasa berharga triliunan rupiah yang akan memasok para ahli antariksa dengan data yang masif yang berhasil dikumpulkan oleh Gizmodo.
Teleskop Thirty Meter
Salah satu teleskop yang diprediksi menjadi yang terkuat adalah teleskop yang berada di Hawaii, Amerika Serikat, ini. Teleskop berbasis cahaya ini memiliki diameter hingga 10 meter.
Teleskop Thirty Meter sendiri melengkapi koleksi teleskop yang dibangun di puncak gunung Mauna Kea, yang saat ini sudah mencapai 12 buah. Pembangunan teleskop ini akan dilakukan pada bulan Oktober nanti.
Teleskop yang akan dibalut dengan aluminium untuk mempertahankan kestabilan suhunya ini diharapkan mampu membuat antariksawan mampu mengamati lebih banyak objek langit yang berjarak sangat jauh dari galaksi Bimasakti. Dengan kemampuannya untuk menangkap cahaya lebih baik ketimbang teleskop raksasa lain, planet-planet tua dan lubang hitam yang terbentuk di masa awal jagad raya bisa dilihat dengan lebih jelas.
Teleskop E-ELT
Ingin melihat teleskop yang lebih besar dari Thirty Meter yang berada di Hawaii? Teleskop E-ELT (European Extremely Large Telescope) lah jawabannya. Teleskop yang pembuatannya didanai oleh Eropa ini memiliki diameter hingga 39 meter! Jika selesai dibangun tahun 2020 nanti, E-ELT akan menjadi teleskop terbesar di dunia.
Bukan hanya ukuran raksasa saja yang dibanggakan oleh teleskop E-ELT yang kini tengah dibangun di sebuah gurun di negara Chile. Ukuran cermin raksasa membuat teleskop E-ELT mampu menangkap cahaya 13 kali lebih kuat ketimbang teleskop raksasa yang ada saat ini.
Dengan kekuatan sebesar itu, ahli astronomi yakin mereka bisa mengungkap rahasia dibalik 'dark energy' atau energi tersembunyi yang dianggap mampu membuat alam semesta berkembang, termasuk proses evolusi yang terjadi pada galaksi-galaksi.
Teleskop James Webb Space (JWST)
Jika dua teleskop sebelumnya berada di darat, maka teleskop raksasa yang satu ini akan beroperasi di luar angkasa. Teleskop JWST rencananya akan diluncurkan oleh NASA pada tahun 2018, setelah sebelumnya dikabarkan akan meluncur pada tahun ini.
Tidak seperti teleskop luar angkasa lainnya, Hubble, teleskop JWST dibuat untuk mampu mendeteksi sinar infra merah yang dilontarkan oleh objek-objek luar angkasa.
Teleskop JWST memang sengaja dibuat untuk menganalisis proses awal terbentuknya alam semesta. Kemampuan ini diperkuat dengan cermin utama JWST yang lebih besar hingga 3 kali lipat ketimbang Hubble.
Sinar infra merah dipercaya menjadi indikasi panas dari planet luar galaksi. Panas planet dibutuhkan untuk observasi ketika cahaya yang dipantulkan oleh planet-planet itu sulit untuk ditangkap. Teleskop ini pun tidak mendapat pengaruh negatif dari efek distorsi dari Bumi karena didesain untuk terbang di angkasa, tidak hanya melayang di orbit Bumi.
Teleskop Giant Magellan
Untuk membangun teleskop berukuran 25 meter ini, sebuah puncak gunung di Las Campanas, Chile, harus diledakkan sekitar dua tahun yang lalu.
Namun teleskop Giant Magellan bisa menjadi salah satu teleskop yang bisa segera dipakai untuk mengamati luar angkasa, mengingat saat ini para peneliti telah melakukan penyempurnaan terhadap 7 cermin yang akan dipakai untuk menangkap cahaya oleh teleskop tersebut.
Uniknya, pembuatan dari ketujuh cermin yang dipakai Giant Magellan memakan waktu hingga empat tahun, terutama untuk mendinginkan dan memolesnya agar bisa digunakan secara maksimal.
Fungsi utama dari teleskop Giant Magellan hampir sama dengan teleskop darat lain seperti Thirty Meter dan E-ELT, yakni mengamati exoplanet dan proses evolusi yang terjadi pada bintang dan galaksi.
Teleskop LSST Chile
Teleskop raksasa yang terakhir ini mungkin menjadi yang terkecil, karena hanya memiliki lebar diameter 8,4 meter saja. Namun jangan ragukan kecepatan observasi dari teleskop bernama lengkap "Large Synoptic Survey Telescope" ini.
Teleskop LSST mampu melakukan pemindaian terhadap seluruh angkasa yang berada dalam jangkauannya hanya dalam waktu beberapa hari saja. Alhasil, dalam beberapa tahun, para ahli astronomi akan mendapatkan video-video tentang perubahan benda-benda langit yang terpantau oleh LSST.
Objek-objek yang telah masuk daftar pengamatan teleskop LSST adalah asteroid, supernova, hingga benda-benda berbahan es yang banyak terdapat di daerah setelah planet Neptunus.
Untuk membangun teleskop LSST, sebuah gunung bernama Pachon di Chile pun harus diratakan dengan cara dibom pada tahun 2011 silam. Sayangnya pembangunan LSST mengalami penundaan seperti kebanyakan proyek teleskop lain milik pemerintah akibat ruwetnya proses birokrasi.