Teleskop James Webb Berhasil Temukan Lubang Hitam Raksasa Periode Awal Alam Semesta
Temuan ini memberikan pemahaman mendalam mengenai evolusi kosmik serta pembentukan struktur besar di alam semesta.
Teleskop Antariksa James Webb (JWST) telah berhasil melakukan penemuan yang sangat signifikan dengan mendeteksi sebuah lubang hitam raksasa yang terbentuk pada masa awal alam semesta.
Diperkirakan, lubang hitam ini muncul sekitar 800 juta tahun setelah peristiwa Big Bang, yang menandai awal mula alam semesta.
-
Dimana Teleskop James Webb mengamati Lubang Hitam? Mereka mengamati tanda-tanda inframerah dari galaksi-galaksi yang jauh
-
Apa yang ditemukan Teleskop James Webb di alam semesta? Para astronom telah melihat tanda tanya kosmik saat menggunakan teleskop James Webb.
-
Apa yang ditemukan Teleskop James Webb? Teleskop luar angkasa, James Webb berhasil menangkap sebuah objek berbentuk galaksi yang redup, yang sebelumnya pernah dilihat oleh ilmuwan melalui teleskop Hubble.
-
Apa itu Teleskop James Webb? Proyek ini merupakan kolaborasi antara NASA, ESA, dan CSA. Menelan biaya $9,66 miliar (Rp153,77 triliun) dan merupakan proyek observatorium luar angkasa. Teleskop raksasa ini dibuat sebagai pengganti Teleskop Hubble di titik Lagrange kedua (L2), dan memiliki cermin utama setinggi 6,5 meter.
-
Apa itu teleskop James Webb? Teleskop James Webb adalah teleskop luar angkasa paling mutakhir yang dimiliki oleh para astronom di Bumi saat ini.
-
Bagaimana Teleskop James Webb membantu dalam penelitian ini? Dengan menggunakan teleskop James Webb, kami dapat mengidentifikasi galaksi-galaksi yang jauh lebih kecil daripada sebelumnya, termasuk yang seukuran Bima Sakti atau bahkan lebih kecil, yang sebelumnya tidak mungkin seperti ini
Penemuan ini memberikan wawasan berharga mengenai evolusi kosmik dan cara struktur besar terbentuk di alam semesta. Lubang hitam supermasif ini dijuluki monster kosmik karena ukurannya yang sangat besar.
Sebuah laporan yang dirilis oleh laman Space pada Selasa (07/01/2025) mengungkapkan bahwa lubang hitam ini memiliki massa sekitar 400 juta kali lipat dari massa matahari.
Ini menjadikannya salah satu lubang hitam paling masif yang pernah terdeteksi oleh JWST di alam semesta awal. Lebih mengejutkan lagi, massa lubang hitam tersebut mencapai sekitar 40 persen dari total massa galaksi induknya, sebuah perbandingan yang sangat tidak biasa.
Dalam pengamatan sebelumnya, lubang hitam supermasif di galaksi muda umumnya memiliki massa yang jauh lebih kecil, hanya sekitar 0,1 persen dari massa galaksi induknya.
Temuan ini menantang pemahaman ilmiah yang ada tentang bagaimana lubang hitam dapat tumbuh begitu besar dalam waktu yang relatif singkat. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature menekankan bahwa fenomena ini masih menjadi misteri yang belum sepenuhnya terpecahkan.
Para ilmuwan berpendapat bahwa lubang hitam masif biasanya bertambah besar dengan cara menyerap gas dan debu yang ada di sekitarnya dalam jumlah yang besar.
Proses ini dikenal sebagai akresi, di mana materi yang jatuh ke dalam lubang hitam membentuk piringan akresi yang berputar di sekitar cakrawala peristiwa, yaitu batas luar lubang hitam di mana cahaya dan materi tidak dapat melarikan diri.
Gravitasi yang sangat kuat dari lubang hitam ini memanaskan materi di piringan akresi, menciptakan gesekan yang menghasilkan cahaya yang sangat terang.
Cahaya ini biasanya membantu astronom dalam mendeteksi lubang hitam yang aktif. Namun, lubang hitam yang ditemukan oleh JWST menunjukkan perilaku yang berbeda.
Meskipun memiliki massa yang sangat besar, laju akresinya ternyata sangat lambat. Para peneliti menemukan bahwa lubang hitam ini hanya menyerap gas dengan kecepatan sekitar satu persen dari laju maksimum yang diperkirakan untuk ukuran sebesar itu.
Fenomena ini menyebabkan lubang hitam terlihat tidak aktif, sehingga sukar untuk terdeteksi dengan metode tradisional. Meskipun demikian, gravitasi besar yang dihasilkan oleh massa yang sangat besar tetap menunjukkan tanda-tanda keberadaannya.
Penemuan ini menimbulkan pertanyaan baru mengenai bagaimana lubang hitam dapat berkembang menjadi sangat besar di alam semesta yang masih muda tanpa adanya aktivitas akresi yang signifikan.
Selain itu, pengamatan yang dilakukan oleh JWST memperluas kemampuan manusia dalam mempelajari alam semesta yang jauh serta masa-masa awalnya.
Teknologi mutakhir yang dimiliki teleskop ini memungkinkan astronom untuk meneliti objek-objek yang terlalu redup atau terlalu jauh untuk dapat diamati oleh alat sebelumnya.
Dengan sensitivitas dan resolusi yang tinggi, JWST mampu menjelajahi lebih dalam ke dalam sejarah kosmik, membuka peluang baru untuk memahami evolusi galaksi, bintang, dan lubang hitam.
Penemuan lubang hitam supermasif pada masa awal alam semesta menjadi tantangan besar bagi model teoretis yang ada. Model standar mengenai pembentukan galaksi dan lubang hitam saat ini kesulitan menjelaskan pertumbuhan yang sangat cepat yang ditunjukkan oleh objek ini.
Beberapa hipotesis menyarankan bahwa mungkin ada proses pembentukan langsung yang melibatkan runtuhnya awan gas masif tanpa melalui tahap bintang perantara, atau bisa juga terdapat mekanisme penggabungan lubang hitam kecil menjadi satu entitas yang jauh lebih besar.
Dalam konteks yang lebih luas, keberadaan lubang hitam supermasif yang tidak aktif di masa awal menunjukkan bahwa evolusi alam semesta memiliki dinamika yang jauh lebih kompleks daripada yang kita duga sebelumnya.