7 Kejahatan Pemerintah AS dalangi percobaan maut ke warganya sendiri
7 Kejahatan Pemerintah AS dalangi percobaan maut ke warganya sendiri. Sepanjang sejarah, Pemerintah Amerika Serikat seringkali menyimpan rahasia tersembunyi dari publik. Berbagai rahasia ini memang seringkali tak boleh sembarangan diketahui masyarakat.
Sepanjang sejarah, Pemerintah Amerika Serikat seringkali menyimpan rahasia tersembunyi dari publik. Berbagai rahasia ini memang seringkali tak boleh sembarangan diketahui masyarakat. Meski demikian, ada juga disembunyikan karena hal tersebut 'berbahaya.'
Banyak hal yang kita tahu memang jadi rahasia, seperti Area 51. Namun yang tak kita tahu ternyata cukup banyak. Untungnya hal-hal yang dicoba untuk 'dihilangkan' ternyata masih terdokumentasi oleh media.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada berdasarkan AD Scientific Index 2024? Universitas Gadjah Mada Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
-
Di mana daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia ini diumumkan? Peringkat tersebut didasarkan pada analisis dampak sitasi di berbagai disiplin ilmu yang diambil dari database Scopus. Setiap tahun, lembaga ini memilih 100.000 ilmuwan dari seluruh dunia yang aktif di berbagai institusi akademik.
-
Bagaimana AD Scientific Index menentukan peringkat universitas terbaik di Indonesia? AD Scientific Index menggunakan sistem pemeringkatan yang unik dengan menganalisis sebaran ilmuwan dalam suatu institusi menurut persentil 3, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Kapan kata pengantar dianggap penting dalam karya ilmiah? Meski bukan bagian dari isi, namun dalam suatu karya ilmiah, kata pengantar bukan sebuah formalitas.
Kebanyakan dari hal tersebut adalah soal berbagai kegagalan dalam uji coba. Berbagai penelitian memang harus mengalami kegagalan sebelum mencapai kata berhasil. Kesalahannya, objek uji cobanya adalah warga negara sendiri, yang seharusnya bahkan tak boleh mengorbankan makhluk hidup apapun.
Studi penyakit sipilis
Pada tahun 1932, Dinas Kesehatan AS melakukan studi tentang penyakit sipilis yang mengusung judul proyek bernama Tuskegee Syphilis Study. Untuk ini, sebanyak 600 pria kulit hitam dipilih untuk dilibatkan. Dari 600 orang ini, 399 mengidap sipilis, dan sisanya tidak.
Studi pengobatan yang dilakukan ternyata cukup ekstrem, dilansir dari laman CDC.gov, mereka yang menderita sipilis tidak diberi perawatan yang tepat, agar perkembangan sipilis bisa terdeteksi untuk dipelajari. Studi ini tak mencapai jalan baik, hingga 6 bulan rencana studi molor hingga 40 tahun.
Parahnya, pasien-pasien hasil eksperimen akses kesehatannya ditolak dan tidak diperkenankan meninggalkan penelitian. Sebagai gantinya, pemerintah AS hanya memberi ujian kesehatan dan layanan pemakaman secara gratis.
Studi malaria di penjara
Di tahun 1940 an, terdapat studi tentang penyakit malaria yang bernama The Stateville Penitentiary. Stateville Penitentiary sendiri adalah sebuah penjara yang berlokasi di Illinois, yang ternyata punya banyak sekali tahanan yang mengidap malaria.
Dilansir dari Science Direct, 400 lebih tahanan dilibatkan untuk menguji obat 'eksperimental' untuk penyakit ini. Uniknya, jika tahanan ambil bagian dalam uji coba ini, masa hukuman mereka akan berkurang. Masalahnya, obat ini punya efek samping yang tak bisa ditarik kembali. Jadi, jika efeknya buruk, mereka tak akan tertolong.
Ujungnya, percobaan ini berhasil dan obat dari malaria berhasil ditemukan. Meski sempat meregang nyawa para tahanan.
Uji coba masker gas PDII
Selama Perang Dunia II, Pemerintah AS melakukan banyak sekali eksperimen untuk mencoba efisiensi dari masker gas dan juga kostum pelindung. Diperkirakan ada 60.000 orang yang jadi objek eksperimen, yang sebagian besar adalah orang kulit putih.
Dilansir dari Listverse yang mengutip buku "GAS MASKS Collector's Guide for Identifying Common American Military Gas Masks," disebut bahwa uji coba dilakukan di area terbuka, di mana partisipan diberi pakaian pelindung dan masker gas lalu gas kimia beracun dirilis. Terdapat juga eksperimen yang cukup membahayakan di mana variasi kostum dan masker yang cukup rendah diberikan ke partisipan.
Hal terburuk dari uji coba ini, adalah kegiatan ini diulang terus menerus setiap hari menggunakan orang yang sama, hingga objek mengalami reaksi atau gejala tertentu yang berbahaya atas paparan gas beracun.
Operasi biologis di San Fransisco
Pada bulan September 1950, Angkatan Darat AS terlibat dalam percobaan rahasia untuk menguji kemungkinan perang biologis. Percobaan ini dilakukan di area West Coast di California.
Hal ini dilakukan dengan cara melepaskan semacam 'senjata' biologis di jalanan SF. 'Senjata' ini berupa bakteri, dan uji coba dirasa perlu untuk mengetahui bagaimana senjata ini mempengaruhi populasi.
Percobaan yang diberi nama operasi Sea-Spray ini, menjalani 6 buah 'senjata' dengan bakteri yang berbeda. Walhasil, rilisnya bakteri pembunuh ini benar-benar membunuh banyak orang dan melukai lebih banyak orang lagi. Beberapa kasus kematian karena ini terjadi karena bakteri masuk melalui lubang kencing, ke dalam tubuh, salah satunya jantung.
Uji coba pencarian obat hepatitis
Percobaan yang diberi nama Percobaan Willowbrook mungkin adalah yang paling mengerikan. Eksperimen yang ditujukan untuk menemukan obat hepatitis ini dihelat dari 1956 hingga 1970.
Para objek penelitian diambil dari Willowbrook State School, di Staten Island, New York. Parahnya, semua partisipan adalah anak dengan keterbelakangan mental.
Dikutip dari jurnal dari City University of New York, Serangkaian tes dilakukan berupa penyuntikan anak dengan obat percobaan. Hal ini sempat dikritik karena anak-anak, apalagi pengidap keterbelakangan mental, tentu tak bisa ditanya soal persetujuan. Namun penanggung jawab penelitian ini merdalih bahwa banyak pengidap hepatitis di sekolah ini.
Hasilnya, banyak sekali anak-anak yang meninggal, dan banyak sekali yang sebenarnya tak sakit jadi terinfeksi.
Obat TBC yang diuji ke anak keluarga miskin
Pada tahun 1908, dokter sedang dituntut untuk segera menemukan obat atau pencegahan dari tuberkolosis. Namun uniknya, para dokter yang disebut-sebut ahli justru memutuskan untuk menguji coba obat yang baru diramunya kepada anak-anak dari keluarga miskin di rumah sakit anak-anak Washington DC. Para ilmuwan ini akhirnya sengaja menjangkiti anak-anak dengan basili tuberkolosis dan juga kultur tuberkulin tanpa sepengetahuan orang tua atau penjaga mereka.
Ketika hal ini ditemukan oleh pihak berwenang, dokter menolak untuk merilis nama-nama anak yang mereka uji coba, karena 'orang tua mereka adalah kelas bawah yang akan tentu akan keberatan keras akan hal ini.'
Beruntung, tak sampai ada korban jiwa dari peristiwa ini. Namun berdasarkan hukum di tahun tersebut, pelanggaran hak-hak individu yang telah terjadi pada anak-anak ini sama sekali tak mendapat tindakan apapun. Berbagai resiko buruk tentu bisa terjadi mengingat di era 1900an tersebut, TBC bisa merenggut nyawa warga Amerika Serikat hingga 110.000 orang per tahunnya.
Eksperimen vaksin campak
Di awal tahun 90an, pemerintah AS melakukan eksperimen untuk mencari vaksin campak, yang dihelat oleh Centers for Disease Control, organisasi pemerintah AS untuk menanggulangi penyakit. Para dokter ingin mengetahui apakah vaksin yang diproduksinya benar-benar bisa menggantikan antibodi di bayi.
Untuk mengujinya, para dokter menyuntikkan vaksin ini ke ribuan bayi di negara dunia ketiga. Hasilnya? Banyak keanehan yang terjadi berupa permasalahan imun di bayi, bahkan kematian. Meski demikian, proyek ini tetap dilanjutkan, namun ke warga AS sendiri. Ada ratusan bayi di Los Angeles, khususnya bayi dari ras Hispanik, yang disuntik vaksin ini. Total ada 1500 bayi yang diuji di seluruh AS.
Akhirnya, banyak sekali bayi yang sekarat karena hal ini, khususnya bayi kulit hitam. Proyek ini diakhiri tiga tahun setelahnya.
(mdk/idc)