Ancaman Megatrust Akibat Cairnya Gletser di Greenland Meningkat, Bisa Picu Tsunami 100 Meter
Penelitian mengungkapkan peningkatan risiko megatsunami di Greenland akibat pencairan gletser. Gelombang setinggi lebih dari 100 meter.
Para ilmuwan telah memperingatkan peningkatan risiko megatsunami dengan gelombang setinggi lebih dari 100 meter. Peringataan ini bukan tanpa sebab. Pencairan gletser di Greenland yang memicu longsoran besar. Mengutip Independent, Senin (26/8), dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menganalisis sebuah kasus tsunami raksasa yang menghantam bagian terpencil di Greenland Timur tahun lalu.
Beberapa tsunami terbaru di Greenland telah menimbulkan dampak yang menghancurkan, seperti longsoran di Karrat Fjord pada tahun 2017 yang memicu tsunami yang menenggelamkan desa Nuugaatsiaq, menyebabkan empat orang tewas. Megatsunami di lepas pantai timur Greenland dengan gelombang yang mencapai ketinggian lebih dari 100 meter bahkan telah mencapai Eropa, menurut para ilmuwan.
-
Kenapa megathrust bisa menyebabkan tsunami? Jadi kalau itu terjadi gempa, walaupun dengan magnitude sama, tetapi dampaknya bisa lebih besar yang di darat. Hanya saja kalau megathrust itu punya dampak lain yaitu tsunami," kata Agus.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Apa penyebab tsunami Storegga? Dipicu oleh tanah longsor besar di bawah air di lepas pantai Norwegia, peristiwa ini menyebabkan gelombang raksasa setinggi lebih dari 20 meter (65 kaki) menghantam Kepulauan Shetland, yang terletak di utara daratan Skotlandia.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus dan menyebabkan tsunami dahsyat? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Kapan tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
Salah satu megatsunami tersebut terjadi pada September 2023 di Dickson Fjord, Greenland Timur. Tsunami ini pertama kali dicatat oleh seismolog melalui postingan di media sosial dan kemudian dilaporkan mengenai gelombang yang menghantam instalasi militer di Pulau Ella yang berjarak lebih dari 50 km.
Beruntung, tidak ada korban jiwa karena daerah yang terdampak merupakan pangkalan militer tanpa personel pada saat tsunami terjadi. Kemudian, pada 16 September 2023, massa batuan sebesar stadion rugby dengan tinggi sekitar 50-100 meter jatuh dari ketinggian 300–400 meter di sebuah lereng.
Para ilmuwan menemukan bahwa longsoran tersebut membawa es gletser dan berubah menjadi campuran longsoran batu-es sebelum mencapai air. Mereka menemukan bahwa megatsunami yang dihasilkan memiliki ketinggian puncak "melebihi 200 meter" dan setinggi 60 meter sepanjang 10 km di fjord.
Meskipun penyebab asli longsoran tersebut masih menjadi misteri, penelitian ini mengungkap arah dan besarnya kekuatan yang dihasilkan. Penelitian juga menunjukkan bahwa longsoran dan tsunami yang dihasilkan menciptakan getaran yang berlangsung lama di fjord, dengan gelombang yang terombang-ambing di teluk sempit fjord yang tak berpenghuni selama lebih dari seminggu.
Stasiun pengukur gempa hingga jarak 5.000 km mencatat getaran yang disebabkan oleh longsoran tersebut, tulis para peneliti. Ada juga sinyal yang berlangsung sangat lama yang dicatat oleh seismometer selama lebih dari seminggu setelah kejadian tersebut.
- Ilmuwan Kaget, Pulau Terpencil Ini Diterjang Megatsunami Setinggi Patung Liberty Selama Sembilan Hari
- Waspada! Tsunami Setinggi 25 Meter Dampak Erupsi Gunung Ruang Sitaro Sulut, Ini Kata Badan Geologi
- Jepang Dihantam Tsunami 1,2 Meter Usai Gempa Magnitudo 7,4
- Gempa Dahsyat Magnitudo 7.4 Guncang Jepang, Peringatan Tsunami Setinggi 5 Meter Dikeluarkan
"Yang tidak biasa dari kejadian ini adalah durasinya yang lama," kata Angela Carrillo Ponce, salah satu penulis studi tersebut.
Para peneliti percaya bahwa temuan baru ini dapat membantu memahami lebih baik kejadian serupa dan kemungkinan kaitannya dengan perubahan iklim.
"Jelas bahwa mundurnya gletser yang sebelumnya memenuhi seluruh lembah, dan mencairnya permafrost, menyebabkan peningkatan longsoran," tulis para ilmuwan.
"Perubahan iklim mempercepat pencairan gletser dan dengan demikian dapat meningkatkan risiko megatsunami," tambah mereka.