Apa Benar Kepala Terbentur Pengaruhi Kecerdasan Tingkat Seseorang?
Penelitian mengungkapkan bahwa individu yang mengalami benturan kepala serius berisiko mengalami gangguan kognitif jangka panjang.
Saat kepala mengalami benturan, hal ini dapat menyebabkan trauma pada otak yang berpotensi mengurangi ukuran otak pada anak-anak dan remaja. Akibatnya, kemampuan kognitif mereka, termasuk kecerdasan, bisa terpengaruh.
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami cedera kepala yang serius memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kognitif jangka panjang, seperti kesulitan dalam mengingat, berkonsentrasi, dan memecahkan masalah.
-
Apa yang orangtua sering salah anggap sebagai kenakalan? Banyak orangtua yang merasa anak yang aktif bertanya dan suka bertanya alasan sebagai anak yang rewel atau bahkan nakal. Padahal, di balik berbagai pertanyaan anak ini, ternyata hal tersebut merupakan tanda kecerdasan mereka.
-
Kapan kepala ular raksasa tersebut ditemukan? Pasca kejadian gempa bumi yang berkekuatan 7,6 skala richter ini telah merusak beberapa bangunan dan salah satu sekolah hukum di kota ini. Pada proses pembongkaran ternyata pada pondasi bangunan ini ditemukan sebuah patung yang berasal dari zaman Aztec 500 tahun lalu.
-
Bagaimana cara Mbah Kalap menolong orang? Ada dua cara yang biasa dilakukan Mbah Kalap untuk menyelamatkan nyawa di Sungai Jagir. Pertama, ia akan menceburkan diri ke Sungai Jagir dan mencari di sekitar permukaan. Jika belum ditemukan, ia akan menyelam dan mencari di dasar sungai sampai ditemukan.
-
Hewan apa yang meniru ular berbisa? Gurita peniru mampu menyerupai ular laut berbisa atau ikan singa berbisa, memberikan perlindungan lebih lanjut dari ancaman predator.
-
Buah apa yang membuat orang tertawa? "Buah, buah apa yang lucu? Buahahaha"
-
Bagaimana ciri-ciri orang pelit? Sementara itu, orang pelit memiliki sejumlah ciri-ciri yang mudah diamati dari sikap seseorang kepada orang lain. Di antara yakni menyisihkan harta hanya untuk diri sendiri, jauh dari sikap bersedekah, tak membantu fakir miskin, dan sombong.
Para ilmuwan telah meneliti isu ini pada orang dewasa dengan memanfaatkan teknologi pemindaian otak untuk mengevaluasi dampak dari berbagai jenis cedera kepala. Namun, penerapan metode ini pada anak-anak dan remaja menjadi tantangan karena otak mereka terus berkembang dan berubah dengan cepat.
Dalam sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Brain, peneliti dari Imperial College London dan Great Ormond Street Hospital berhasil menunjukkan perubahan normal yang terjadi pada otak anak. Temuan ini dapat digunakan untuk menilai tingkat kerusakan otak, dari yang ringan hingga yang parah, yang dapat berdampak pada kecerdasan mereka.
Informasi lebih lanjut mengenai dampak benturan kepala terhadap kecerdasan ini kemudian dilaporkan oleh Liputan6.com dari laman Neuroscience News, Senin (7/10).
Studi Mengenai Cedera Kepala
Para peneliti mengungkapkan bahwa cedera pada kepala dapat mengakibatkan penurunan ukuran otak pada anak-anak, yang berkaitan erat dengan masalah perilaku dan kesulitan dalam belajar.
Dr. Clia Demarchi dari Departemen Ilmu Otak Imperial College London dan Rumah Sakit Great Ormond Street menjelaskan, "Jika anak-anak muda mengalami cedera serius di kepala, seperti akibat benturan, mereka akan disarankan untuk menjalani pemindaian untuk mengevaluasi kerusakan otak. Hasil dari pemindaian tersebut dapat mengindikasikan adanya pertumbuhan yang tidak normal di area otak."
Pernyataan ini juga didukung oleh Dr. Niall Bourke dari King's College London yang menambahkan, "Kami menyadari bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami benturan di kepala dapat mengalami trauma otak yang berdampak pada kemampuan belajar serta pengelolaan emosi mereka. Kami tidak dapat menentukan dengan pasti anak-anak mana yang akan menghadapi masalah ini, sehingga mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan dukungan yang diperlukan pada tahap awal."
Ukuran Otak Menyusut
Para peneliti selanjutnya memanfaatkan pemindai MRI untuk melakukan analisis mendalam terhadap otak lebih dari 1200 anak sehat berusia antara 8 hingga 22 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pertumbuhan dan perkembangan otak yang normal.
Mereka kemudian membandingkan hasil tersebut dengan data dari 39 remaja berusia 12 hingga 16 tahun yang mengalami cedera sedang hingga berat, biasanya akibat kecelakaan lalu lintas, insiden, jatuh, atau cedera saat berolahraga. Selain itu, peneliti juga melaksanakan tes asesmen untuk mengevaluasi tingkat kesulitan kognitif para remaja tersebut.
Hasil tes menunjukkan bahwa dari 39 remaja dengan kerusakan otak, 11 di antaranya mengalami pengecilan volume pada area putih otak, sementara 7 lainnya mengalami pengurangan di bagian tanduk anterior atau ventral yang berfungsi mengirimkan informasi ke area tertentu.
Area putih ini mengandung akson yang sangat penting untuk fungsi sumsum tulang belakang otak. Peneliti juga menemukan bahwa remaja dengan volume otak yang lebih kecil cenderung menghadapi masalah seperti lambatnya kecepatan mental, kesulitan dalam belajar, tingkat depresi yang tinggi, apatis, dan emosi yang tidak stabil dibandingkan dengan anak-anak yang sehat.
Di samping itu, orang tua sering kali kesulitan memahami kebutuhan anak-anak mereka. Profesor David Sharp menambahkan, "Dampak dari benturan kepala sangat kompleks dan bervariasi untuk setiap individu. Jika kita dapat melakukan analisis yang lebih tepat menggunakan pemindai dan melakukan perawatan secara rutin, ini dapat membantu kita memahami alasan di balik kesulitan belajar dan perilaku yang dialami anak-anak dan remaja, serta memberikan dukungan dan rehabilitasi agar mereka dapat berfungsi dengan baik."
Dari penelitian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kerusakan akibat benturan kepala dapat mempengaruhi kecerdasan individu.