Badai terkuat di samudra Hindia tertangkap kamera NASA
Badai ini terjadi akibat fenomena El Nino
Akhir tahun 2015 sampai awal tahun 2016 sepertinya menjadi saat-saat kemunculan badai-badai raksasa di berbagai belahan dunia. Dan yang terbaru terlihat di Samudra Hindia.
Tanggal 18 April 2016 kemarin, NASA menggunakan teknologi Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Aqua berhasil melihat badai siklon dengan kecepatan 150 knot (280 kilometer per jam). Badai yang dinamakan Fantala itu ada di sebelah utara Pulau Madagascar.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Apa yang NASA uji coba? NASA sedang menguji Komunikasi Optik Luar Angkasa (DSOC) – menggunakan laser inframerah untuk mengirim pesan kembali ke Bumi.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Apa misi Pratiwi Sudarmono bersama NASA? Menurut laporan American Indonesian Exchange Foundation, Rabu (22/11), Pratiwi dipilih oleh NASA untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa yang dijadwalkan untuk terbang pada bulan Juni 1986.
-
Kapan Pratiwi Sudarmono terpilih untuk misi NASA? Sosok inspiratif ini bernama Pratiwi Sudarmono, yang pada Oktober tahun 1985 terpilih oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa.
-
Siapa astronot Indonesia yang nyaris ikut misi NASA? Sosok inspiratif ini bernama Pratiwi Sudarmono, yang pada Oktober tahun 1985 terpilih oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa.
Kekuatan mengerikan badai Fantala
Oleh NASA, badai Fantala dikategorikan dalam badai Kategori 5. Artinya, badai ini dapat menimbulkan kerusakan besar bila menimpa pemukiman penduduk, rumah-rumah bisa terangkat dari pondasinya, runtuhnya tembok-tembok, hingga terisolasinya pemukiman tersebut.
Selain itu, pemadaman listrik akibat badai Fantala bisa terjadi sampai berbulan-bulan dan area terdampak tidak bisa dihuni berminggu-minggu setelah kejadian. Untungnya, badai tersebut tidak jadi menghantam Madagascar meski awalnya bergerak ke selatan.
Dalam kurun waktu 24 jam, badai Fantala sudah diturunkan statusnya menjadi badai Kategori 3, sebelum akhirnya hilang.
Kemunculan badai-badai besar sejak akhir 2015
Badai Fantala adalah badai pemecah rekor ketiga sejak akhir tahun 2015. Tercatat pada bulan Oktober 2015 muncul badai terbesar di kawasan timur laut Samudra Pasifik, yakni badai Patricia. Setelah itu di bulan Februari 2016 siklon Winston menyerang Fiji dan diklaim sebagai badai terkuat di kawasan barat daya samudra Pasifik.
NASA menambahkan bila munculnya badai-badai besar ini akibat fenomena El Nino. El-Nino adalah gejala anomali laut di mana suhu permukaan laut di samudra Pasifik meningkat hingga beberapa derajat Celsius.
Saat El-Nino tidak terjadi, angin akan bertiup kencang secara normal dari timur ke barat (sesuai dengan arah putaran Bumi) dan menghasilkan ombak dingin di daerah Amerika dan Eropa yang memicu terjadinya salju. Di sisi lain, kawasan Asia dan Australia mendapatkan cukup sinar matahari dan udara hangat untuk memicu terjadinya musim hujan.
Namun saat El-Nino terjadi, aliran angin di samudra Pasifik akan kacau dan membuat kawasan samudra Pasifik bagian timur (dekat dengan Amerika) memanas.
Sumber:earthobservatory.nasa.gov
Baca juga:
[Video] Jepang buat teknologi pengubah kulit jadi layar LED
[Video] Spesies babi paling langka ternyata ada di Indonesia!
6 Penemuan yang membuat manusia masa depan makin malas!
Mengapa di Jepang banyak terjadi gempa?
Kisah gelap di balik istilah 'robot'