Bangga atau sengsara? Ini derita kerja di perusahaan sebesar Google!
Bila tak awas, kerja di Google justru bikin karir stagnan
Alphabet, induk dari perusahaan dari Google kini tercatat sebagai perusahaan paling bernilai di dunia. Di akhir tahun 2015 lalu, Alphabet tercatat mempunyai nilai market sekitar USD 558 miliar (sekitar Rp 7,5 ribu triliun), mengalahkan Apple yang ada di posisi kedua dengan nilai market USD 535 miliar (sekitar Rp 7,25 ribu triliun).
Tentu fakta itu membuat banyak orang yang kepincut untuk bekerja di Alphabet, terutama di Google. Terlebih banyak media yang memberitakan betapa modern dan nyamannya kantor-kantor Google.
-
Apa itu Pencarian Aman di Google? Pencarian aman atau SafeSearch adalah fitur yang disediakan oleh Google untuk membantu mengontrol dan membatasi konten yang muncul dalam hasil pencarian, terutama untuk melindungi anak-anak dari konten yang tidak pantas atau tidak sesuai.
-
Di mana teknologi Google ini akan digunakan? Teknologi ini dirancang agar dapat digunakan di ponsel pintar, terutama di wilayah pedesaan yang memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan.
-
Apa yang ditampilkan oleh Google setelah menghitung jumlah hari berlalu? Berikutnya pada bagian atas akan menampilkan kolom hari berdasarkan tanggal yang dicari 6. Jumlah Hari Berlalu atau Count Days juga menampilkan tanggal awal sampai tanggal hari ini. 7. Hasil pencarian juga akan menampilkan beberapa website menghitung jumlah hari berdasarkan kata kunci yang dimasukkan
-
Bagaimana Google mendapatkan namanya? Pemilihan nama ini mencerminkan ambisi mereka untuk mengorganisir informasi dalam jumlah besar yang ada di internet.
-
Apa kesepakatan yang Google sepakati dengan pemerintah Kanada? "Setelah diskusi ekstensif, kami senang Pemerintah Kanada telah berkomitmen untuk mengatasi permasalahan inti kami melalui Bill C-18, yang mencakup perlunya jalur yang disederhanakan menuju pengecualian dengan ambang batas komitmen yang jelas," jelas Walker.
-
Mengapa Telkomsel bermitra dengan Google? Kerja sama ini bertujuan meningkatkan pengalaman komunikasi pelanggan dan menyajikan solusi pesan singkat yang lebih canggih.
Akan tetapi, pengakuan mantan pegawai dan pegawai Google justru sebaliknya. Mereka mengaku kerja di Google memiliki pengaruh negatif, baik diri sendiri dan karir di masa depan. Apa saja?
Merasa tak spesial
Satu hal yang pasti, Google hanya mempekerjakan orang-orang yang sangat cerdas saja. Menurut Lutz Enke, pegawai Google Hamburg, semua rekan kerjanya jenius dan berkontribusi besar pada perusahaan. Hal ini lah yang membuat pegawai lain merasa tak spesial karena 'terkepung' banyak orang hebat di sekitarnya.
Hal ini diamini oleh mantan pegawai Google, Dmitry Belenko. Pria ini mengatakan bila kerja di Google membuat banyak orang harus rela kompromi dengan ego. Banyak orang cerdas yang akhirnya meresa mereka bukan apa-apa di Google dan akhirnya justru menghancurkan kepercayaan dirinya.
Terkucilkan dari teknologi lain
Kerja di Google secara otomatis membuat pegawainya berkutat dengan software buatan Google. Hasilnya, mayoritas pegawai Google hanya akan akrab dan jadi pakar di software-software yang hanya ada di lingkungan Google.
Ini membuat Jesse McGrew, mantan pegawai Google, merasa terkucilkan dari software lain. Hal ini membuatnya tidak bisa menyalurkan atau menularkan ilmu yang dia dapat orang lain di luar Google. Selain itu, pengalaman kerja di Google pun diakuinya tidak banyak membantu untuk masuk kerja di perusahaan teknologi lain akibat ekslusifnya software yang dipakai Google.
Tak berkembang dan susah naik jabatan
Menurut Stephen Kurtzman, mantan pegawai Google, sebagai ahli software sangat sulit untuk berkembang di Google. Mayoritas orang yang diterima kerja di Google mempunyai kualitas melebihi dari tuntutan pekerjaan.
Imbasnya, mereka tidak mendapat lingkungan yang 'menantang' dan ujung-ujungnya skill tidak berkembang. Ini adalah kabar buruk bagi mereka yang baru memulai kerja, sebab Kurtzman mengatakan bila tahun-tahun awal kerja adalah masa paling penting bagi sisa karir di masa depan.
Selain itu, karena banyak rekan kerja yang tidak kalah jenius, bahkan lebih hebat, akan terasa susah untuk naik jabatan di Google. Kurtzman menambahkan akan terlihat perbedaan kemajuan karir yang signifikan antara seseorang yang kerja di perusahaan lain dengan lingkungan lebih menantang ketimbang di Google.
Manajemen buruk, mudah bosan
Stephen Kurtzman mengungkapkan salah satu alasan banyak orang hengkang dari Google adalah munculnya kebosanan akibat mengerjakan hal-hal yang di bawah kemampuannya. Akhirnya terasalah bila pekerjaan mereka tidak mampu memuaskan secara profesional dan intelektual.
Parahnya lagi, beberapa mantan pegawai Google sama-sama setuju bila manajemen Google tergolong buruk. Tidak hanya rekan kerja, para manajer banyak disebut memiliki kecerdasan emosi (EQ) rendah dan tidak terlalu menginspirasi anak buahnya.
Imbasnya banyak pegawai Google yang mengalami masalah hanya karena hubungan kurang harmonis dengan manajer. Kurang harmonis dengan manajer juga disebut Kurtzman awal dari ketidakbetahan kerja di Google.
Alasannya, manajer disebut jarang mau membantu anak buahnya karena si manajer jarang mau memahami masalah yang di hadapi anak buah.
Berbagai alasan di atas mungkin bisa dianggap sebagai tantangan bagi banyak orang. Namun tidak semua orang akhirnya menganggap Google sebagai tempat kerja ideal. Sekali lagi, mungkin tempat kerja ideal itu memang tidak ada.
Sumber: Quora, Techworm.net