China Punya Teknologi Canggih Deteksi Kapal Selam Lebih Hebat dari AS
China dan AS berlomba-lomba menciptakan alat pendeteksi kapal selam. Namun kali ini lebih unggul.
Tim ilmuwan dari Universitas Shanghai Jiao Tong di China telah mengembangkan bentuk baru deteksi kapal selam yang mampu mengubah pengawasan bawah air. Perangkat yang dikembangkan diklaim telah diuji di kedalaman Laut China Selatan.
Mengutip South China Morning Post, Senin (23/9), kemampuan teknologi besutannya itu dianggap sebuah prestasi yang sebelumnya dianggap mustahil. Teknologi deteksi yang baru dikembangkan ini memiliki bentuk persegi dan menggunakan antena untuk mendeteksi sinyal elektromagnetik yang sangat lemah yang dipancarkan baling-baling kapal selam.
- Hati-Hati, Amerika Serikat dan China Tingkatkan Pengawasan Kapal Internasional
- China Beri Peringatan Keras ke Taiwan, Kepung Pulau Itu dengan Kapal dan Pesawat
- Perangkat Lunak China di Mobil Otonom Dilarang di AS Demi Keamanan.
- Banyak yang Salah Sangka, Teknologi Modern ini Bukan Buatan Orang AS, Inggris, Jepang, Apalagi China
Jiang Weikang, Profesor dari Universitas Jiao Tong Shanghai, mengatakan, meskipun jangkauan deteksi dan pemosisian sejauh 1,86 mil (3 km) sudah merupakan terobosan yang signifikan, jangkauan tersebut masih belum memenuhi persyaratan untuk mendeteksi dan memposisikan target di laut terbuka.
Ia menekankan bahwa teknologi baru ini berpotensi memperluas jangkauan deteksi sinyal telepon elektromagnetik hingga lebih dari 31 mil (50 km), jarak yang sebanding dengan torpedo modern. Pencapaian tersebut menandai peningkatan signifikan atas rekor sebelumnya. Saat ini, deteksi terjauh kapal selam yang menggunakan teknologi serupa hanya sejauh 1,5 mil (2,5 km).
Sebagai pendekatan baru, mendeteksi kapal selam menggunakan sinyal elektromagnetik merupakan tantangan karena sifat air laut yang cenderung melemahkan gelombang elektromagnetik. Saat baling-baling menembus medan listrik di sekitar kapal angkatan laut, baling-baling menghasilkan radiasi elektromagnetik, tetapi sinyal ini berada dalam jangkauan pendek di air laut.
Untuk menjawab tantangan yang dialami, Tim peneliti menciptakan algoritma canggih untuk mengisolasi sinyal yang sangat lemah di lingkungan dasar laut yang berisik dan kompleks. Dalam implikasinya, peperangan kapal selam semakin hari semakin menjadi ‘siluman’.
Ia mengeluarkan suara yang hampir tidak dapat dibedakan dari kebisingan laut. Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi sistem deteksi akustik tradisional.
Ketika ketegangan di Laut China Selatan dan Selat Taiwan terus meningkatkan, baik China maupun Amerika Serikat berinvestasi besar dalam kemampuan perang anti-kapal selam. Temuan penelitian baru ini telah dipublikasikan di Journal of Vibration and Shock, jurnal peer-review China.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia