Elon Musk Bakal Menang Banyak jika Donald Trump Terpilih Jadi Presiden AS
Elon Musk bisa mendapat keuntungan besar jika Trump kembali menjadi Presiden, dari pajak rendah hingga kontrak pemerintah.
Elon Musk dan bisnisnya bisa meraup keuntungan besar jika Donald Trump kembali ke Gedung Putih. Namun, hal ini juga membuka potensi konflik kepentingan yang belum pernah terjadi sebelumnya jika Musk mendapat peran sebagai penasihat efisiensi pemerintah.
Berbagai manfaat yang mungkin didapat Musk mencakup isu regulasi, seperti undang-undang ketenagakerjaan, perlindungan lingkungan, tarif pajak lebih rendah, dan lebih banyak kontrak pemerintah untuk SpaceX. Dengan dukungan penuh pada kampanye Trump, termasuk sumbangan lebih dari $118 juta melalui super PAC, Musk tampaknya siap menuai hasil besar jika Trump menang.
-
Bagaimana Elon Musk menunjukkan dukungannya kepada Donald Trump? “Saya sepenuhnya mendukung Presiden Trump dan berharap kesembuhannya cepat,” katanya.
-
Apa yang dikatakan Elon Musk tentang perubahan? Beberapa orang tidak suka perubahan, tetapi kamu perlu menerima perubahan jika alternatifnya adalah bencana.
-
Bagaimana Elon Musk memperoleh kekayaan? Musk adalah CEO perusahaan mobil listrik Tesla, perusahaan roket SpaceX, dan perusahaan media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
-
Apa yang Elon Musk bagikan baru-baru ini? Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, baru-baru ini membagikan sebuah video pertunjukan fashion show yang dihasilkan oleh AI, menampilkan berbagai pemimpin dunia dan tokoh teknologi terkemuka.
-
Apa yang direncanakan Elon Musk untuk dilakukan dengan kekayaannya? Elon MuskBahkan kabarnya Elon Musk menyatakan bahwa ia akan menggunakan kekayaannya untuk proyek-proyek besar dan filantropi.
-
Apa sumber kekayaan Elon Musk? Musk adalah CEO perusahaan mobil listrik Tesla, perusahaan roket SpaceX, dan perusahaan media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Musk bahkan mungkin bisa memainkan peran penting di pemerintahan Trump kedua, baik sebagai penasihat atau dalam peran yang lebih substansial. Namun, ini bisa menimbulkan masalah etis, terutama jika Musk memiliki pengaruh atas lembaga-lembaga pemerintah yang mengatur bisnisnya.
Selain itu, investasi Musk di luar negeri, terutama di Tiongkok, mengangkat kekhawatiran terkait konflik kepentingan yang bisa membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat.
Tesla, perusahaan kendaraan listrik milik Musk, sangat bergantung pada Tiongkok, baik sebagai basis produksi maupun pasar penting untuk mobilnya. Selain itu, Musk juga sering kali memberikan pandangan geopolitik yang berseberangan dengan kebijakan luar negeri AS, termasuk posisinya dalam perang di Ukraina yang sejalan dengan sikap Kremlin.
Beberapa anggota parlemen khawatir bahwa Musk dapat memengaruhi kebijakan AS demi kepentingan finansialnya. Mereka khawatir Musk bisa merusak tujuan AS dalam mencegah Tiongkok mengakses teknologi canggih yang dapat memperkuat militer dan intelijennya.
Para ahli mengatakan bahwa pengaruh Musk terhadap pemerintah AS berasal dari peran besar SpaceX, yang disebut sebagai "monopoli de facto" karena dominasinya dalam meluncurkan satelit komersial dan pemerintah ke luar angkasa. Musk juga bisa memperkuat bisnisnya melalui koneksi dengan Trump, dengan kemungkinan menargetkan pesaing seperti Boeing.
- Trump Menang Pilpres AS, Para 'Sultan' Tajir Melintir ini ini Harta Kekayaannya Langsung Naik Hingga Rp1.009 Triliun
- Peran Besar Elon Musk di Balik Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS, Ada Dana Rp2 Triliun untuk Kampanye
- Reaksi Elon Musk saat Donald Trump Klaim Menang Pilpres AS
- X dan Elon Musk Dituding Biang Penyebaran Hoaks Pemilu AS
Trump mengindikasikan bahwa dia ingin Musk memimpin "komisi" untuk memastikan efisiensi pengeluaran pemerintah. Sementara itu, Musk mengeluhkan "opresi regulasi" yang katanya semakin parah dari tahun ke tahun.
Musk berdiri di posisi yang unik: selain memimpin Tesla dan SpaceX, ia adalah pemegang saham terbesar di X (dulu Twitter) dan pendiri beberapa startup terkenal lainnya, termasuk Neuralink, The Boring Co., dan xAI. Setiap perusahaan ini memiliki hubungan yang kompleks dengan pemerintah federal, baik dalam hal regulasi maupun kontrak, yang bisa berubah tergantung siapa yang ada di Gedung Putih.