Hilang 80 Tahun saat Perang Dunia II, Pesawat ini Tiba-tiba Muncul di Perairan, Lokasinya Dekat Indonesia
Banyak yang tak menyangka jika pesawat pengebom perang dunia II muncul tiba-tiba.
Pesawat pengebom Perang Dunia II yang hilang di atas Samudra 80 tahun lamanya, kini telah ditemukan. Pesawat ini kembali terlihat pada menjelang akhir tahun 2023 di perairan pantai Gasmata di Britania Baru, sebuah pulau yang merupakan bagian dari Papua Nugini.
Dilansir dari Newsweek, Selasa (1/10), Departemen Pertahanan Australia mengumumkan dalam sebuah pernyataannya bahwa Angkatan Udara Kerajaan Australia (RAAF) telah meneliti pesawat yang ditemukan adalah Pesawat Pengebom Beaufort A9-374 dari Skuadron No.100 RAAF yang telah hilang.
-
Apa saja yang menjadi senjata utama dari Kapal Selam selama Perang Dunia II? Torpedo adalah senjata utama yang dimiliki kapal selam sebagai aset perang. Selama Perang Dunia II, alat peledak bawah air ini dapat digerakkan dan dikendalikan menggunakan sistem berbasis giroskop untuk memastikan jalur yang lurus dan digerakkan oleh tenaga uap atau listrik (di tahun-tahun terakhir perang).
-
Bagaimana Volkswagen bangkit setelah Perang Dunia II? Tetapi setelah perang, Volkswagen dipulihkan dengan bantuan dari Inggris dan Amerika. Produksi Beetle dilanjutkan, dan mobil tersebut menjadi simbol dari pemulihan Jerman setelah perang.
-
Apa yang terjadi pada Kapal KM Dewi Jaya 2? Kapal penangkapan ikan KM Dewi Jaya 2 yang mengangkut 37 orang dari Muara Baru, Jakarta tujuan Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam di perairan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel).
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Bagaimana cara Gong Perdamaian Dunia dibunyikan? Pada tanggal 9 September lalu gong ini dibunyikan oleh Bupati Kabupaten Ciamis, Herdiat Sunarya.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
Pesawat itu adalah pesawat pengebom bermesin ganda buatan Inggris yang dirancang oleh Bristol Aeroplane Company. Sebelum hilang, pesawat terlibat dalam pertempuran di wilayah perang Mediterania dan Pasifik Barat Daya.
Pesawat tersebut hilang bersama empat awaknya, yang telah tewas dalam pertempuran. Awak dari pesawat itu tidak pernah kembali setelah melakukan penerbangan pada tahun 1943. Sisa-sisa pesawat A9-374 yang hilang, ditemukan tersebar di area yang luas, berada lebih dari 50 kaki di bawah permukaan laut.
Hal tersebut mengakibatkan pencarian pesawat menjadi tantangan yang cukup sulit. Setelah penemuan awal reruntuhan pesawat, Kepala Angkatan Udara RAAF, Marsekal Udara Stephen Chappell mengungkapkan bahwa misi pencarian adalah tugas yang menantang juga memakan waktu.
“Misi tersebut melibatkan penyelam spesialis dan arkeolog maritim yang bekerja di lokasi yang kompleks, dengan reruntuhan kapal yang rusak parah dan tertutup lapisan sedimen dan pertumbuhan laut,” kata Chappell dalam pernyataan yang diberikan.
Awalnya, pesawat ditemukan selama pencarian yang dipimpin oleh miliarder Australia Andrew Forrest dan Ocean Ecology. Pengusaha tersebut mencari jenazah pamannya yang telah lama hilang, Perwira Penerbang David Forrest, yang ditembak saat mengemudikan pesawat pengebom serupa milik RAAF Beaufort di dekat Gasmata pada 1943.
- Pesawat Mendarat Darurat di Pantai Cemara Sewu Cilacap, Begini Kondisi Dua Awak
- Perusahaan Belanda Bakal Bikin Pesawat Listrik, Bisa Terbang Sejauh Jakarta-Surabaya
- Perdana, Pesawat Kepresidenan Mendarat Mulus di Bandara IKN
- Pesawat Trigana Air Gagal Lepas Landas di Bandara Serui Papua, Begini Kondisi 42 Penumpang
Untuk menghormati empat penerbangnya yang tewas, Pangkalan RAAF Point Cook di Victoria, Australia, akan mengadakan upacara penghormatan pada Oktober mendatang. Chappell mengatakan, “Tidak ada rencana pemulihan lebih lanjut untuk lokasi kecelakaan yang menantang ini, tetapi kami terus berupaya untuk menghitung semua personil layanan kami yang hilang sebagai bagian dari komitmen kami untuk menghormati layanan dan pengorbanan mereka bagi negara kami,”
Reporter magang: Nadya Nur Aulia