Hujan Meteor Ini Bisa Dilihat Oktober 2024
Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing komet. Induk dari hujan meteor Draconid bernama komet P/Giacobini-Zinner.
Dua jenis hujan meteor akan menghiasi langit pada bulan Oktober 2024, yaitu hujan meteor Draconid dan Orionid. Berdasarkan informasi dari laman BRIN pada Selasa (08/10/2024), puncak hujan meteor Draconid diperkirakan terjadi pada 7 hingga 8 Oktober 2024.
Sementara itu, hujan meteor Orionid akan mencapai puncaknya pada 21 hingga 22 Oktober 2024. Fenomena hujan meteor ini terjadi ketika meteoroid, yang merupakan sisa dari komet atau asteroid, terbakar saat memasuki atmosfer Bumi.
-
Apa itu hujan meteor? Hujan meteor adalah suatu fenomena alam luar angkasa yang terjadi ketika meteor jatuh terbang di angkasa.
-
Bagaimana hujan meteor terjadi? Hujan meteor pada dasarnya adalah puing-puing luar angkasa yang jatuh melalui atmosfer bumi, dan terbakar saat masuk ke atmosfer.
-
Bagaimana cara melihat hujan meteor Geminid? Untuk melihat hujan meteor Geminid, Anda tidak perlu menggunakan alat bantu seperti teleskop atau teropong. Cukup dengan mata telanjang, carilah posisi yang nyaman dan jauh dari cahaya kota, kemudian pandanglah ke langit.
-
Dimana hujan meteor Quadrantid bisa dilihat dengan jelas? Untuk melihat lebih jelas bisa dilihat di belahan bumi utara.
-
Di mana hujan meteor Perseid akan terlihat di langit? Pada saat itu, nantinya meteor di konstelasi Perseus akan naik lebih tinggi di langit barat laut, seperti yang terlihat dari Bumi bagian utara.
-
Bagaimana meteor menghantam Bulan? Dampak kecepatan tinggi itu menghasilkan panas yang hebat dan menciptakan kawah, sekaligus memberikan kilatan cahaya tampak cerah.
Menurut laman Space yang dikutip pada Rabu (9/10), hujan meteor Draconid tergolong sebagai hujan meteor minor dengan intensitas yang rendah. Jika kondisi langit gelap, kamu bisa melihat sekitar 5 hingga 10 meteor setiap jam.
Pada tahun 2024, para pengamat beruntung karena bulan akan berada dalam fase sabit dengan kecerahan hanya sekitar 27 persen. Titik puncak dari hujan meteor Draconid dapat ditemukan di kepala konstelasi Draco. Namun, untuk mengamatinya, tidak perlu mencari konstelasi Draco, asalkan langit cerah dan minim pencahayaan, hujan meteor ini tetap bisa terlihat.
Hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing komet, dan induknya adalah komet P/Giacobini-Zinner. Komet ini ditemukan pada 20 Desember 1900 oleh Giacobini di Observatorium Nice, Prancis, dan kemudian diamati oleh Ernst Zinner pada 23 Oktober 1913. Komet P/Giacobini-Zinner memiliki ukuran yang relatif kecil dibandingkan komet lainnya, dengan diameter sekitar 1,24 mil atau sekitar 2 kilometer.
Komet Sumber Hujan Meteor
Komet yang menjadi sumber hujan meteor Draconid memerlukan waktu sekitar 6,6 tahun untuk menyelesaikan orbitnya mengelilingi matahari. Di masa lalu, sisa-sisa dari komet P/Giacobini-Zinner pernah menciptakan badai meteor yang terlihat pada tahun 1933 dan 1940.
Fenomena tersebut menghasilkan ratusan hingga ribuan meteor per jam yang dapat dilihat dari Bumi. Penting untuk dicatat bahwa puing-puing komet tidak tersebar merata di orbitnya, meskipun sebagian besar terakumulasi di dekat komet itu sendiri. Ketika komet mendekati tata surya dan atmosfer Bumi, hujan meteor yang menakjubkan pun muncul.
- Terungkap Meteor yang Hantam Bumi Berasal dari Lokasi yang Sama
- Apa Itu Hujan Meteor Geminid? Ketahui Proses, Waktu Terjadi dan Cara Melihatnya
- Penampakan Hujan Meteor di Indonesia Terjadi dini Hari, Disebut Jadi yang Terbaik di Tahun 2023
- Kapan Hujan Meteor 2023? Berikut Waktu dan Proses Terjadinya
Pada tahun 1985, 1998, dan 2018, aktivitas hujan meteor Draconid menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2011, pengamat di Eropa bahkan mencatat lebih dari 600 meteor per jam dari hujan meteor ini. Namun, fenomena badai meteor yang terjadi tidak seintensif seperti yang terjadi beberapa dekade lalu.
Komet 21P/Giacobini-Zinner juga mencapai titik terdekatnya dengan Bumi, atau perihelion, pada 10 September 2018, yang juga diiringi dengan peningkatan jumlah meteor. Dengan menghitung periode orbitnya, diperkirakan perihelion berikutnya akan terjadi pada tahun 2025.
Meskipun demikian, para peneliti tidak dapat memastikan terjadinya ledakan meteor, meskipun hal tersebut mungkin saja terjadi. Sementara itu, hujan meteor Orionid mencapai puncaknya pada pertengahan Oktober setiap tahun, dan fenomena ini dianggap sebagai salah satu hujan meteor yang paling menakjubkan pada tahun 2024.
Komet Halley
Menurut informasi dari laman NASA pada Rabu (9/10), hujan meteor Orionid berasal dari Komet Halley. Komet ini mengelilingi matahari setiap 76 tahun dan melepaskan gas serta debu di sepanjang orbitnya. Ketika Bumi melintasi jalur Komet Halley, partikel-partikel kecil tersebut memasuki atmosfer dengan kecepatan tinggi, mencapai hingga 66 km/detik. Gesekan yang terjadi selama proses ini menciptakan garis-garis berwarna yang sering terlihat seperti bintang jatuh.
Meskipun Komet Halley membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan satu orbitnya, hujan meteor Orionid tetap muncul setiap tahun. Meteor Orionid terkenal karena kecerahan dan kecepatannya, bergerak dengan kecepatan sekitar 148.000 mph (66 km/s) saat memasuki atmosfer Bumi.
Meteor yang bergerak cepat ini dapat meninggalkan jejak bercahaya yang bertahan beberapa detik hingga menit, dan terkadang berubah menjadi bola api.
Hujan meteor Orionid akan berlangsung hingga 7 November 2024, dengan puncaknya diperkirakan menghasilkan sekitar 20 meteor per jam. Orionid dapat diamati di belahan bumi utara dan selatan selama beberapa jam setelah tengah malam, dengan titik radian, yaitu lokasi di langit tempat Orionid muncul, berada di konstelasi Orion.