Hujan Meteor Lyrid Akan Hiasi Langit, Ini Tanggalnya dan Cara Lihatnya!
Hujan Meteor Lyrid Akan Hiasi Langit, Ini Tanggalnya dan Cara Lihatnya!
Hujan meteor Lyrid akan kembali melintasi langit malam sejumlah negara pada bulan ini. Kabar baiknya, diperkirakan seluruh wilayah Indonesia juga akan dengan mudah melihatnya.
Diperkirakan oleh NASA, puncaknya akan terjadi pada 22-23 April 2019, meskipun penampakan rembulan diprediksi jauh lebih cerah ketimbang fenomena hujan meteornya.
-
Apa itu hujan meteor? Hujan meteor adalah suatu fenomena alam luar angkasa yang terjadi ketika meteor jatuh terbang di angkasa.
-
Bagaimana hujan meteor terjadi? Hujan meteor pada dasarnya adalah puing-puing luar angkasa yang jatuh melalui atmosfer bumi, dan terbakar saat masuk ke atmosfer.
-
Bagaimana proses terjadinya hujan meteor? Meteor terjadi ketika objek angkasa, seperti debu dan partikel lainnya, memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Saat objek tersebut memasuki atmosfer, gesekan dengan udara menyebabkan panas dan tekanan pada objek tersebut.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang meteor yang ditemukan di dasar Samudra Pasifik? Profesor sains asal Universitas Harvard itu percaya bahwa meteor seukuran bola basket yang jatuh di lepas pantai Papua Nugini berasal dari luar tata surya.
-
Apa yang menyebabkan hujan meteor terjadi? Hujan meteor sendiri merupakan fenomena yang terjadi ketika Bumi melintasi orbit dari komet atau asteroid dan menabrak partikel-partikel kecil yang ditinggalkan oleh objek tersebut.
-
Apa itu hujan meteor Geminid? Hujan meteor Geminid adalah salah satu hujan meteor terbesar yang terjadi setiap tahun pada pertengahan Desember.Fenomena ini berasal dari sisa debu dan puing-puing dari objek bernama 3200 Phaethon yang menjadi asal usul hujan meteor ini. Phaethon sendiri dianggap sebagai "asteroid hampir" atau "komet berkarang".
Menurut NASA, fenomena hujan meteor tahunan itu bertepatan dengan memudarnya kecemerlangan dari Bulan gibbous atau Bulan cembung, di mana ini adalah fase Bulan nyaris purnama.
Itu artinya, dengan tambahan sinar Bulan, penampakan hujan meteor diprediksi akan sulit diamati, berdasarkan keterangan dari para ahli astronomi, demikian seperti dikutip dari Daily Mail via Liputan6.com, Minggu (21/4/2019).
Tahun ini, para peneliti di Giant Magellan Telescope telah merilis infografis yang diklaim bisa membantu para pengamat langit untuk menyaksikan dengan jelas hujan meteor Lyrid.
Kata mereka, penglihatan yang optimal terjadi dalam beberapa jam sebelum fajar menyingsing, di mana pun Anda berada di belahan Bumi utara.
Selain itu, penduduk pun bisa tak mengandalakan alat bantu seperti teleskop, sebab meteor biasanya dapat dilihat dengan mata telanjang.
Untuk menemukan lokasi yang dilalui meteor, kita disarankan untuk melihat bintang yang berkilau paling terang di rasi Lyra, agar bisa menemukan radiant yang merupakan titik di langit di mana meteor bisa terlihat oleh manusia di Bumi.
Sementara itu, jumlah meteor Lyrid yang disinyalir akan melewati langit malam Bumi ialah 100 buah di tiap jamnya. Sedangkan rata-rata meteor datang dengan sekitar 15 hingga 20 setiap jam.
Bisa Dilihat Hingga 25 April
Dari sumber lain, menurut situs web sky.org, hujan meteor Lyrid akan mencapai puncaknya pada 23 April 2019. Namun bintang jatuh ini kemungkinan akan mulai terlihat setiap malam mulai 19 hingga 25 April.
Dari New Delhi, pancaran bintang jatuh Lyrid akan muncul 30 derajat di atas cakrawala timur laut di tengah malam. Ini berarti, warga di Negeri hindustan mungkin bisa melihat sekitar 5 meteor per jam.
Namun untuk melihat kehadiran meteor terbanyak, tempat terbaik untuk menyaksikannya ialah pada hamparan daratan yang luas dan minim sekali cahaya.
Jadi jika Anda ingin melihat sekilas bintang jatuh itu, Anda harus menengok langit pada Minggu malam, Senin subuh atau setelah Senin dini hari, hingga selasa malam.
Sekadar informasi soal Lyrid, menurut NASA, hujan meteor Lyrid adalah salah satu hujan meteor tertua dalam catatan sejarah astronomi dan meteor ini cenderung bergerak cepat dan cerah.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Afra Augesti
Baca juga:
5 Studi dan Teori Sains Yang Diterapkan Dalam Kampanye dan Pemilu
Teknologi Ini Mampu Buat Otak Lansia Miliki Performa Layaknya Remaja
Ini Penampakan 'Black Hole' Yang Pertama Kali Terekam Sepanjang Sejarah
7 Penemuan Abad 19 yang Masih Dipakai Hingga Saat Ini
7 Momen Kecerdasan Buatan Jadi 'Terlalu Cerdas'
Ilmuwan Ini Ingin Buktikan Adanya Kehidupan Setelah Kematian
9 Suara Paling Keras di Dunia, Sulit Ditolerir Telinga Manusia!