Ilmuwan Temukan Titik Terang Cara 'Laundry' Pakaian Dalam Astronot Biar Bersih seperti Dicuci Basah
Pakaian antariksa kemungkinan besar akan digunakan oleh berbagai astronot dan disimpan dalam jangka waktu lama yang berpotensi muncul mikroba.
Para ilmuwan kini sedang bekerja keras menciptakan solusinya.
Ilmuwan Temukan Titik Terang Cara 'Laundry' Pakaian Dalam Astronot Biar Bersih seperti Dicuci Basah
Mencari Solusi Terbaik
Mencuci pakaian adalah sesuatu yang sangat biasa dilakukan. Tetapi bagaimana hal itu dilakukan di luar angkasa? Pertanyaan ini masih dicari jawabannya oleh ilmuwan. Terlebih misi Artemis III ke Bulan akan dilangsungkan pada 2025. Oleh sebab itu, para ilmuwan kini sedang bekerja keras menciptakan solusinya demi kenyamanan dan kesehatan astronot.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan tentang bekas luka astronot dari luar angkasa? Penelitian menemukan bahwa telomer, pelindung ujung kromosom, memanjang secara dramatis ketika tiba di luar angkasa. Namun, telomer kembali ke panjang semula dalam beberapa bulan setelah kembali ke Bumi.
-
Bagaimana astronot mencapai luar angkasa? Penerbangan operasional pertama Program Pesawat Ulang-alik pada tahun 1980an membawa gelombang manusia baru ke luar angkasa.
-
Kenapa ilmuwan suka melihat bekas luka astronot? Bekas luka ini semakin meyakinkan ilmuwan bahwa manusia akan selamat jika pergi ke Mars.
-
Kenapa astronot melakukan eksperimen di luar angkasa? Seringkali astronot melakukan eksperimen untuk mengetahui karakteristik atau potensi gayaberat mikro, untuk mengetahui organisme biologis, hingga fenomena yang terjadi di luar angkasa.
-
Apa saja yang dilakukan astronot di luar angkasa? Mayoritas astronot yang dikirim ke luar angkasa, 86 persen, menyelesaikan perjalanan dengan setidaknya satu kali orbit mengelilingi Bumi.
-
Bagaimana astronot bisa mencium bau luar angkasa? Namun demikian, kenyataannya adalah setelah kembali dari perjalanan di luar stasiun luar angkasa, astronot secara teratur mencium aroma unik saat melepaskan helm mereka.
Salah satunya adalah mencari bahan kain terbaik untuk membantu astronot tidak hanya bertahan dari kondisi di permukaan Bulan tetapi juga menjaga pakaian antariksa tetap bersih di bagian dalam. Kondisi ini termasuk paparan suhu ekstrem, radiasi antariksa, dan debu yang sangat abrasif.
Masalah lainnya adalah bagaimana mencegah pertumbuhan mikroba di dalam pakaian antariksa itu sendiri, terutama karena pakaian antariksa mungkin akan digunakan oleh anggota kru yang berbeda.
"Pakaian antariksa kemungkinan besar akan digunakan berbagai astronot yang berbeda dan disimpan dalam waktu lama. Nah ini berpotensi menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi mikroorganisme. Oleh karena itu, perlu mencari solusi menghindari munculnya mikroba,"
ilmuwan material dan proses European Space Agency (ESA), Malgorzata Holynska.
"Itu cukup mudah dilakukan setiap hari, berkat deterjen, mesin cuci, dan pengering. Namun di lingkungan seperti di Bulan atau sekitarnya, mencuci bagian dalam pakaian antariksa secara konsisten mungkin tidak praktis,"
Tambah pernyataan Malgorzata Holynska.
Ilmuwan ESA sedang bekerja untuk menilai tekstil baru yang cocok buat pakaian antariksa baru yang tidak sama pada misi Apollo. Salah satu proyek yang dipimpin oleh Biocidal Advanced Coating Technology for Reducing Microbial Activity (BACTeRMA) Austria.
Untuk mencapainya, mereka mengambil pendekatan "memerangi api dengan api" dan memeriksa apa yang disebut "metabolit sekunder." Metabolit sekunder ini adalah senyawa yang diproduksi oleh mikroba yang mengandung sifat antibiotik dan membantu melindungi mikroba dari berbagai kondisi lingkungan.
"Temuan dari BACTeRMA membentuk dasar untuk pengembangan di masa depan dalam bidang perlakuan antimikroba dan integrasi teknologi tekstil pintar,"
Gernot Grömer, Direktur Austrian Space Forum seperti dikutip dari IFLScience, Selasa (1/8).