Ini Tren Kejahatan Siber yang Akan Muncul di 2021, Waspada!
Ini Tren Kejahatan Siber yang Akan Muncul di 2021, Waspada!
Aktivitas Work From Home atau WFH sudah berjalan hampi satu tahun, mengikuti anjuran masa pandemi untuk social distancing. Hal ini menimbulkan risiko dan keresahan baru, yakni kejahatan siber. Pasalnya, pekerjaan dilakukan dengan menggunakan perangkat jaringan rumah dan perangkat pribadi.
Perusahaan keamanan siber Trend Micro menyebutkan beberapa ancaman siber yang bakal terjadi. Keamanan data cloud juga perlu diperhatikan lebih serius pada masa sekarang. Para penjahat siber akan menyasar perangkat-perangkat dan jaringan rumahan yang digunakan karyawan perusahaan.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa yang dilakukan para hacker terhadap toko penjara? Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Apa saja layanan hacking yang ditawarkan? Seorang pengembang dengan pengalaman hampir satu dekade menawarkan layanan pembuatan halaman phishing, kloning bank, kloning pasar, penguras kripto, spoofing SMS, dan spoofing email.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
Tingkat keamanan perangkat pribadi biasanya lebih rendah dibandingkan dengan tingkat keamanan perusahaan. Hal ini yang menjadi celah bagi penjahat siber untuk masuk.
"Target utamanya adalah perusahaan, namun jalurnya melalui bagian-bagian kecil yakni karyawan," ungkap Country Manager Trend Micro Indonesia, Laksana Budiwiyono dalam konferensi pers virtual yang diikuti Tekno Liputan6.com.
Kejahatan Siber Lewat VPN
Biasanya Virtual Private Network (VPN) digunakan untuk mengamankan jaringan, namun perlu diperhatikan layanan VPN juga dapat menjadi celah masuknya virus atau akses bagi penjahat siber.
Kemudian, maraknya misinformasi. Kesalahan informasi akan dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk memengaruhi korban mengikuti arahan sehingga dapat merugikan.
"Langkahnya lebih jauhnya adalah akan ada sabotase produk dan pencurian data," katanya.
Laksana menambahkan, yang paling rentan menjadi sasaran adalah sektor kesehatan dan keuangan. Tak dapat dipungkiri sektor keamanan mendapat lebih banyak pemasukan pada masa pandemi.
Pada sektor keuangan, banyak transaksi yang dilakukan, hal ini bisa menjadi celah.
"Beberapa waktu lalu, sempat ramai soal kasus saldo yang berkurang, ini salah satu contoh," ucapnya.
Antisipasi
Setelah menjelaskan beberapa ancaman yang akan terjadi, Trend Micro menyarankan langkah-langkah untuk mengantisipasi terjadinya kejahatan siber.
Pertama, mendorong edukasi dan pelatihan karyawan untuk lebih memahami tentang bagaimana cara terbaik dalam menjaga keamanan perusahaan ketika membawa pekerjaan ke rumah, termasuk pelarangan untuk menggunakan perangkat pribadi.
Lalu, mempertahankan kontrol akses yang ketat untuk jaringan perusahaan maupun jaringan rumah, termasuk zero trust atau tidak mudah mempercayai sumber.
Kemudian, menggandakan praktik terbaik keamanan dan program manajemen patch. Terakhir, meningkatkan deteksi ancaman dengan ahli keamanan untuk melindungi pekerjaan di cloud, email, PC, jaringan, dan server sepanjang waktu.
Presales Consultant Trend Micro Indonesia, Teguh Wilidarma, menuturkan untuk menambah kewaspadaan diperlukan menggunakan aplikasi dari sumber resmi penyedia.
"Aplikasi harus di-download menggunakan store resmi. Dilihat dari review di aplikasi, posisitf atau negatif, dan juga reputasi penyedia. Memastikan jika ditemukan aplikasi ini melakukan sesuatu yang di luar batas normal. Perlu bersikap semakin kritis," tutupnya.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Arief Rahman Hakim