Ironis, Afrika jadi tempat sampah gadget bekas Negara Barat
Jutaan sampah elektronik masuk Afrika setiap tahunnya
Jutaan ton sampah elektronik dihasilkan oleh dunia setiap tahunnya, terutama oleh negara-negara Barat, seperti Eropa dan kawasan Amerika Utara. Pertanyaanya, di mana mereka membuangnya?
Jawabannya adalah benua Afrika, dan salah satu negara yang menjadi tempat sampah terbesar barang elektronik adalah Ghana. Sebuah organisasi pengolahan sampah elektronik, QAMP, telah merilis beberapa foto yang menunjukkan tingginya tingkat polusi sampah elektronik daerah Agbogbloshie di Akra, ibukota Ghana.
-
Dimana tempat penelitian ini dilakukan? Bukti ini ditemukan lewat studi yang dipimpin oleh Gaia Giordano dari Universitas Milan, Italia.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Siapa yang memuji penelitian ini? T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
Menurut QAMP, banyak negara-negara barat yang membuang sampak elektronik mereka ke Ghana dan negara Afrika lain karena biayanya murah. Tepatnya jauh lebih murah ketimbang harus mendaur ulang sampah elektronik itu di negara-negara Barat.
Menurut penelitian PBB, setidaknya ada 41 juta ton sampah elektronik baru yang dibuang oleh warga dunia. Nilai dari sampah yang terdiri dari komputer, gadget, hingga alat elektronik rumah tangga bekas itu ditaksi mencapai Rp 650 triliun lebih.
Ironisnya, laporan PBB menyebutkan hanya 6 juta ton saja yang berhasil didaur ulang. Jumlah itu kalah jauh dari total sampah elektronik Eropa yang tahun lalu mencapai 11,6 juta ton. Penyelundupkan sampah secara ilegal ke Afrika pun menjadi pilihan yang ekonomis.
Di sisi lain, Afrika sekarang dipenuhi sampah elektronik yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Terlebih, mereka tidak memiliki alat yang tepat untuk mendaur ulang sampah elektronik yang memadahi.
Meskipun banyak warga yang akhirnya bisa menjadi pengepul komputer atau gadget bekas, kerusakan lingkungan akibat limbah beracun dari sampah elektronik sudah terlalu parah.
Di Agbogbloshie misalnya, daerah itu sudah penuh dengan zat berbahaya seperti merkuri. Bahkan, sungai dan sumber air warga juga dipercaya terkontaminasi zat kimia berbahaya dari sampah elektronik.
Ironisnya, masyarakat Agbogbloshie seolah sudah terbiasa dengan sampah elektronik itu. Menurut QAMP, anak-anak kecil biasa bermain di daerah pembuangan yang rawan ledakan dan menghirup asap pembakaran sampak elektronik yang berbahaya.
Baca juga:
7 Bukti kejeniusan hewan yang bikin takjub manusia
Mantan Menteri Pertahanan Kanada sebut alien hidup di antara manusia
Gawat! Lebah bisa kecanduan pestisida, bak manusia kecanduan rokok
Atase Pendidikan KBRI di India jalin kerjasama dengan APTIKOM Malang
Penelitian membuktikan wanita lebih cekatan dalam multitasking