Kata Ilmuwan soal Rencana Bangun Lift ke Luar Angkasa Sejak 1 Abad Lalu, Bisa Terwujud Sekarang?
Ide ini sebetulnya sudah lama, namun kala itu masih berkutat pada struktur bangunan.
Ide ini sebetulnya sudah lama, namun kala itu masih berkutat pada struktur bangunan.
Kata Ilmuwan soal Rencana Bangun Lift ke Luar Angkasa Sejak 1 Abad Lalu, Bisa Terwujud Sekarang?
Ketika orang pertama kali mulai menjelajahi ruang angkasa pada 1960-an, biayanya mencapai USD80.000 (disesuaikan dengan inflasi) untuk memasukkan satu pon muatan ke orbit rendah Bumi. Alasan utama tingginya biaya ini adalah kebutuhan untuk membuat roket baru yang mahal untuk setiap peluncuran. Seiring berjalannya waktu, metode itu pun berubah ketika SpaceX mulai membuat roket murah yang dapat digunakan kembali. Imbasnya adalah biaya yang diperlukan untuk mengangkut barang atau manusia terpangkas signifikan dengan harga USD1.300 per pon.
-
Apa keuntungan utama dari lift luar angkasa? Salah satu keuntungan utama dari lift luar angkasa adalah mengurangi biaya perjalanan ke luar angkasa.
-
Bagaimana roket bisa meluncur ke luar angkasa? Untuk dapat pergi ke luar angkasa, roket memerlukan gaya dorong yang sangat besar. Gaya dorong tersebut bergantung pada kecepatan gas buang dan massa gas yang dikeluarkan setiap detiknya.
-
Mengapa lift luar angkasa dapat mengurangi biaya perjalanan ke luar angkasa? Dibandingkan dengan biaya peluncuran roket yang sangat mahal, elevator ruang angkasa dapat mengangkut kargo ke orbit dengan biaya yang jauh lebih murah.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di luar angkasa? Para ilmuwan telah menemukan dua bintang dengan sifat misterius. Benda langit ini memancarkan gelombang radio setiap 20 menit. Anehnya lagi ia berkedip dan mati saat berputar menuju maupun menjauh dari Bumi. Para ilmuwan berasumsi bahwa mereka mungkin mewakili objek bintang tipe baru.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di luar angkasa? Tim astronom pimpinan ilmuwan di Caltech, Amerika Serikat melaporkan penemuan air di luar angkasa. Mereka mengaku menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta.
-
Bagaimana lift luar angkasa dapat mengangkut kargo tanpa roket atau bahan bakar? Tanpa memerlukan roket atau bahan bakar, elevator ruang angkasa menggunakan pendaki elektromagnetik untuk mengangkut kargo.
Lantas, adakah cara lain untuk bisa memangkas biaya per ponnya di masa mendatang?
Elevator. Konsep menggunakan lift untuk ke luar angkasa dulu pernah menggema. Dilaporkan FreeThink, Jumat (18/8), konsep itu pertama kali diungkapkan oleh ilmuwan Rusia Konstantin Tsiolkovsky pada 1895.
Ia terinsipirasi sesudah mengunjungi Menara Eiffel setinggi 1000 kaki. Dirinya mengungkapkan dalam teori yang diterbitkan pada makalah tentang pembangunan struktur setinggi 22000 mil atau 36000 km.
Dengan tinggi itu, akan memudahkan akses ke orbit Bumi di mana objek tampak tetap berada di permukaan bumi.
Namun saat itu, Tsiolkovsky mengakui tidak ada material yang dapat menopang berat menara semacam itu.
Menurut fisikawan Bradley Edwards, yang pernah meneliti konsep itu sekitar 20 tahun yang lalu, menyebut dibutuhkan biaya USD10 miliar dan membutuhkan waktu 15 tahun untuk membangun lift ruang angkasa. Tetapi setelah beroperasi, biaya pengiriman muatan ke orbit Bumi mana pun bisa sama atau hanya butuh USD100 per pon.
"Begitu Anda mengurangi biaya, itu membuka pintu bagi banyak orang, banyak negara, dan banyak perusahaan untuk terlibat dalam ruang angkasa,"
Fisikawan Bradley Edwards dikutip Space pada 2005.
- Pria Ini Dinobatkan sebagai Pemenang Desain Lift Ruang Angkasa
- Segini Kisaran Biaya Dibutuhkan Bangun Rumah Desain Minimalis Ukuran 5x6 Meter
- Perusahaan Jepang ini Punya Rencana Bangun Lift Luar Angkasa, Segini Biaya Pembangunannya
- Mengenal Nuwo Sesat, Tempat Pertemuan Orang Lampung Berbalut Gaya Arsitektur Unik
Selain keuntungan ekonomi, lift ruang angkasa juga akan lebih bersih daripada menggunakan roket. Tidak akan ada pembakaran bahan bakar, tidak ada emisi rumah kaca yang berbahaya dan sistem transportasi baru tidak akan berkontribusi pada masalah sampah ruang angkasa yang sama.
Lalu, mengapa belum memilikinya?
Edwards menulis dalam laporannya bahwa semua teknologi yang dibutuhkan untuk membangun elevator luar angkasa sudah ada kecuali bahan yang dibutuhkan untuk membangun tambatan. “Besi tidak cukup kuat, begitu pula Kevlar, serat karbon, sutera laba-laba, atau bahan lain selain karbon nanotube. Untungnya bagi kami, penelitian karbon nanotube saat sedang sangat meningkat dan berkembang pesat menjadi produksi komersial,” tulis Edwards.
Bertentangan dengan laporan Edwards, peneliti dari Universitas Johns Hopkins Sean Sun dan Dan Popescu mengatakan bahwa serat Kevlar dapat berfungsi. Hanya saja, perlu terus memperbaiki tambatannya. “Dengan menggunakan sensor dan perangkat lunak kecerdasan buatan, dimungkinkan untuk memodelkan seluruh tambatan secara matematis untuk memprediksi kapan, di mana, dan bagaimana serat akan putus,” tulis para peneliti di Aeon pada 2018. Para astronom dari University of Cambridge dan Columbia University juga berpikir Kevlar bisa digunakan untuk elevator luar angkasa, jika membuatnya dari Bulan bukan dari Bumi. Terlepas itu, hingga kini wacana itu belum dibahas kembali secara serius oleh para ilmuwan.
Pada 2012 perusahaan Jepang sempat ingin melakukannya. Obayashi Corp. yang berbasis di Tokyo berencana membangun lift ruang angkasa operasional pada pertengahan abad, surat kabar Jepang Yomiuri Shimbun melaporkan pada 22 Februari 2012.
Perangkat tersebut akan membawa penumpang ke langit dengan kecepatan sekitar 124 mph (200 kph).
Disebutkan mengantarkan mereka ke stasiun 22.000 mil atau 36.000 kilometer di atas Bumi dalam waktu lebih dari seminggu.