NASA Berambisi Manusia Bisa Hidup di Bulan
Howard Hu, pemimpin program pesawat luar angkasa Orion NASA, mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk membuat manusia dapat hidup di Bulan dalam waktu 10 tahun dari sekarang.
Howard Hu, pemimpin program pesawat luar angkasa Orion NASA, mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk membuat manusia dapat hidup di Bulan dalam waktu 10 tahun dari sekarang.
Dilansir dari BBC pada Senin (21/11), Hu mengatakan bahwa peluncuran roket Artemis pada Rabu (16/11), yang membawa Orion dan bagian dari misi untuk membawa astronot kembali ke Bulan, adalah hari bersejarah bagi penerbangan luar angkasa manusia. Orion pun diketahui telah berada sekitar 134.000 km (83.300 mil) dari Bulan.
-
Siapa astronot NASA yang terjebak di luar angkasa? Dua astronot NASA, Suni Williams dan Butch Wilmore, yang sedang menguji pesawat luar angkasa Boeing CST-100 Starliner, terpaksa tetap berada di ISS setelah mengalami kesulitan teknis dengan pesawat mereka.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Apa saja yang dilakukan astronot di luar angkasa? Mayoritas astronot yang dikirim ke luar angkasa, 86 persen, menyelesaikan perjalanan dengan setidaknya satu kali orbit mengelilingi Bumi.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Apa yang ditemukan NASA saat mengamati luar angkasa? Para astronom NASA telah menemukan "sinyal" yang tidak dapat dijelaskan datang dari luar galaksi ini. Mereka sedang melihat data selama lebih dari satu dekade dari salah satu teleskop utama NASA ketika mereka menangkap sinyal tersebut. “Ini adalah sesuatu yang tidak terduga dan belum dapat dijelaskan di luar galaksi kita,” kata Francis Reddy dari Goddard Space Flight Center NASA, dikutip Indy100, Sabtu (20/1).
-
Apa latihan tersulit yang dilakukan astronot NASA sebelum ke luar angkasa? Namun, menurut mantan astronaut José Moreno Hernández, ada sesi pelatihan lain yang jarang dibicarakan, yaitu pelatihan buang air kecil dan besar, dilengkapi dengan ujiannya yang cukup menantang.
Untuk misi pertama ini, meski tidak berawak, pesawat ruang angkasa Orion dilengkapi dengan 'manekin' yang akan mencatat dampak penerbangan tersebut pada tubuh manusia.
"Ini adalah langkah pertama yang kami ambil untuk eksplorasi ruang angkasa dalam jangka panjang, tidak hanya untuk Amerika Serikat tetapi juga untuk dunia," kata Hu kepada BBC, Minggu (20/11).
Hu menjelaskan bahwa jika penerbangan Artemis saat ini berhasil maka misi berikutnya adalah dengan awak, diikuti oleh yang ketiga di mana astronot akan mendarat di Bulan lagi untuk pertama kalinya sejak misi Apollo pada bulan Desember 1972 lalu.
"Misi saat ini berjalan dengan baik, semua sistem bekerja dan tim misi bersiap untuk penembakan mesin Orion berikutnya saat makan siang pada hari Senin untuk menempatkan pesawat ruang angkasa ke orbit Bulan," kata dia.
Salah satu fase paling kritis dari misi Artemis I adalah mengembalikan modul Orion dengan selamat ke Bumi. Orion akan masuk kembali ke atmosfer Bumi pada 11 Desember mendatang dengan kecepatan 38.000 km/jam (24.000 mph), atau 32 kali kecepatan suara dan perisai di bagian bawahnya akan mengalami suhu mendekati 3.000C.
Setelah keamanan komponen serta sistem Artemis diuji dan dibuktikan, Hu mengatakan rencananya adalah membuat manusia hidup di Bulan dalam dekade ini.
Sebagian besar alasan untuk kembali ke Bulan adalah untuk menemukan apakah ada air di kutub selatan satelit, tambahnya, karena itu dapat diubah untuk menyediakan bahan bakar bagi pesawat yang pergi lebih jauh ke luar angkasa.
"Kami akan mengirimkan orang ke permukaan dan mereka akan tinggal di permukaan itu dan melakukan sains," kata Hu.
Menurutnya, sangat penting bagi manusia untuk belajar banyak di luar orbit Bumi dan melakukan langkah besar.
"Misi Artemis memungkinkan kami memiliki platform dan sistem transportasi yang berkelanjutan yang memungkinkan kami mempelajari cara beroperasi di lingkungan luar angkasa yang dalam itu," ujarnya.
Reporter magang: Dinda Khansa Berlian
(mdk/faz)