Orang Tua Kini Bisa Pantau Aktivitas Anak di Media Sosial
Meta menghadirkan parental supervision melalui Family Center, yang memungkinkan orang tua memantau aktivitas anak mereka.
Meta Indonesia terus memprioritaskan keselamatan remaja di ruang digital melalui berbagai fitur perlindungan di aplikasi-aplikasinya. Langkah ini bertujuan menciptakan ruang yang aman sekaligus mendukung remaja untuk berinteraksi secara sehat dan bertanggung jawab.
“Kami ingin orang bisa menggunakan platform kami untuk mengekspresikan diri, menyuarakan pendapat, tapi juga dengan cara yang tidak membahayakan orang lain,” kata Dessy Septiane Sukendar, Policy Program Manager Meta Indonesia, di Jakarta, Selasa (10/12).
- Mengatasi Kecanduan Media Sosial pada Anak, 5 Solusi Efektif untuk Orang Tua
- 10 Permasalahan Sosial yang Dihadapi oleh Anak Remaja di Masa Sekarang, Orangtua Perlu Tahu!
- Melawan Obesitas pada Anak, Solusi Efektif untuk Kesehatan Anak yang Lebih Baik
- Ini Aktivitas Terakhir Bos Akseseoris Bareng Keluarga Sebelum Dibunuh Istri, Anak & Pacar Anaknya
Dalam acara “Ngobrol di Meta”, Dessy menjelaskan bahwa Meta memiliki beberapa aspek yang dibuat untuk membantu para remaja merasa nyaman di ruang digital. Yang pertama adalah built-in protection, yaitu perlindungan otomatis yang berjalan di belakang layar tanpa terlihat oleh pengguna.
"Jadi built-in protection ini atau sebuah setting yang di belakang layar tidak terlihat oleh banyak orang, tapi kita gunakan dan kita settingkan untuk anak-anak remaja," katanya.
Selain itu, Meta menghadirkan parental supervision melalui Family Center, yang memungkinkan orang tua memantau aktivitas anak mereka. Dengan fitur ini, orang tua bisa melihat durasi penggunaan aplikasi, daftar pengikut akun anak, hingga konten yang dilaporkan.
Untuk mendorong penggunaan aplikasi secara sehat, Meta juga memperkenalkan fitur Mode Senyap yang mematikan notifikasi guna mengurangi distraksi. Pengguna juga dapat mengatur batas waktu penggunaan aplikasi.
Meta mengambil langkah lebih jauh dengan membatasi akun dewasa yang dianggap mencurigakan agar tidak dapat menemukan atau berinteraksi dengan akun remaja melalui fitur seperti explore, reels, atau komentar pada unggahan orang lain.
"Pelaku-pelaku ini tidak bisa menemukan anak-anak remaja di explore atau reels. Selain itu, mereka juga tidak bisa melihat komentar remaja di postingan orang lain," ujar Dessy.
Selain itu, Meta juga menonaktifkan fitur tagging dan mention untuk akun remaja, sehingga mencegah interaksi yang tidak diinginkan dengan orang yang tidak saling mengikuti. Meta juga mendorong remaja untuk menggunakan mode private sejak awal membuat akun Instagram.
Dalam menghadapi isu sensitif seperti sekstorsi atau konten intim, Meta memperkenalkan fitur Nudity Protection yang bertujuan mencegah pengiriman foto-foto tidak pantas. Fitur ini juga memberikan edukasi kepada pengguna untuk berpikir dua kali sebelum mencari atau menyebarkan konten tersebut.
"Kami akan menimbulkan sebuah education agar mereka pikir dua kali sebelum mereka mencari konten-konten tersebut," ungkap Dessy.Sebagai informasi, sekstorsi adalah kekerasan berbasis gender online di mana pelaku memeras korban secara materi atau seksual dengan ancaman menyebarkan konten intim milik korban.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia