OVO Gandeng Pegadaian Untuk Dorong Inklusi Keuangan Digital
OVO Gandeng Pegadaian Untuk Dorong Inklusi Keuangan Digital
Platform pembayaran dan layanan keuangan digital, OVO, menjalin kolaborasi dengan PT Pegadaian Persero untuk memperluas layanan sekaligus mendorong pertumbuhan dan pemerataan inklusi keuangan di Indonesia.
Sinergi antara institusi keuangan non-bank dan unicorn teknologi finansial di Indonesia ini berpotensi membawa lebih dari 13.4 juta nasabah Pegadaian Persero ke dalam ekosistem keuangan digital yang terintegrasi, aman dan mudah digunakan.
-
Apa yang dimaksud dengan Kesenian Ogleg? Kesenian Ogleg adalah kesenian khas Kulon Progo yang lahir pada masa sulit di akhir tahun 1950-an. Gerakan Ogleg unik, patah-patah, mirip dengan gerakan kepala orang yang sedang pusing atau 'ogleg-ogleg' dalam bahasa Jawa.
-
Siapa pencipta kesenian Ogleg? Tokoh penciptanya adalah Rubikin Noto Sunaryo, pria asal Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.
-
Apa itu Sambai Oen Peugaga? Sajian ini secara umum mirip seperti salad yang kerap kita jumpai. Bedanya, sambai oen peugaga ini menggunakan aneka dedaunan, salah satunya dari daun pegagan atau Centella asiatica yang tumbuh subur di daerah ini.
-
Mengapa kesenian Ogleg diciptakan? Tokoh penciptanya, Rubikin Noto Sunaryo, terinspirasi dari pertunjukan jathilan saat acara Grebeg Mulud di Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta dan ingin mencoba membuat gerakan tari yang berbeda.
-
Apa itu Odading? Bagi warga Jawa Barat, odading jadi kudapan yang nikmat disantap saat pagi dan malam hari. Tekstur yang renyah di luar dan lembut di dalam menjadikannya sebagai kudapan favorit masyarakat. Makanan serupa roti goreng ini juga memiliki cita rasa yang manis dan gurih yang membuat siapapun yang memakannya ingin terus melahapnya.
-
Kapan O ditangkap? Ia ditangkap saat tengah bekerja di pabrik tahu di Kampung Parit Timur, Desa Banjarsari Timur, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.
Berdasarkan data terakhir, OVO memproses 1 miliar transaksi dalam satu tahun secara real time, dengan peningkatan jumlah transaksi lebih dari 70 persen di tahun 2019.
Perkecil Masyarakat Tak Tersentuh Perbankan
Sinergi strategis ini juga secara signifikan mendorong pertumbuhan tingkat inklusi keuangan dan memperkecil jumlah penduduk yang belum tersentuh layanan perbankan.
Berdasarkan survei nasional literasi keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada November 2019, indeks inklusi keuangan kini telah mencapai 76 persen. Penandatanganan nota kesepahaman antara PT Pegadaian (Persero) dan OVO (PT Visionet Internasional) yang berlangsung di Jakarta, 8 Januari 2020.
"Kesepakatan antara OVO dan Pegadaian akan semakin meniadakan kesenjangan layanan keuangan berbasis teknologi bagi pengguna, bahkan yang tinggal di wilayah pelosok. Nasabah Pegadaian dan pengguna OVO, kini dapat memperoleh pengalaman bertransaksi secara non tunai dengan lebih aman, nyaman dan mudah. Hal ini sejalan dengan visi OVO untuk menghadirkan akses keuangan digital yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujar Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra.
Karaniya menegaskan komitmen OVO mendukung target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. OVO terus berupaya menjadi solusi layanan finansial terpadu dan secara aktif mendukung Gerakan Nasional Non Tunai serta inovasi QRIS dari Bank Indonesia.
Sebagai upaya demokratisasi layanan keuangan digital, OVO secara khusus merangkul masyarakat yang belum tersentuh kemudahan layanan keuangan modern ke dalam ekosistem ekonomi digital. Saat ini 28 persen pengguna OVO termasuk kategori underbanked.
"Strategi ekosistem terbuka yang dilakukan oleh OVO, secara signifikan mampu memperluas adopsi serta pertumbuhan jumlah merchant, khususnya pengusaha mikro, kecil dan menengah yang sebelumnya tidak tersentuh layanan keuangan modern. Hal ini selaras dengan layanan keuangan Pegadaian dengan fokus pada segmen nasabah yang sama," tambah Karaniya.
Kepercayaan Masyarakat Terhadap OVO Akan Diaplikasikan ke Pegadaian
Di tahun 2019, OVO juga mencatat pertumbuhan jumlah nilai transaksi sebanyak 55% dan peningkatan jumlah pengguna aktif bulanan lebih dari 40 persen. Hal ini menggarisbawahi bahwa adopsi layanan keuangan digital terus bertambah, serta kepercayaan pengguna terhadap ekosistem OVO.
"Kerjasama dengan OVO akan meningkatkan akses nasabah Pegadaian ke dalam ekosistem keuangan digital nasional yang terus berkembang. Pegadaian perlu memastikan pemerataan akses terhadap sistem pembayaran modern yang terintegrasi, aman dan nyaman serta akuntabel. Kerjasama ini mengedukasi lebih banyak masyarakat untuk bertransaksi non-tunai. Kolaborasi ini kunci bagi pelaku industri keuangan seperti kami untuk terus bertumbuh bersama," ujar Kuswiyoto selaku Direktur Utama Pagadaian.
Kuswiyoto menegaskan komitmen Pegadaian untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Sebagai badan usaha milik negara dengan dividen terbesar ke-tujuh (2018) dengan pendapatan Rp1,4 triliun per tahun, kerjasama ini adalah wujud komitmen Pegadaian untuk terus berinovasi. Tanggap akan pentingnya inovasi dan peningkatan layanan, Pegadaian secara aktif menggerakkan 1.804 tenaga pemasar serta 9.623 agen yang membawa layanan lebih dekat pada nasabah.
Dengan kerjasama ini, maka nasabah Pegadaian melakukan transaksi keuangan melalui OVO seperti pembayaran, top-up, serta pencairan (disbursement). Kerjasama ini juga akan meliputi program pendaftaran, registrasi, dan upgrade OVO sesuai dengan penerapan prinsip-prinsip KYC (know-your-customer) OVO. Disamping itu kedua belah pihak terbuka untuk menggali potensi kerjasama dan sinergi lainnya untuk semakin meningkatkan layanan bagi nasabah keduanya.
Nota kesepahaman antara OVO dan PT Pegadaian Persero menggarisbawahi kesamaan visi kedua institusi dalam mendorong inklusi keuangan melalui pemanfaatan teknologi digital.
Reporter Magang: Roy Ridho
(mdk/idc)