Pelaku Industri F&B Bisa Bertahan Kala Pandemi, Pakai Jurus Digital Ini!
Industri food and beverage (F&B) di Indonesia terpukul keras akibat pandemi Covid-19. Masyarakat pun lebih memilih untuk makan di rumah dibandingkan dine-in di restoran dan menghindari berbagai kafe, coffee shop atau bar/lounge. Apa solusinya secara teknologi?
Industri food and beverage (F&B) di Indonesia terpukul keras akibat pandemi Covid-19. Masyarakat pun lebih memilih untuk makan di rumah dibandingkan dine-in di restoran dan menghindari berbagai kafe, coffee shop atau bar/lounge.
Melihat dampak masif ini, pelaku industri F&B harus gencar berinovasi dan melakukan transformasi ke ranah digital secara cepat agar tetap dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan, meski tidak dapat berkunjung ke outletnya.
-
Apa saja yang ditawarkan di warung ini? “Jadi warungnya ini sangat unik ya, yaitu berada di tengah sawah dan di pinggir Sungai Cihonje,” kata seorang kreator video di kanal Youtube Baraya Sumedang, dikutip Merdeka.com, Minggu (21/7) Mak Edah sedang menyiapkan api di pawon hawu untuk menggoreng bala-bala. Menyantap Jajanan di Tengah Sawah dan Pinggir Sungai Daya tarik alam khas pedesaan memang ditawarkan di warung tersebut. Menyantap jajanan akan terasa sangat syahdu, terlebih jika padi di sekitar sawah belum dipanen.Karena tempatnya yang cantik secara visual, tak jarang lokasi ini juga dijadikan sebagai spot untuk berswafoto dengan latar pemandangan hijau.
-
Di mana jaring-jaring makanan terjadi? Contohnya ialah zooplankton yang bisa memakan fitoplankton. Zooplankton ini bisa dimakan oleh gurita dan salmon hingga udang.
-
Kenapa usaha makanan bisa menjadi ide bisnis yang menarik? Membuka usaha makanan merupakan ide bisnis yang memang bisa dicoba. Sebab, usaha makanan rasanya cukup menggiurkan untuk dilakukan.
-
Apa yang dimaksud dengan gastronomi berkelanjutan? Gastronomi berkelanjutan, menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, Sekretaris Jenderal Indonesian Gastronomy Community (IGC), adalah pendekatan dalam dunia kuliner yang menekankan keseimbangan antara kebutuhan gastronomi dan kelestarian lingkungan, kesejahteraan sosial, serta keberlanjutan ekonomi.
-
Siapa yang merintis bisnis minuman sarang walet? Sebuah perusahaan ternama asal Bojonegoro berhasil menguasai pasar olahan sarang burung walet dalam bentuk minuman kemasan. Menariknya, cikal bakal minuman sarang burung walet pertama di Indonesia ini muncul dari pengalaman pribadi sang pemilik perusahaan.
-
Apa yang menjadi menu spesial dari kuliner ini? Di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, ada kuliner lontong sayur yang sudah memasuki generasi ketiga.
Gunawan Woen, CEO Esensi Solusi Buana (ESB), menjelaskan penurunan penjualan terbesar terlihat saat PSBB di April tahun lalu, meski ada tren positif setelah PSBB dilonggarkan.
“Namun penjualannya belum pulih ke kondisi normal karena sebagian besar hanya dapat memulihkan sekitar 40-50 persen dari penjualan normal,” ujar Gunawan dalam rilisnya, kemarin.
Menurutnya, industri F&B merupakan salah satu industri yang lambat mengadopsi teknologi karena ketergantungan terhadap interaksi tatap muka dalam memberikan layanan. Masa pandemi ini menjadi momen tepat untuk mendorong restoran dan dapur rumahan mengadopsi teknologi, agar terus efisien dan bisnis restoran dapat fokus mengembangkan aspek lain bisnisnya.
Solusi Fintech Xendit
Xendit, perusahaan finansial teknologi di bidang pembayaran, bekerja sama dengan ESB, food technology startup, hadir untuk membantu para pelaku bisnis F&B terutama restoran melakukan transisi dan mengalihkan penjualannya secara online di masa pandemi.
Melalui kerja sama Xendit dengan ESB, diharapkan restoran-restoran di Indonesia dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional terutama integrasi layanan secara online. Mulai dari pembuatan pesanan, POS, pembayaran, hingga pengiriman.
Tessa Wijaya, Co-Founder dan COO Xendit, memaparkan beberapa strategi yang dapat dilakukan bisnis restoran di masa pandemi agar dapat terus bertahan. Misalnya, menggunakan waktu untuk berbincang dengan pelanggan dan mengerti kebutuhannya, sebisa mungkin menyederhanakan proses bisnis, dan memberikan customer experience yang baik meski tidak bertatap.
“Untuk memberikan customer experience menyeluruh, pembayaran juga menjadi hal yang yang sangat krusial untuk diperhatikan. Kami sudah membantu beberapa merchant ESB seperti Boga Group dan Ismaya, agar pelanggan dapat melakukan pembayaran melalui beragam pilihan metode pembayaran dengan sangat mudah, cepat, dan terpercaya. Jangan sampai pelanggan tidak menyelesaikan pembelian karena tidak ada metode pembayaran yang sesuai dengan keinginannya,” ungkapnya.
Didukung teknologi Xendit, restoran yang memilih untuk menggunakan ESB dapat menerima pembayaran menggunakan kartu debit dan kredit, transfer bank melalui virtual account yang bekerja sama dengan bank-bank ternama, serta e-wallet seperti OVO, Dana, dan LinkAja.
“Bisnis ritel seperti restoran sedang terpuruk akibat pandemi, tapi lini bisnis ini tetap menjadi komoditas utama bagi banyak orang dan akan terus relevan jika dapat dijangkau dengan mudah. Pada dasarnya, restoran harus cepat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada agar terus dilirik oleh pelanggan. Dimulai dengan beralih ke online, melakukan promosi menarik, hingga memastikan kepuasan pelanggan," pungkas Gunawan.