Strategi dan kiat Kutukutubuku.com tetap survive di pasar lokal
Kutukutubuku merupakan e-commerce penyedia berbagai kategori buku, baik lokal maupun luar negeri.
Istilah "kutu buku" ditunjukkan bagi mereka yang kecanduan dengan buku. Julukan tersebut dipilih Aulia 'Ollie' Halimatussadiah – yang menjabat sebagai managing director dalam Kutukutubuku – sebagai nama bagi startup yang telah didirikannya sejak 2007 ini.
Kutukutubuku merupakan e-commerce penyedia berbagai kategori buku, baik lokal maupun luar negeri. Konsumen startup ini ternyata bukan hanya perorangan, porsi terbesar dalam pemesanan didapat dari beberapa perusahaan besar dan program CSR yang diadakan oleh klien tersebut.
Sister company dari Nulisbuku
Sebelum mendirikan startup self publisher yang memungkinkan semua orang menjadi penulis, Nulisbuku, Ollie sangat senang membaca buku sehingga terpikirkan cara agar semua orang mendapatkan buku secara mudah. Dengan kedekatan yang dimiliki Kutukutubuku dan Nulisbuku, penulis independen dapat secara mudah memasarkan buku karyanya.
Tim yang mengurus Kutukutubuku juga terlibat dalam Nulisbuku, seperti Brilliant Yotenega yang berperan sebagai operational director di toko buku online ini. Total sudah mencapai 150.000 member yang terdaftar dalam website ini, namun sayangnya Ollie tidak mau mengungkap revenue yang dihasilkan startup ini.
"Aliran dana yang didapatkan bertumbuh sehingga membuat Kutukutubuku bisa terus beroperasi," ujarnya.
Dengan banyaknya pesanan untuk perusahaan, membuat startup ini juga memberikan pelayanan tambahan dalam menyelesaikan beberapa proyek yang dibutuhkan dan juga membuat iklan bagi beberapa perusahaan. Hal ini diakui Ollie sebagai pendapatan tambahan selain menjual buku.
Meski saat ini Kutukutubuku telah dapat beroperasi secara stabil, mereka memulai usaha dengan dana pribadi atau bootstrapping. Tetapi, mereka tidak menutup kemungkinan untuk terus mencari investor dalam pengembangan bisnis.
Strategi menghadapi kompetitor
Ollie memang tidak memungkiri banyaknya pesaing dalam ranah bisnis ini, namun ia memiliki beberapa poin untuk tetap memberikan pelayanan yang terbaik. Di dalam website terdapat blog yang menampung berbagai profesi – kebanyakan adalah penulis – yang menjadi sarana untuk berkomunikasi dengan para konsumen Kutukutubuku.
Tim selalu berusaha meluangkan waktu untuk mendengar keinginan dan kebutuhan pengguna, sehingga Ollie mengklaim dengan cara tersebut dapat lebih dekat pada target pasar yang dituju. Lalu mereka juga mengakrabkan diri dengan para penerbit lainnya agar selalu update dengan stok buku yang tersedia.
Kutukutubuku tidak memiliki gudang atau afiliasi dengan perusahaan, sehingga cara terbaik yang digunakan adalah menjaga komunikasi dengan para penerbit dari berbagai daerah.
Selain itu, Kutukutubuku juga menjamin jumlah buku dari berbagai negara yang lebih besar dan beragam. Alasannya menurut Ollie adalah banyak orang yang membutuhkan buku dari luar negeri dan kesulitan mendapatkannya. Celah ini dimanfaatkannya dalam Kutukutubuku.
Keaktifan Ollie dan tim dalam berbagai acara, sangat membantunya dalam menyediakan jaringan buku luar negeri. Seperti saat ini, Ollie dan beberapa tim sedang berada di Maroko dalam event Global Entrepreneurshsip Summit (GES) 2014.
Untuk rencana ke depan, Ollie tentunya akan lebih banyak memberikan pilihan kategori buku dan menyesuaikannya dengan keinginan dari konsumen. Ia juga melihat tren digital yang semakin merajalela membuat timnya ingin membuat aplikasi untuk Kutukutubuku.
Artikel ini pertama kali muncul di Tech in Asia Indonesia.
-
Apa saja ide bisnis startup yang ditawarkan peserta Jagoan Digital? Dalam presentasi (pitching) Jagoan Digital sejumlah ide bisnis start up diangkat oleh peserta. Seperti layanan jasa servis elektronik, jasa pendidikan, kesehatan hingga pariwisata. Juga ada marketplace untuk UMKM, fashion batik lokal, pertanian hingga produk digital. Selain itu ada juga ide pengembangan usaha dan investasi yang semuanya dikembangkan lewat platform teknologi digital.
-
Bagaimana Hadinata Batik menggunakan platform digital untuk mengembangkan bisnisnya? Banyak bermunculan brand batik baru di tengah disrupsi digital menjadi tantangan sekaligus motivasi bagi Hadinata Batik untuk terus berkembang. Hadinata Batik pun terus beradaptasi dengan berinovasi membuat model batik yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta bergabung di platform digital seperti Tokopedia dan ShopTokopedia guna mempercepat laju bisnis lewat pemanfaatan platform digital.
-
Bagaimana Tally membangun brand lokalnya dan memasuki pasar e-commerce? Sejak ia berdiri, pada tahun 1997 barulah Tally fokus untuk membangun brand lokalnya dengan nama “Tally Underwear” dan mulai melakukan strategi ekspor ke seluruh Indonesia dan mancanegara dari Middle East, Singapore, Malaysia, dan Brunei. Hingga akhirnya di tahun 2019, seiring dengan kemajuan teknologi dan permintaan pasar, Tally semakin menyadari perlunya mengevaluasi dan menciptakan strategi baru untuk ke kemajuan bisnis ke depan, serta mengikuti tren dan perkembangan zaman dengan memasuki pasar e-commerce, salah satunya menggandeng platform e-commerce terbesar Indonesia, yakni Shopee.
-
Siapa yang membangun bisnis melalui marketplace? Selain itu, penjual bisa secara independen membangun bisnisnya melalui fasilitas yang ada di platform ini.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Kenapa perusahaan startup di bidang teknologi dan informasi berbasis internet disebut unicorn? Dalam mitologi Yunani, unicorn adalah hewan langka mirip kuda yang memiliki tanduk di kepala. Kemudian istilah ini diambil untuk menggambarkan perusahaan startup dengan nilai valuasi yang mencapai 1 miliar dollar.