Uji coba piring terbang NASA berujung petaka
Piring terbang NASA itu bakal dipakai untuk mendaratkan manusia di planet Mars
Senin kemarin (08/06), Badan Antariksa Amerika, NASA, melakukan uji coba terhadap piring terbang yang kelak diharapkan bisa membantu manusia menjejakkan kaki di Planet Mars. Sayang, percobaan itu berakhir dengan petaka.
Piring terbang itu diberi nama 'Low Density Supersonic Decelerator (LDSD). Alat itu sejatinya adalah sebuah pesawat berbentuk mirip donat yang dipakai oleh astronot untuk mendarat di planet Mars dengan kecepatan yang lebih aman.
-
Siapa astronot Indonesia yang nyaris ikut misi NASA? Sosok inspiratif ini bernama Pratiwi Sudarmono, yang pada Oktober tahun 1985 terpilih oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa.
-
Apa yang NASA uji coba? NASA sedang menguji Komunikasi Optik Luar Angkasa (DSOC) – menggunakan laser inframerah untuk mengirim pesan kembali ke Bumi.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Kapan Pratiwi Sudarmono terpilih untuk misi NASA? Sosok inspiratif ini bernama Pratiwi Sudarmono, yang pada Oktober tahun 1985 terpilih oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa.
-
Apa misi Pratiwi Sudarmono bersama NASA? Menurut laporan American Indonesian Exchange Foundation, Rabu (22/11), Pratiwi dipilih oleh NASA untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa yang dijadwalkan untuk terbang pada bulan Juni 1986.
-
Apa yang tertangkap oleh Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
LDSD dilengkapi dengan parasut khusus yang diharapkan bisa mengurangi kecepatan jatuh ke daratan Mars. Mengingat saat mendarat di Mars kecepatan jatuh LDSD bisa melebihi kecepatan suara alias supersonik, maka diperlukan alat pengerem yang bisa membuat LDSD mendarat dengan aman. Akan tetapi, hal itu tidak terbukti pada uji coba kemarin.
Proses uji coba diawali dengan membawa LDSD hingga ketinggian 36,6 kilometer di atas permukaan air laut dengan balon raksasa. Ketinggian tersebut hampir mencapai tiga kali ketinggian pesawat komersil.
Tepat pukul 17.35 waktu setempat, NASA mengaktifkan roket pendorong LDSD agar piring terbang itu bisa mencapai ketinggian 54,86 kilometer. Ketinggian ini diperlukan untuk mensimulasi proses jatuhnya LDSD di atas planet Mars. Baru ketika sampai di ketinggian yang diinginkan, LDSD akan dibiarkan jatuh bebas dan direm dengan parasut tadi.
Petaka terjadi saat parasut 'supersonik' dari LDSD gagal terkembang, membuat LDSD jatuh ke samudra Pasifik dengan kecepatan sangat tinggi dan tanpa 'rem' apapun. Padahal, parasut LDSD yang diklaim sebagai parasut terbesar di dunia itu diharapkan bisa membawa LDSD dengan selamat sampai samudra Pasifik. Kekecewaan pun seketika menyelimuti ruang kendali NASA, Daily Mail (08/06).
Parasut LDSD tercatat memiliki garis tengah 30,5 meter dan bobot 3 ton lebih. Jika eksperimen parasut itu berhasil, pesawat LDSD kemungkinan besar bisa digunakan untuk mendaratkan manusia bahkan alat-alat penelitian berukuran besar di daratan Planet Merah, Mars.
Baca juga:
'Naga' pertama dari Wales terungkap, hanya setinggi bayi
Dikira spaghetti tumpah, barisan 'mie' ini ternyata gundukan cacing
Paus 'dinosaurus' sepanjang 18 meter ditemukan di Mesir
Kemunculan 5 mahluk laut paling aneh ini gegerkan dunia
Ini rupa kelinci paling langka di dunia
Australia terancam 'dijajah' ikan yang bisa berjalan di darat