Bausung Panganten, Tradisi Mengusung Pengantin Suku Banjar
Dalam suku Banjar pasangan pengantin dianggap sebagai raja dan ratu sehari, mereka tak diperbolehkan menginjakkan kaki di tanah. Alhasil tanpa menggunakan tandu kayu, pengantin digendong oleh 2 pria saudaranya atau seorang pesilat. Mereka berjalan sambil menari menuju pelaminan.
Dari kejauhan terdengar suara gamelan gendang riuh bertabuh. Beberapa penari bakuntau (kuda lumping) terlihat kompak menari mengikuti irama gamelan. Mereka siap menjemput mempelai pengantin yang akan diusung menuju pelaminan. Melakukan tradisi unik yang hanya ada di Kalimantan Selatan, Bausung Panganten.
Tradisi pernikahan suku Banjar Kalimantan Selatan memang unik dan berbeda. Sesuai dengan namanya, Bausung yang artinya digendong. Kedua mempelai ini akan digendong sebelum bersanding di pelaminan. Tepatnya setelah pengantin pria datang menjemput pengantin wanita.
-
Apa yang unik dari Pasar Terapung Muara Kuin di Banjarmasin? Pasar Terapung Muara Kuin adalah tempat di mana transaksi jual beli berlangsung di atas perahu atau rakit. Berbagai jenis komoditas dapat ditemukan di pasar ini, seperti sayur-mayur, ikan segar, makanan tradisional, kerajinan tangan, dan barang-barang rumah tangga.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Kapan tradisi Kelekak pertama kali diterapkan di Bangka Belitung? Kelekak sudah diterapkan secara turun-temurun dan sudah begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.
-
Kapan tradisi Binarundak di Sulawesi Utara dilakukan? Tradisi ini dilakukan dengan memasak nasi jaha secara bersama-sama selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Kapan Muhibah Budaya dalam rangkaian Banyuwangi Ethno Carnival digelar? Muhibah Budaya yang digelar Jumat malam (7/7/2023) tersebut menampilkan berbagai atraksi tari dari sejumlah daerah.
Dalam suku Banjar pasangan pengantin dianggap sebagai Raja dan Ratu sehari, mereka pun tak diperbolehkan menginjakkan kaki di tanah. Alhasil tanpa menggunakan tandu kayu, pengantin digendong oleh 2 pria saudaranya atau seorang pesilat. Mereka berjalan sambil menari menuju pelaminan.
©2021 Merdeka.com/Yoga Praditya
Lengkap dengan baju adat pernikahan, pengantin duduk di menyamping di pundak kanan sang pesilat. Tangannya gemulai berlenggak-lenggok menari mengikuti irama gamelan khas Banjar. Anggun bak putri kerajaan.
Menuju pelaminan, sang pengantin terus menari. Disaksikan oleh tamu dan kerabat yang datang. Rona kebahagiaan nampak terpancar jelas di wajah mempelai wanita. Menambah semarak kebahagiaan di pesta pernikahan. Momen sakral menikah seumur hidup sekali ini menjadi momen yang tak akan dilupakan.
©2021 Merdeka.com/Yoga Praditya
Begitu pula mempelai pria, pengantin pria dengan baju adat pernikahan duduk di atas bahu. Dengan posisi mengangkang, ia asyik menari di atas bahu. Rupanya tak hanya sang pengantin saja yang wajib bergoyang, sang pesilat pun juga harus lihai menari.
Tradisi Bausung ini hanya dilakukan oleh masyarakat keturunan Banjar kandangan. Tradisi ini hanya diwariskan kepada anak laki-laki. Sedangkan dari pihak wanita, dapat melakukan tradisi Bausung karena ayahnya mewariskan tradisi tersebut pada putrinya. Namun nantinya pihak perempuan tersebut tidak dapat mewariskan tradisi ini walaupun dia memiliki anak laki-laki.
©2021 Merdeka.com/Yoga Praditya
Pernikahan adat Banjar sangat menghormati pasangan pengantin. Mereka akan memperlakukan pengantin bak Raja Ratu Sehari (satu hari). Oleh karena itu, pada upacara pernikahan kedua mempelai harus diusung agar posisinya lebih tinggi dari masyarakat lainnya.
Selain itu, makna dari pengantin Bausung adalah untuk menyampaikan pesan, bahwa satu pasangan telah resmi menjadi suami-istri. Bausung biasanya dilakukan sebelum bersanding di pelaminan dan sebelum prosesi mandi-mandi atau siraman. Namun seiring waktu, banyak masyarakat yang melakukan Bausung tatkala menuju pelaminan.
©2021 Merdeka.com/Yoga Praditya
Tradisi Bausung sudah ada sejak zaman Kesultanan Banjar. Awalnya, tradisi ini hanya untuk para bangsawan dan kalangan saudagar kaya saja. Namun pada perkembangannya, tradisi Bausung ini tidak lagi menjadi pesta pada kalangan orang kaya saja. Kini, sudah menjadi hiburan bagi masyarakat setempat pada setiap acara pernikahan.
Adat ini sering dipakai dalam pesta pernikahan di daerah Kabupaten Tapin, Rantau. Namun, sayangnya tradisi Bausung Penganten ini terancam punah dan mulai jarang dijumpai. Bausung dianggap sebagai acara adat yang mewah. Tradisi Bausung menghabiskan biaya yang tak sedikit.