Kerbau Bule Keraton Surakarta, Pusaka Keraton yang Dianggap Keramat
Kerbau milik Keraton Surakarta ini dianggap keramat, bahkan Keraton Surakarta menjadikan kerbau ini sebagai salah satu pusakanya. Kebo Bule erat kaitannya dengan perayaan malam 1 Suro. Dalam tradisi, Kebo Bule akan menempati barisan terdepan sebagai cucuk lampah pemimpin barisan kirab.
Sebuah kandang kerbau berada di kawasan Alun-Alun Selatan Solo. Dilihat sekilas kerbau di kandang tersebut nampak sama dengan kerbau pada umumnya, namun kerbau milik Keraton Surakarta ini bermakna bagi warga Solo dan Keraton Surakarta. Pasalnya hewan mamalia ini dianggap keramat, bahkan Keraton Surakarta menjadikan kerbau ini sebagai salah satu pusakanya.
Kebo Bule atau Kerbau Bule itu lah julukan hewan mamalia bertanduk ini. Kerbau ini mendapat julukan bule karena warna kulit yang berbeda dengan kerbau lainnya, yaitu warna putih dan kemerah-merahan.
-
Bagaimana Keraton Kaibon dibangun? Kemudian, keraton ini juga dibangun dengan teknologi konstruksi yang mumpuni di kala itu dengan memakai teknologi pengeras serupa semen berbahan kapus dan direkatkan ke batu bata merah sebagai struktur utama bangunan.
-
Apa itu Selat Solo? Selat Solo menjadi salah satu kuliner yang bisa menjadi pilihan saat berkunjung ke Kota Surakarta, Jawa Tengah.
-
Kenapa Keraton Kaibon dibangun? Salah satu alasan keraton ini dibangun, karena Sultan Muhyiddin pada saat itu wafat dan mempersiapkan sang putra yang baru berumur 5 tahun untuk meneruskan kepemimpinannya.
-
Bagaimana suasana Kirab Malam Satu Suro di Solo? Malam itu, Ganjar tampak ditemani Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, anggota DPR RI Aria Bima, dan sejumlah tokoh lain. Ganjar dan Gibran terlihat jalan bersama saat mengikuti kirab.
-
Di mana Tengkleng Solo biasanya disajikan? Tengkleng adalah hidangan khas Solo yang mirip dengan gulai kambing tetapi berkuah lebih encer. Terbuat dari tulang, daging, dan usus kambing yang dimasak dalam kuah santan bercampur rempah. Rasa bumbunya mirip dengan gulai, dan disajikan dengan taburan bawang goreng untuk meningkatkan cita rasanya.
Kebo Bule erat kaitannya dengan perayaan malam 1 Muharram, tahun baru islam atau yang biasa disebut 1 Suro. Dalam tradisi di Solo, kebo bule akan menempati barisan terdepan sebagai cucuk lampah pemimpin barisan kirab. Kirab bahkan tidak akan terlaksana jika kerbau bule tidak keluar dari kandangnya.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Kebo bule merupakan hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II sejak istananya masih di Kartasura, sekitar 10 kilometer arah barat keraton yang sekarang.
Dilansir dari petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id hal ini tertulis dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said. Menurut seorang pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, Yosodipuro, leluhur kerbau dengan warna kulit yang khas itu merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo kepada Pakubuwono II.
Kerbau itu diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet. Saat Pakubuwono II mengungsi di Pondok Tegalsari Ponorogo dan terjadi pemberontakan pecinan yang membakar Istana Kartasura di tahun 1742. Kebo bule pun juga sering disebut Kebo Bule Kyai Slamet.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Bahkan konon katanya, kebo bule juga turut andil dalam menentukan lokasi baru untuk keraton. Kebo Bule Kyai Slamet dilepas kemudian diikuti oleh abdi dalem. Kebo bule berhenti di lokasi dimana Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berdiri saat ini.
Menjadi pusaka Keraton Surakarta tentu saja ada perlakuan yang berbeda. Seperti saat Nyai Manis Sepuh, kerbau keturunan Kyai Slamet tertua mati pada November 2020. Kabarnya hewan ini dimakamkan, dimandikan, diberi kain kafan dan didoakan layaknya memakamkan manusia yang meninggal dunia. Usai pemakaman, ada pembacaan doa yang dilakukan Ulama Keraton.
Matinya Nyai Manis Sepuh membuat jumlah kerbau bule milik Keraton Kasunanan Surakarta tinggal tersisa 21 ekor. Puluhan kerbau tersebut dirawat di tiga kandang kawasan alun-alun selatan.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Tepat malam 1 Suro, kawanan kerbau ini akan keluar dari kandangnya. Nantinya, kawanan keturunan Kerbau Pusaka Keraton Kyai Slamet membuka jalan bagi rombongan Kirab Peringatan Malam 1 Suro Keraton Surakarta.
Di belakang kerbau diikuti para pembesar keraton, kerabat dan jajaran keraton lengkap dengan pakaian adat Jawa dan masyarakat. Benda pusaka peninggalan Dinasti Mataram, seperti tombak, keris, dan sebagainya, diarak sembari dikawal oleh Kebo Bule.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Sebelum kirab, akan ada dua ember yang masing-masing berisi air putih dan kopi. Kerbau yang akan dikirabkan biasanya akan meminum air putih dan kopi yang sudah siapkan tersebut. Setelah kerbau minum, biasanya masyarakat akan berebut sisa minuman air putih dan kopi yang ada di ember.
Sebagian warga memercayai bahwa sisa minuman kerbau bule tersebut mendatangkan berkah. Tak hanya sisa minuman saja, kotoran kerbau yang keluar saat kirab, biasanya juga jadi rebutan.
Pandemi Covid-19 yang belum usai membuat Keraton Surakarta meniadakan Kirab Pusaka Malam 1 Suro. Meski tak ada kirab pusaka, namun Keraton Surakarta tetap akan menggelar rangkaian doa bersama agar pandemi segera berlalu. Semuanya dilakukan secara internal tanpa mengundang tamu untuk menghindari kerumunan.