Melihat Rumah Adat Kaki Seribu Pegunungan Arfak Papua Barat
Rumah panggung menjadi jenis rumah yang biasa dijumpai di pelosok pedalaman Indonesia. Namun Rumah Kaki Seribu ini unik, pondasinya tinggi meskipun tinggal di atas pegunungan yang tingginya melebihi Gunung Merapi.
Sekilas rumah tradisional ini nampak biasa saja, terkesan jauh dari peradaban modern. Beginilah rumah tradisional Suku Arfak yang mendiami Pegunungan Arfak, Papua Barat. Seratus persen terbuat dari kayu yang bahannya didapat hutan tempat mereka mencari makan. Kondisi geografis, faktor alam, dan adat istiadat membuat arsitektur rumah Suku Arfak unik. Orang awam menyebutnya dengan “Rumah Kaki Seribu”.
Hidup dikelilingi hutan dan pegunungan menjadikan rumah panggung sebagai hunian yang aman. Selain terhindar dari hewan buas, rumah panggung dapat menjauhkan mereka dari serangan musuh. Julukan kaki seribu disematkan karena rumah ini ditopang oleh pondasi kayu yang sangatlah banyak. Terkesan padat, unik, bahkan begitu rumitnya karena banyaknya pondasi kayu yang digunakan.
-
Mengapa foto Bumi pertama dari luar angkasa dianggap penting? Foto hitam-putih yang buram merupakan tonggak penting di zaman ketika teknologi belum maju.
-
Kodok baru apa yang ditemukan di Papua Barat? Spesies baru itu dikenali berbeda berdasarkan ukuran, warna, bentuk tubuh, dan garis-garis di tangannya.
-
Kapan foto pertama Bumi dari luar angkasa diambil? Foto pertama Bumi dari luar angkasa diambil pada 24 Oktober 1946 oleh roket Nazi.
-
Dari mana foto pertama Bumi dari luar angkasa diambil? Roket tersebut diluncurkan dari White Sands Missile Range.
-
Dimana lokasi wisata Papua yang menawarkan keindahan danau luas dan bukit hijau? Danau Sentani adalah danau yang terletak di Kabupaten Jayapura. Danau ini menyuguhkan pemandangan hamparan air tenang yang dikelilingi bukit hijau nan asri.
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
Meskipun pamor dengan nama rumah kaki seribu, Suku Arfak punya sebutannya sendiri. Mereka menjulukinya Mod Aki Aksa. Rumah adat ini menjadi tempat bernaung Suku Arfak sejak ratusan tahun silam.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Ratusan batang kayu digunakan untuk mendirikan rumah kaki seribu. Berbeda dengan rumah panggung pada umumnya yang menggunakan beberapa tiang besar utama sebagai penopangnya. Diameter kayu penyangga ini rata-rata hanya 10 centimeter saja. Terpancang ke atas setinggi 1.5 meter, tersusun rapi dengan jarak antar tiang 30 centimeter.
Meskipun dengan batang kayu kecil, jangan anggap remeh kekuatan pondasi rumah ini. Ibarat kata “Bersatu Kita Teguh” terlihat jelas pada konstruksi pondasi rumah kaki seribu. Puluhan pondasi kecil ini nyatanya mampu menyangga satu keluarga besar di dalamnya. Bahkan Mod Aki Aksa biasa digunakan sebagai tempat untuk berpesta.
Ajaibnya, bilah-bilah kayu pondasi ini hanya disatukan dengan tali yang terbuat dari serat kayu. Meski luas, saking rapatnya kolong rumah kaki seribu ini tidak dapat dijadikan hunian. Suku Arfak hanya menggunakannya sebagai tempat menyimpan kayu bakar dan sebagai kandang babi.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Suku Arfak bukanlah satu-satunya penghuni pegunungan Arfak. Ada Suku Hattam, Suku Moille,Suku Meyakh, dan Suku Sough. Suku Arfak sendiri mendominasi bagian Timur Pegunungan Arfak yang berlokasi di Distrik Warmere dan Distrik Prafi, Papua Barat. Komoditas pangan mereka berasal dari sektor pertanian, berburu, hingga beternak.
Perihal kegiatan memasak, Suku Arfak mengolah makanan mereka di dalam rumah. Menjadi pilihan, mengingat adanya api akan memberikan kehangatan tambahan di dalam Mod Aki Aksa. Hawa dingin menjadi teman setia Suku Afrak. Rata-rata mereka tinggal di ketinggian 2.950 mdpl, melebihi tingginya puncak Gunung Merapi di Jawa Tengah. Bisa dibayangkan betapa suasana dinginnya berada di pemukiman Suku Arfak.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Atap alang-alang dan daun rumbia memang menjadi ciri khas rumah tradisional di pedalaman hutan. Struktur rumah ini hanya terdiri dari satu buah ruangan utama. Berbentuk persegi atau memanjang ke belakang. Dindingnya tebuat dari bilah kayu yang lebih kecil daripada ukuran pondasi. Dilapisi dengan kulit kayu, juga dengan tambahan alang-alang.
Sengaja rumah kaki seribu tidak dibuatkan jendela di sekeliling rumahnya. Hal itu menjadikan udara dingin tidak mudah masuk ke dalam ruangan utama. Pintunya saja hanya dua, di sisi depan dan belakang. Namun hanya ada satu buah tangga kayu yang ada di depan pintu utama.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Selain Honai yang menjadi simbol rumah tradisional Papua, sebenarnya ada banyak jenis dan bentuk rumah tradisional khas Bumi Cendrawasih ini. Faktor geografis hingga adat istiadatnya membuat arsitektur rumah tradisional di Papua menjadi beragam.
Rumah Mod Aki Aksa memang terkenal dengan rumah kaki seribu. Namun bukan rumah bagi serangga kaki seribu. Meski tak banyak dikenal, rumah kaki seribu saat ini mulai ditinggalkan. Banyak penduduk Suku Arfak yang beralih membuat rumah di atas tanah langsung. Tanpa pondasi yang tinggi, identitas rumah kaki seribu perlahan mulai hilang digantikan rumah dengan atap seng, dan tembok dari papan kayu.
(mdk/Ibr)