Mengunjungi Kampung Tua di Pelosok Hutan Semarang, Semua Rumah Dibuat dari Kayu Jati
Di Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Di Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Mengunjungi Kampung Tua di Pelosok Hutan Semarang, Semua Rumah Dibuat dari Kayu Jati
Dusun Banger merupakan sebuah perkampungan tua yang berada di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Semua rumah di dusun itu terbuat dari kayu jati.
Dusun itu diapit dua sungai, di timur ada Sungai Tuntang, dan di sebelah baratnya ada sebuah sungai kecil bernama Sungai Banger yang kering di musim kemarau.
-
Apa saja bangunan tua yang ada di Kampung Melayu Semarang? Bangunan-bangunan tuanya, seperti Masjid Menara, gedung tua tak bernama, dan Menara Syahbandar, menyimpan cerita menarik dari masa lampau.
-
Apa yang ditemukan di Kota Lama Semarang? Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
-
Di mana letak Kampung Melayu Semarang? Dikutip dari Semarangkota.go.id, Kampung Melayu Semarang merupakan area wisata perkampungan yang menawarkan nilai sejarah dan religi bagi para pengunjung yang berwisata di area tersebut.
-
Dimana letak Kota Lama Semarang? Lokasinya tak lain berada di pusat kota.
-
Dimana desa kuno berada? Danau Terbesar di Dunia Danau Van atau Van Gölü dalam bahasa Turki memiliki luas 3.712 kilometer persegi dan menjadi danau terbesar di Turki dan terbesar kedua di Timur Tengah.
Dalam video yang diunggah pada Selasa (30/4), kru kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe berkesempatan mengunjungi desa tua itu. Di sana mereka bertemu salah seorang warga bernama Pak Nuryanto (72).
Pak Nuryanto mengatakan, Dusun Banger merupakan kampung tertinggal.
Mayoritas warganya berprofesi sebagai buruh tani. Sebagian warga beternak kambing dan sapi. Sementara para anak muda dari desa ini kebanyakan merantau untuk bekerja di kota-kota besar.
“Rumah-rumah di sini memang semua milik warga. Tapi kalau lahan pertaniannya kebanyakan milik perhutani,” kata Pak Nuryanto dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.
Berdasarkan cerita dari kakeknya, Pak Nuryanto mengatakan desa itu dinamakan “Banger”, karena dulu ada seorang wali yang minum air dari sungai yang berada di sebelah utara desa.
Air itu baunya “Banger”, seperti bau busuk dari air. Namun setelah dinimun ternyata rasanya tidak seperti “banger”.
“Wali itu bilang, ‘ini kok air baunya banger tapi rasanya nggak banger? Besok ini namanya Dusun Banger’,” kata Pak Nuryanto.
Dalam kesempatan itu, kru Jejak Tempo Doeloe bertemu warga Dusun Banger lainnya, Pak Sohidi. Sehari-hari, Pak Sohidi berprofesi sebagai petani. Biasanya, ia menjual jagung kering kepada tengkulak sebesar Rp4.500 per kilogram.
Rumah-rumah di Dusun Banger hampir semuanya berciri khas bangunan Jawa Kuno. Lantainya terbuat dari kayu, sementara dindingnya terbuat dari kayu jati. Walaupun kuno, namun bagian dalamnya cukup luas.
Pak Nuryanto sendiri pernah jadi Kepala Dusun Banger selama 32 tahun. Dia memulai tugas tahun 1979 dan purna tugas pada tahun 2012.
Dusun Banger sendiri terkenal dengan hasil pisangnya yang bagus kualitasnya. Saat tim Jejak Tempo Doeloe ke sana, para warga sedang memanen hasil tani, salah satunya pisang Banger yang terkenal itu.
“Pisangnya macem-macem. Ada Kepok Banjar, Kepok Pipit, dan lainnya,” kata Pak Nuryanto.
Untuk menuju ke ladang, para petani Dusun Banger harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer. Tampak beberapa ibu-ibu sedang kembali dari ladang dengan membawa hasil tani yang berat.
Di Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Rumah itu dihuni seorang warga bernama Pak Harno. Tampak dinding rumahnya sudah banyak yang bolong. Lantainya masih terbuat dari tanah. Sementara perabotannya tidak ada sama sekali.
“Saya sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Kalau penghasilannya tidak ada,” kata Pak Harno dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.