5 Fakta Orang Kagetan, Alami Stres sampai Punya Kecemasan Berlebih
Merdeka.com merangkum informasi tentang 5 fakta orang kagetan yang wajib diketahui dan diwaspadai.
Kaget atau terkejut adalah reaksi normal tubuh saat menghadapi situasi tak terduga. Namun, beberapa orang cenderung lebih mudah terkejut atau "kagetan" dibanding yang lain. Ternyata, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ini, baik secara psikologis maupun fisiologis.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang mudah kaget biasanya didasari karena faktor mental. Mulai dari mengalami stres akut, hingga gangguan PTSD.
-
Apa yang dimaksud dengan kalimat fakta? Kalimat fakta adalah jenis kalimat yang menyajikan informasi yang benar, dapat diverifikasi, dan tidak terbantahkan.
-
Kapan sebuah kalimat fakta dianggap benar? Fakta adalah pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan dan tidak tergantung pada keyakinan individu.
-
Apa ciri khas orang yang suka memutar balikan fakta? Orang yang suka memutar balikan fakta sering kali mengubah versi cerita mereka. Setiap kali mereka berbicara, rincian atau konteks cerita bisa berbeda, tergantung pada situasi atau siapa yang mendengarnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari tanggung jawab atau menyembunyikan kebenaran.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta? Fakta adalah informasi objektif atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, diukur, dibuktikan, dan diverifikasi oleh berbagai pihak yang dapat melihat fenomena yang sama.
-
Apa itu keringat berlebih? Dalam dunia medis, kondisi tersebut dikenal dengan nama hiperhidrosis yang bikin seseorang bisa berkeringat kapan saja meskipun cuaca tidak panas atau bahkan ketika tidak melakukan kegiatan apapun.
Maka dari itu, berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang 5 fakta orang kagetan yang wajib diketahui dan diwaspadai. Simak ulasannya sebagai berikut.
1. Mengalami Stres Akut
Salah satu alasan mengapa seseorang mudah kaget adalah karena mereka mengalami stres akut. Stres ini membuat tubuh selalu dalam kondisi "waspada", sehingga respons terhadap rangsangan tiba-tiba lebih intens.
Ketika seseorang berada dalam keadaan stres tinggi, tubuh mereka lebih peka terhadap ancaman, meskipun dalam bentuk yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti suara keras atau gerakan tiba-tiba.
Hormon kortisol yang diproduksi dalam jumlah besar saat stres dapat membuat sistem saraf menjadi lebih sensitif, sehingga respons kaget lebih sering muncul.
2. Sistem Saraf Hipersensitif
Orang yang mudah kaget biasanya memiliki sistem saraf yang lebih hipersensitif terhadap rangsangan dari luar. Sistem saraf kita bertanggung jawab untuk memproses informasi yang kita terima dari lingkungan sekitar.
Pada orang dengan sistem saraf hipersensitif, sinyal-sinyal dari luar, seperti suara atau sentuhan, diproses dengan intensitas yang lebih tinggi.
Akibatnya, mereka lebih mudah bereaksi berlebihan terhadap stimulus kecil, seperti pintu yang tiba-tiba terbuka atau bunyi telepon yang keras. Kondisi ini bisa berhubungan dengan gangguan neurologis atau juga merupakan hasil dari kondisi fisik dan mental lainnya.
3. Gejala Insomnia
Orang yang sering mengalami insomnia atau gangguan tidur juga lebih mudah kaget. Kurangnya kualitas tidur yang baik dapat memengaruhi fungsi otak dalam merespons rangsangan. Kurang tidur menyebabkan otak menjadi lebih reaktif terhadap hal-hal yang mengejutkan.
Saat tubuh tidak mendapatkan istirahat yang cukup, sistem saraf simpatis menjadi lebih aktif, sehingga tubuh lebih sering berada dalam mode "lawan atau lari" yang berlebihan. Hal ini membuat seseorang lebih mudah bereaksi secara emosional, termasuk menjadi lebih mudah terkejut oleh hal-hal kecil.
4. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan atau anxiety disorder juga merupakan salah satu penyebab utama seseorang menjadi kagetan. Orang yang mengalami kecemasan kronis biasanya memiliki tingkat waspada yang tinggi terhadap ancaman potensial.
Pikiran mereka selalu berada dalam kondisi cemas, sehingga tubuh mereka juga siap untuk bereaksi terhadap hal-hal yang mereka anggap sebagai ancaman.
Ini menyebabkan respons kaget yang berlebihan, bahkan terhadap situasi atau stimulus yang sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan yang berkepanjangan juga bisa memengaruhi keseimbangan kimiawi otak, sehingga memperkuat reaksi kaget.
5. PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)
Orang yang mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) juga cenderung lebih mudah kaget. PTSD biasanya terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis, seperti kecelakaan, kekerasan, atau bencana alam.
Setelah mengalami trauma, sistem saraf menjadi sangat sensitif terhadap rangsangan yang terkait dengan trauma tersebut.
Orang dengan PTSD sering kali mengalami flashback atau ingatan mendadak terhadap peristiwa traumatis, yang dapat dipicu oleh suara, pemandangan, atau situasi tertentu.
Ini membuat mereka sangat mudah terkejut, bahkan oleh hal-hal yang tampaknya sepele bagi orang lain. Respon kaget ini adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh mereka.