Berjuang dari 1976, Pria Transmigrasi Sukses Jadi Petani Kangkung Sampai Lupa Pulang Kampung ke Banyuwangi
Seorang pria asal Banyuwangi telah merantau selama puluhan tahun sebagai seorang transmigran di Kaltara dan tidak pernah pulang kampung.
Seorang pria asal Banyuwangi telah merantau selama puluhan tahun sebagai seorang transmigran di Karang Jenawi Desa Gunung Putih, Tanjung Palas, Bulungan. Pria itu bernama Mispar.
Mispar adalah salah satu transmigran senior yang sudah berhasil mengolah lahan di tanah transmigrasinya menjadi perkebunan sawi, kangkung, hingga selada. Ia mengerjakan semuanya sendirian tanpa bantuan alat traktor.
- Penampakan Rumah Transmigrasi Tahun 1986 di Kalimantan Tengah yang Masih Berdiri Kokoh, Dikelilingi Pohon Besar dan Rumput Liar
- Buka Lahan Butuh Biaya, Transmigrasi Muda Asal Pacitan Ini Pantang Menyerah Kini Hasilnya Memuaskan
- Pria Banyuwangi Ajak Para Tetangga Ternak Kambing Perah, Awalnya 10 Ekor Kini Jadi 600 Ekor Auto Kaya Berjemaah
- Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut
Mispar mangaku ia sudah tidak pernah pulang ke Banyuwangi dan hanya fokus bekerja menjadi seorang petai di tanah transmigrasi. Simak ulasannya sebagai berikut.
Pria Transmigrasi asal Banyuwangi Sukses jadi Petani
Sebuah video yang diunggah oleh channel Youtube Asian Survivor memperlihatkan seorang petani asal Banyuwangi bernama Mispar yang telah sukses menjadi seorang petani dengan memanfaatkan lahan di tanah transmigrasinya.
Mispar telah hidup di Bulungan, Kalimantan Utara sejak tahun 1976 dan menjadi salah satu seorang transmigran senior di wilayah tersebut. Bahkan, cara bertaninya kini juga ditiru oleh para transmigran lain karena terbukti menghasilkan dengan sangat cepat.
“Ini salah satu anak transmigran senior tahun 1976 teman-teman. Beliau dari daerah Banyuwangi dari desa mana dulu pak?,” tanya pria yang merekam video.“Daerah Banyuwangi desa Sugihwaras,” jawab Mispar.
Kehilangan Jejak di Keluarga Banyuwangi
Diketahui, Mispar telah kehilangan jejak keluarganya di Banyuwangi. Hal itu karena ia sudah lama sekali tidak pulang ke tanah kelahirannya dan lebih memilih untuk hidup sebagai seorang transmigran di Kalimantan Utara.
“Pernah pulang pak?” tanya pria yang merekam video.
“Belum pernah. Kehilangan jejak sama keluarganya bapak di Jawa sana,” jawab Mispar.
Mispar mengaku bahwa ia mungkin telah lupa dengan semua keluarga yang ada di Banyuwangi karena orang tuanya telah meninggal dunia.
“Orang tua yang sini sudah almarhum semua. Tapi mungkin kalau di Jawa sana masih ingat, bapak saya di sana namanya itu pak Gimin namanya itu, dari desa Sugihwaras, antara Wonoasih,” ucap Mispar sambil mengerjakan lahan kebunnya.