Bolivia Makin Panas, Pendukung Morales Serang Barak Militer lalu Culik 200 Tentara
Dukungan terhadap Evo Morales memicu penyanderaan lebih dari 200 tentara di Bolivia.
Kementerian Luar Negeri Bolivia pada hari Sabtu mengungkapkan bahwa pendukung mantan Presiden Evo Morales telah menyandera lebih dari 200 tentara. Aksi ini terjadi setelah para pengunjuk rasa memblokir jalan selama tiga minggu untuk mencegah penangkapan Morales yang mereka anggap sebagai tindakan bermotivasi politik.
Dikutip dari DW, Minggu (3/11/2024), dalam pernyataan resmi, kementerian menyebutkan bahwa pada hari Jumat, tiga barak militer di provinsi Chapare diserang oleh kelompok pendukung Morales. Para penyerang berhasil mengambil lebih dari 200 personel militer dari tiga barak, serta menyita senjata dan amunisi.
- Dulu Penghasil Migas Terbesar, Bolivia Kini Krisis Minyak hingga Terancam Hancur
- Rekaman Video Usaha Pembunuhan Eks Presiden Bolivia Evo Morales, Mobilnya Ditembaki Hingga Sang Sopir Berdarah-darah
- VIDEO Mencekam, Gerombolan Pria Bertopeng Tembaki Konvoi Kendaraan Mantan Presiden Bolivia Evo Morales, Sopirnya Terluka
- FOTO: Momen Tegang Bolivia Diguncang Upaya Kudeta, Pasukan Militer hingga Kendaraan Lapis Baja Kepung Istana
Panggilan untuk Dialog dan Tindakan Pemerintah
Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa mereka terbuka untuk dialog dengan semua sektor masyarakat. Namun, mereka memperingatkan bahwa proses tersebut tidak dapat dilanjutkan selama rakyat Bolivia terus menjadi korban penyalahgunaan oleh kelompok-kelompok yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan pemilihan mantan presiden.
Pemerintah telah mengirimkan pasukan ke daerah Cochabamba untuk membantu polisi dalam membersihkan blokade jalan yang didirikan oleh para pengunjuk rasa. Insiden terakhir mencatatkan 30 petugas polisi terluka dan lebih dari 50 pengunjuk rasa ditangkap setelah terjadinya ketegangan antara pasukan keamanan dan pendukung Morales.
Tindakan Morales dan Tuduhan yang Dihadapi
Pada malam hari Jumat, Morales mengimbau kepada para pendukungnya untuk mempertimbangkan menghentikan penutupan jalan demi menghindari pertumpahan darah. Dalam pernyataannya, ia juga menyatakan akan melakukan aksi mogok makan hingga kedua belah pihak mulai berdialog.
Morales, yang berusia 65 tahun, merupakan presiden pribumi pertama Bolivia yang menjabat pada 2006 sebagai pemimpin partai MAS. Ia mengundurkan diri pada 2019 di tengah tuduhan penipuan pemilu, dan meskipun dilarang mencalonkan diri kembali, ia berencana untuk menantang presiden saat ini, Luis Arce, dalam pemilihan partai MAS yang akan datang.
Tuduhan Serius Terhadap Morales
Beberapa hari setelah memimpin demonstrasi di ibu kota Bolivia, La Paz, Morales menghadapi tuduhan serius termasuk pemerkosaan, perdagangan manusia, dan penyelundupan manusia terkait dengan hubungan yang diduga terjadi dengan seorang gadis berusia 15 tahun pada tahun 2016. Morales membantah semua tuduhan tersebut dan menolak untuk memberikan kesaksian di pengadilan.
Minggu lalu, Morales mengklaim bahwa ia selamat dari upaya pembunuhan setelah sekelompok orang tidak dikenal menembaki mobilnya. Situasi ini semakin memanas dan menambah ketegangan di Bolivia yang sudah bergejolak.