Ilmuwan Takjub, Salah Satu Suku Terakhir di Bumi Punya Otak yang Umurnya Lebih Panjang dari Manusia Modern
Dalam sebuah penelitian, ilmuwan menemukan suku pedalaman di Amazon memiliki otak yang umurnya lebih panjang dari pada manusia modern pada umumnya.
Usianya sudah 84 tahun tapi Martina Canchi melangkah dengan kakinya yang masih kuat dan dalam 10 menit dia mampu menggali tiga pohon singkong untuk mencabut umbinya dari akarnya dan hanya dengan dua gerakan pisau dia menebang pohon pisang.
Perempuan tua itu menggendong seikat besar buah di punggungnya dan mulai berjalan pulang dari chaconya--sebidang tanah tempat dia menanam singkong, jagung, pisang raja, dan padi.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang umur panjang? Penelitian yang dipublikasikan di jurnal GeroScience ini melibatkan 44.000 orang yang lahir antara tahun 1893 dan 1920.
-
Siapa yang melakukan studi tentang umur panjang? Dilansir dari Everyday Health, dalam studi yang dilakukan oleh Xiang Gao, MD, PhD, seorang profesor dan peneliti di Institut Nutrisi Universitas Fudan di Shanghai, ditemukan bahwa aktivitas fisik, tidak merokok, dan pola makan sehat adalah faktor utama yang mendukung umur panjang.
-
Apa perbedaan utama otak manusia modern dan Neanderthal? Bukti menunjukkan, perbedaan utama antara otak spesies kita dan otak Neanderthal memungkinkan manusia modern (Homo sapiens) untuk menghasilkan ide-ide abstrak dan kompleks melalui metafora—kemampuan untuk membandingkan dua hal yang tidak berhubungan.
-
Kapan otak manusia berkembang? Perkembangan otak manusia dimulai sejak dalam kandungan dan terus berlanjut hingga usia sekitar 25 tahun.
-
Kenapa Homo sapiens memiliki otak yang lebih besar? Hal ini dikaitkan dengan kemampuan intelektual manusia yang kompleks, termasuk kemampuan berpikir abstrak, memecahkan masalah, dan mengembangkan bahasa dan budaya yang kompleks.
Martina adalah salah satu dari 16.000 Tsimane (diucapkan chee-may-nay)--semi nomaden komunitas pribumi yang hidup di pedalaman Hutan Amazon, 600 kilometer sebelah utara La Paz, kota terbesar Bolivia.
Kekuatan fisiknya bukan sesuatu yang aneh bagi orang Tsimane seusianya. Ilmuwan menyimpulkan kelompok masyarakat Tsimane memiliki arteri paling sehat yang pernah diteliti, dan otak mereka menua lebih lambat daripada orang-orang di Amerika Utara, Eropa, dan tempat lain.
Suku Tsimane merupakan suku yang langka. Mereka adalah salah satu suku terakhir di planet ini yang menjalani gaya hidup berburu, mencari makan, dan bertani secara subsisten.
Kelompok ini juga cukup besar untuk menyediakan sampel ilmiah bagi para peneliti, seperti yang dipimpin oleh antropolog Hillard Kaplan dari Universitas New Mexico. Kaplan mempelajari Suku Tsimane selama dua dasawarsa.
Berburu selama delapan jam
Suku Tsimane selalu aktif - berburu binatang, menanam makanan, dan menganyam atap.
Kurang dari 10% waktu siang hari mereka dihabiskan untuk kegiatan menetap. Sementara penduduk di masyarakat industri menghabiskan 54% waktu siang mereka untuk aktivitas menetap.
Perburuan yang dilakukan Suku Tsimane rata-rata, misalnya, berlangsung lebih dari delapan jam dan menempuh jarak 18 kilometer.
Mereka tinggal di Sungai Maniqui, sekitar 100 kilometer dengan perahu dari kota terdekat, dan hanya memiliki sedikit akses ke makanan olahan, alkohol, dan rokok.
Dilansir BBC, para peneliti menemukan hanya 14% kalori yang mereka makan berasal dari lemak, dibandingkan dengan 34% di Amerika Serikat. Makanan mereka tinggi serat dan 72% kalori mereka berasal dari karbohidrat, dibandingkan dengan 52% di AS.
Protein berasal dari hewan yang diburu, seperti burung, monyet, dan ikan. Dalam hal memasak, secara tradisional, tidak ada yang namanya menggoreng.
Awalnya Prof. Kaplan dan koleganya, Michael Gurven dari Universitas California, Santa Barbara, melakukan penelitian antropologis di kawasan itu. Namun, mereka melihat orang-orang Tsimane yang sudah tua tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit yang umum terjadi pada usia lanjut seperti hipertensi, diabetes, atau masalah jantung.
Kemudian, sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2013 menarik perhatian mereka. Sebuah tim yang dipimpin oleh ahli jantung AS Randall C Thompson menggunakan pemindaian CT untuk memeriksa 137 mumi dari peradaban Mesir kuno, Inca, dan Unangan.
47 mumi
Seiring bertambahnya usia manusia, penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain dapat membuat arteri menebal atau mengeras, yang menyebabkan aterosklerosis.
Mereka menemukan tanda-tanda ini pada 47 mumi, yang menantang asumsi bahwa hal itu disebabkan oleh gaya hidup modern.
Kedua tim peneliti bekerja sama dan melakukan pemindaian CT pada 705 orang Tsimane yang berusia di atas 40 tahun, untuk mencari kalsium arteri koroner (CAC) - tanda pembuluh darah tersumbat dan risiko serangan jantung.
Penelitian mereka, yang pertama kali dipublikasikan di The Lancet pada 2017, menunjukkan 65% orang Tsimane yang berusia di atas 75 tahun tidak memiliki CAC. Sebagai perbandingan, sebagian besar orang Amerika pada usia tersebut (80%) memang memiliki tanda-tandanya.
“Arteri orang Tsimane berusia 75 tahun lebih mirip arteri orang Amerika berusia 50 tahun,” kata Kaplan.
Penelitian fase kedua yang diterbitkan pada 2023 dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science, menemukan orang Tsiman lanjut usia menunjukkan atrofi otak hingga 70% lebih sedikit daripada orang-orang seusianya di negara-negara industri seperti Inggris, Jepang, dan AS.