Ini Sosok Pahlawan Nasional Ikut Berjuang di Palestina Sebelum Indonesia Lahir, Berjasa Ikut Rumuskan Pancasila
Sosok pahlawan nasional yang pernah berjuang bantu Palestina sekaligus merumuskan Pancasila.
Salah satu pahlawan nasional sekaligus profesor Islam ternama tanah air ternyata ada yang pernah ikut berjuang untuk Palestina jauh sebelum Indonesia merdeka.
Dia adalah Abdul Kahar Muzakkir sosok yang selama ini dikenal sebagai rektor pertama Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
- Menlu Pamit Jelang Purna Tugas di Rapat Komisi I: Jangan Tinggalkan Palestina Sendirian
- PBNU Ingatkan Dalam Bela Palestina Publik Harus Rasional saat Bertindak
- Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Berikut Sejarah dan Tujuannya
- Peringati Hari Lahir Pancasila, Jokowi: Indonesia Tetap Perjuangkan Kemerdekaan Palestina
Tak hanya berjasa bagi Palestina, Kahar Muzakkir juga memiliki peran penting dalam proses perumusan Pancasila. Simak ulasan selengkapnya:
Sosok Abdul Kahar Muzakkir Ikut Berjuang untuk Palestina
Abdul Kahar Muzakkir merupakan profesor Islam ternama Indonesia yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pada tahun 1925, Muzakkir pernah mendapatkan tawaran untuk melanjutkan studi di Universitas Al Azhar dan Darul Ulum, Kairo, Mesir.
Kepindahan Muzakkir ke Mesir itu menjadi awal kedekatan dirinya dengan para pemimpin negara-negara Arab yang tergabung dalam Arab High Committee.
Arab High Committee adalah gerakan perlawanan diplomatik tingkat tinggi yang dibentuk oleh seorang Mufti Besar Jerusalem bernama Muhammad Amin Al-Husaini.
Salah satu instrumen dari gerakan perlawanan tersebut adalah Muktamar Alam al-Islam di Palestina, di mana Abdul Kahar Muzakkir ikut berpartisipasi di dalamnya bahkan menjadi ketua di cabang Hindia-Timur.
Setelah lulus dari studinya di Mesir, Muzakkir kemudian melanjutkan misi diplomatiknya mewakili organisasi Islam Muhammadiyah ketika merespons penjajahan Israel atas Palestina.
Di tahun 1937, dia pernah membawa mandat dari 34 organisasi di Indonesia untuk menghadiri Konferensi Bloudan di Syria yang menyerukan aksi pembebasan Palestina.
Kemudian setelah Indonesia merdeka, melansir dari laman suaramuhammadiyah, disebutkan jika Muzakkir pernah menyampaikan pesan diplomatik pemerintah Indonesia di hadapan para pemimpin perlawanan bangsa Palestina.
Dia menyebut, pemerintah Indonesia mengizinkan gerakan-gerakan perlawanan bangsa Palestina untuk mendirikan cabang di Jakarta.
Misi diplomatik Muzakkir yang mewakili pemerintah Indonesia pada waktu itu dilaporkan secara langsung kepada Ketua MPRS Jenderal AH Nasution dan Menteri Luar Negeri Adam Malik.
Kiprah Abdul Kahar Muzakkir di Tanah Air
Abdul Kahar Muzakkir juga dikenal sebagai salah satu tokoh organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah. Dia lahir pada 16 September 1907 di Kota Yogyakarta.
Muzakkir terkenal banyak berperan dalam dunia pendidikan. Dia mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) bersama tujuh koleganya. STI berhasil dibuka pada 8 Juli 1945 di Gedung Kantor Imigrasi Pusat, Gondangdia, Jakarta.
STI ini menjadi cikal bakal Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta. Selain itu, Muzakkir juga menjadi pelopor pendirian Akademi Tabligh Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1958.
Akademi ini kemudian bertransformasi menjadi FIAD Muhammadiyah, dan akhirnya menjadi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Muzakkir juga sosok yang menggagas pendidikan tinggi khusus perempuan usai Muktamar Aisyiyah 1962.
Ketika masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, Muzakkir juga berperan dalam pendidikan khusus di bidang pembinaan mental pada Angkatan Perang Sabil (APS).
Ikut Rumuskan Pancasila
Kahar Muzakkir juga merupakan bagian dari anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Panitia Sembilan yang salah satu tugasnya merumuskan dasar negara.
Sebagai seorang akademisi dan pemimpin Muhammadiyah, Muzakkir memberikan pandangan-pandangan intelektual yang mendukung pengembangan konsep Pancasila.
Dia sosok yang berperan memastikan bahwa dasar negara Indonesia mencerminkan nilai-nilai moral dan agama yang kuat, sekaligus mampu mengakomodasi keragaman budaya dan agama di tanah air.
Menjelang Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Muzakkir bersama Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar atau Preambule UUD 1945.
Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional
Karena berbagai kiprahnya di Indonesia, di tahun 2012 lalu Abdul Kahar Muzakkir sempat diusulkan untuk dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Kemudian pada tanggal 8 November 2019, Mudzakkir resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo dalam sebuah upacara di Istana Negara.
Penghargaan diberikan kepada perwakilan pihak keluarga ahli waris yakni Siti Jauharoh, anak dari Abdul Kahar Muzakkir.