Keluarga Jenderal Ahmad Yani Kecewa Sekolah yang Didirikan oleh Pahlawan Revolusi Diubah Nama 'Kalau Nama Tokoh Lebih Terkenal'
Potret bangunan Sekolah Dasar (SD) yang digagas oleh Jenderal Ahmad Yani di dekat kediaman orang tuanya.
Bagi sebagian orang mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar nama Jenderal Ahmad Yani. Dia adalah seorang pahlawan revolusi yang gugur dalam tragedi Gerakan 30 September alias G30S/PKI.
Eks Menteri/Panglima Angkatan Darat (kini setingkat kasad) itu merupakan jenderal bintang empat yang berasal dari Desa Rendeng, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
- Kenalan Sama Jenderal Bintang Dua Wanita Pertama di TNI AD, Ternyata Sosoknya Punya Belasan Gelar Akademik
- Anak Pedagang Kue Sukses jadi Jenderal Bintang Tiga TNI, kini Adu Nasib Maju di Pilkada
- Jenderal Polisi ini Dulu Datang Lebih Pagi ke Sekolah dari Tukang Kebun, Kini Dikenal Rajin Bikin Segan Anak Buah
- Jenderal Bintang 3 TNI Tak Pandang Jabatan, Janji Setia sama Anak Buah Berpangkat Prada
Seorang youtuber melalui kanal Youtube EKO PEDIA menunjukkan potret rumah orang tua Ahmad Yani yang dulu ditinggali sang jenderal bersama keluarga.
Dalam video, rumah tersebut memiliki arsitektur khas bangunan Belanda. Di sebelahnya, terdapat sebuah Sekolah Dasar (SD) yang kabarnya dibangun atas gagasan Jenderal Ahmad Yani.
"Ini peninggalan beliau sekolah SD. Beliau sendiri punya cita-cita membangun SD. Karena dulu di desa sini enggak punya SD. Beliau prihatin, (akhirnya) minta tanah sama orang tuanya dan dibangun SD ini tahun 1965 peletakan batu pertama namun dia gugur," kata salah satu keponakan Ahmad Yani dalam video.
Karena merasa prihatin dengan sulitnya akses pendidikan untuk anak-anak di sekitar rumahnya, Ahmad Yani kemudian memiliki ide untuk mendirikan sekolah di dekat rumahnya.
Namun, ide tersebut belum terlaksana sampai ia gugur di peristiwa G30S/PKI. Setelah itu pihak keluarga melanjutkan cita-cita Ahmad Yani untuk membangun sekolah di sebelah rumah.
"Beliau ini punya cita-cita bikin SD diwakafin biar anak-anak desa Rendeng ini bisa pinter seperti pak Yani bahkan lebih. Jadi bertepatan dengan bapak (Ahmad Yani) gugur langsung peletakan batu pertama," kata keponakan Ahmad Yani.
"Jadi anak-anak desa Rendeng itu dulu kalau sekolah harus ke tetangga desa jalan kaki. Jadi pak Yani sangat prihatin kenapa ada desa kok enggak punya sekolah. Makanya beliau punya ide membangun SD," tambahnya.
Disebutkan, jika SD tersebut dulunya diberi nama SD Jenderal Ahmad Yani sebagai bentuk penghormatan kepada sang pahlawan revolusi. Namun, belakangan nama sekolah itu berubah menjadi SD Negeri Rendeng.
Padahal, menurut keponakan Ahmad Yani, jika pembubuhan nama sang jenderal sebagai identitas sekolah seharusnya bisa membuat sekolah tersebut bisa lebih dikenal banyak orang.
"Dulu namanya SD Jenderal Ahmad Yani (berubah nama) karena (jadi) negeri ya. Sebenarnya kita kemarin keluarga agak kecewa karena dulu pernah namanya pernah namanya SD Jenderal Ahmad Yani Rendeng," tutur keponakan Ahmad Yani.
"Jadi nama pak Yani tidak dihilangkan dan nama desa tidak dihilangkan. Tapi sekarang kok berubah nama itu yang kita sayangkan. Sekarang (nama) SD negeri Rendeng," tambahnya.
Sempat merasa kecewa, pihak keluarga disebut telah mengajukan permintaan untuk mengembalikan nama sekolah dasar itu seperti semula. Keluarga pun berharap hal tersebut bisa dikabulkan oleh pemerintah daerah setempat.
"Tapi dul pernah mengajukan sampai ke dinas tahun 2011 pernah mengajukan kita keluarga minta dikembalikan namanya (jadi lama) Kita mau ngajuin lagi mudah-mudahan nanti bisa," pungkasnya.
Sebagai informasi, Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani adalah salah satu pahlawan revolusi yang gugur sebagai korban tragedi G30S/PKI. Dia dibunuh saat penculikan dari rumahnya.
Pada dini hari 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September mencoba untuk menculik tujuh anggota staf umum Angkatan Darat. Sebuah tim dari sekitar 200 orang mengepung rumah Ahmad Yani di Menteng, Jakarta Pusat.
Yani kemudian diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di sebuah sumur bekas yang kini dikenal sebagai Lubang Buaya. Ahmad Yani dan korban lainnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata. Dia juga diberikan pangkat sebagai Panhlawan Revolusi.