Cerita Menyedihkan Keluarga Saksikan Bayi Terpenggal di Rafah, Ayah & Kakak Kuburkan Jenazah Tanpa Tubuh yang Utuh
Akibat serangan brutal tersebut, bayi berusia 18 bulan menjadi korban tewas dengan cara mengenaskan.
Akibat serangan brutal Israel di Rafah, bayi berusia 18 bulan menjadi korban tewas dengan cara mengenaskan.
Cerita Menyedihkan Keluarga Saksikan Bayi Terpenggal di Rafah, Ayah & Kakak Kuburkan Jenazah Tanpa Tubuh yang Utuh
Serangan Israel ke kamp pengungsian Rafah menuai kecaman dunia. Akibat serangan brutal tersebut, bayi berusia 18 bulan menjadi korban tewas dengan cara mengenaskan.
Korban terpenggal hingga membuat saudara kandungnya tak kuasa menahan tangis. Sang ayah bahkan diketahui terpaksa menguburkan jenazah sang putra yang tak utuh.
Berikut ulasan selengkapnya.
- Cerita Sepasang Kekasih Buang Bayi ke Rumah Orang Tua sampai Perkara Dihentikan Kejaksaan
- Kisah Tragis Janda 4 Anak Kakinya Terlindas Kereta lalu Diamputasi, Banting Tulang Jualan Keliling Pakai Kursi Roda Cuma Dapat Rp20 Ribu
- Satu Tahun Pelarian Ayah Kandung Usai Ketahuan Dua Kali Setubuhi Putrinya Hingga Akhirnya Ditangkap
- Kelakuan Ayah Tiri Bejat Perkosa Anak Berkali-kali hingga Hamil 7 Bulan
Bayi jadi Korban Tewas
Keluarga Abdel Hafez Al-Najjar merupakan salah satu pengungsi di Rafah. Tak terkira, serangan brutal Israel beberapa waktu lalu mengantarkan mereka pada tragedi yang begitu pilu.
Sang putra sulung, Ahmed Al-Najjar (18 bulan) menjadi korban tewas. Bahkan, sang putra diketahui wafat dengan cara mengenaskan, kepala terpenggal.
Kenangan mengenai sang adik yang begitu ceria diungkap oleh sang kakak, Mohammed (13).
Meski telah lebih dulu kehilangan ibu dan dua saudara, namun keluarga Abdel mencoba bertahan.
"Dia suka bermain trampolin, sepak bola, bermain dengan kucing. Kita sering membawanya keluar dan bermain dengannya," ujarnya, dalam video singkat milik akun Instagram @ajplus.
Namun siapa sangka, tragedi tersebut harus dialami keluarga Abdel. Kronologi menjelang tewasnya sang putra pun diungkapnya sembari menitikkan air mata.
"Dia memintaku untuk membeli permen. Dia memelukku, membelinya, dan bermain kembali dengan saudaranya," ceritanya.
Mohammed yang berada tak jauh dari sisi sang adik menuturkan kronologi penuh haru.
Di depan matanya, nyawa sang adik melayang dengan mengenaskan.
"Kita bermain sepakbola sebelum gelap dan kembali ke taman. Tiba-tiba Israel menyerang taman dan aku mendengar teriakan lalu melihatnya," ungkap Mohammed.
"Kepalanya dan kaki kirinya terpenggal," ungkapnya.
"Aku tidak tahan melihatnya seperti itu. Aku merindukan mereka semua," lanjutnya.
Kepergian sang putra dengan cara demikian membuat sang ayah tak kuasa menahan tangis.
Bahkan, dia mengaku jika cara wafat sang putra merupakan hal yang begitu mengerikan bagi dirinya dan keluarga.
"Meninggalnya Ahmed adalah hal yang mengerikan untuk kami. Saya tidak tahu kepalanya terpenggal saat serangan. Saya tidak percaya sampai melihat dengan mata kepala sendiri di Klinik Sultan," ungkapnya.
Hingga saat ini, kepergian Ahmed diungkapnya begitu sulit diterima.
Terlebih, Abdel dan keluarga harus menguburkan sang putra dengan kondisi jenazah yang tak utuh.
"Berbicara tentang situasi ini sangat sulit. Seorang bayi tanpa kepala. Sulit, terlebih ini anak saya. Kami bahkan menguburkannya tanpa kepala. Saya lemas sampai hari ini," tukasnya.
Israel Serang Rafah
Sebelumnya, beredar luas di media sosial mengenai bayi 18 bulan yang secara tragis wafat dengan cara terpenggal usai Israel menargetkan kamp pengungsian Rafah.
Israel diketahui melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera. Lebih dari 36.500 warga Palestina di Gaza, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas, dan hampir 83 ribu lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.