Kisah Eksil '65 Ogah Kutuk Bung Karno, Akhirnya Hidup di Rusia Sampai Punya Cucu
Seorang eksil mendapatkan kesempatan untuk bercerita dengan Presiden Joko Widodo tentang peristiwa yang dialami saat dirinya masih menjadi seorang mahasiswa pada tahun 65. Simak ulasannya.
Seorang eksil mendapatkan kesempatan untuk bercerita dengan Presiden Joko Widodo tentang peristiwa yang dialami saat dirinya masih menjadi seorang mahasiswa pada tahun 65.
Pria tersebut bernama Sudaryanto, dahulu merupakan warga negara Indonesia yang pasportnya dicabut oleh pemerintah karena tidak berkenan mengutuk Bung Karno.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Kapan Soekarno diasingkan di Muntok? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Apa yang dilakukan Presiden Soekarno di Pesanggrahan Kotanopan? Presiden Soekarno kala itu sempat melakukan pidato singkat untuk mempersatukan masyarakat Sumatra yang ingin merdeka.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
Sudaryanto akhirnya menjalani hidupnya di Rusia, menikah dengan orang Rusia dan mempunyai cucu di sana. Simak ulasannya sebagai berikut.
Eksil 65 Ogah Kutuk Bung Karno
Dalam acara Peluncuran Program Pelaksanaan Rekomendasi Penyelesaian Non Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat di Indonesia, Presiden Joko Widodo berkesempatan berbincang dengan dua eksil yang menjadi korban pelanggaran HAM.
Salah satunya adalah Sudaryanto, eks warga negara Indonesia yang pada tahun 65 menempuh pendidikan tinggi di Rusia. Pada tahun tersebut, terjadi kerusuhan di Indonesia dan memaksa dirinya harus mengutuk Bung Karno.
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Sekretariat Presiden
Namun, Sudaryanto mengatakan bahwa ia menolak melakukan kutukan terhadap Presiden Indonesia saat itu. Namun, penolakan itu berujung pada keputusan negara yang merugikannya.
“Setelah terjadi peristiwa 65 karena saya tidak memenuhi syarat screening karena di sana ada poin harus mengutuk Bung Karno. Ini langsung tidak saya terima,” ucap Sudaryanto.
Passport Dicabut Pemerintah
Poin kutukan terhadap Bung Karno yang ditolak mentah-mentah oleh Sudaryanto membuatnya harus menanggung risiko dari Pemerintah Indonesia. Ia langsung kehilangan kewarganegaraannya.
“Dan akhirnya dalam seminggu sesudahnya saya memperoleh surat pemberitahuan bahwa paspor saya sudah dicabut dan saya kehilangan kewarganegaraan,” lanjut Sudaryanto.
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Sekretariat Presiden
Setelah passportnya dicabut oleh Pemerintah Indonesia, Sudaryanto kemudian mendapatkan jaminan dari Pemerintah Uni Soviet pada waktu itu untuk lanjut belajar dan bekerja.
“Sesudah itu saya mendapat jaminan dari Pemerintah Uni SOviet untuk tetap belajar dan menyelesaikan pelajaran di sana kemudian dikasih pekerjaan sampai sekarang,” terang Sudaryanto.
Sempat menjadi Dekan di Rusia
Sudaryanto mengaku selama berkarier di Rusia ia pernah menjadi seorang dosen di Universitas Koperasi Rusia dan menduduki jabatan sebagai dekan.
Meskipun bekerja di Rusia, Sudaryanto masih memiliki hubungan yang baik dengan Indonesia. Ia beberapa kali melakukan kunjungan ke beberapa universitas Indonesia dan menjalin komunikasi yang intens.
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Sekretariat Presiden
“Saya sempat menjadi dosen di Universitas Koperasi Rusia, menjadi dekan dan telah mengadakan kunjungan ke Indonesia. Mengadakan beberapa pembicaraan dengan beberapa universitas-universitas Indonesia, membaca sedikit informasi,” ucap Sudaryanto.
“Jadi hubungan dengan Indonesia setelah tahun 2000 kembali normal. Kemudian pemerintah Indonesia memberikan kesempatan untuk bisa mengunjungi Indonesia di mana diperlukan.” pungkasnya.
Ingin Kembali ke Indonesia
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga menawarkan kepada Sudaryanto untuk kembali menjadi warga Indonesia.
Tawaran Presiden Jokowi itu pun disambut baik oleh Sudaryanto. Meskipun di Rusia ia sudah memiliki istri dan 3 cucu, Sudaryanto akan meyakinkan istrinya untuk tinggal dan menjadi warga negara Indonesia.
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Sekretariat Presiden
“Pak Sudaryanto sama Pak Suryo ingin jadi warga negara Indonesia lagi nggak?” tanya Jokowi.
“Sudah direncanakan, pak. Soalnya saya tidak sendirian, sudah punya 3 cucu. Istri dari Rusia,” jawab Sudaryanto.
“Dibawa ke Indonesia kan belum tentu mau gitu, ya?” ucap Jokowi.
“Yaaa, belum tentu, tapi kalau diyakinkan saya kira bisa,” pungkas Sudaryanto.