Sepanjang Sejarah, Hanya Ada Tiga Jenderal Bintang 5 di TNI, Ini Sosoknya
Jenderal pemilik pangkat jenderal bintang lima di TNI
Jenderal besar atau jenderal bintang lima adalah pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Di Indonesia, hanya ada tiga tokoh yang memiliki pangkat ini.
Gelar jenderal bintang lima diberikan kepada mereka yang dinilai memiliki jasa sangat besar pada perkembangan bangsa dan negara pada umumnya serta Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada khususnya.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kenapa Soeharto memilih menjadi tentara KNIL? Bagi para pemuda pribumi miskin, menjadi serdadu kolonial adalah pilihan untuk lepas dari kemelaratan hidup di desa. Minimal mereka mendapatkan gaji tetap, asrama dan pensiun (jika sudah menyelesaikan masa tugas).
-
Apa pesan Presiden Soeharto kepada Jenderal M Jusuf saat menjadi Panglima TNI? "Perkuat dan bangkitkan kemanunggalan ABRI dan rakyat." Hanya itu pesan Soeharto untuk Jenderal M Jusuf.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Bagaimana anggota TNI itu ditemukan? Anggota TNI dari kesatuan POM AD III/Siliwangi itu pertama kali ditemukan tergeletak berlumuran darah oleh warga di halaman bengkel mobil, Jalan Pangkalan 5, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jumat (29/3) sekira pukul 03.30 WIB.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
Hal tersebut bahkan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1997. Lalu, siapa saja sosok jenderal pemilik pangkat bintang lima di TNI? Simak ulasan selengkapnya:
Panglima Besar Jenderal Sudirman
Dalam sejarah Indonesia, pemilik nama lengkap Raden Soedirman itu adalah panglima pertama TNI dan termuda. Ia menjadi seorang jenderal di usianya yang baru 31 tahun. Sudirman merupakan sosok pahlawan pembela kemerdekaan yang rela mengabaikan kesehatan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia.
Kehidupan militernya diawali dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Sejak saat itu ia aktif mengikuti berbagai operasi militer hingga pertempuran untuk mempertahankan NKRI.
Sudirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916. Melalui Konferensi TKR tanggal 2 November 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Jadi Jenderal Besar
Jenderal Sudirman memperoleh pangkat jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya seperti umumnya. Namun, ia mendapatkan pangkat tersebut karena prestasinya.
Sudirman meninggal pada tanggal 29 Januari 1950 karena penyakit tuberkulosis parah yang ia derita. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
Foto: wikipedia ©2023 Merdeka.com
Jenderal Abdul Haris Nasutin
Abdul Haris Nasution alias AH Nasution lahir di Sumatera Utara pada 3 Desember 1918. Nasution mulai tertarik berkecimpung di bidang militer sejak mengikuti rangkaian pendidikan Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) KNIL atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan di bandung pada tahun 1940 sampai 1942.
Tugas pertamanya setelah menjalani pendidikan ialah menjadi pembantu letnan calon perwira di Batalyon 3 Surabaya, Kebalen. Ketika Perang Dunia II, Batalyon 3 ditugasi untuk mempertahankan pelabuhan Tanjung Perak.
Pada tahun 1948 dirinya menjabat sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Kariernya pun melejit hingga menjadi Jenderal Mayor dan menjabat Panglima Divisi III/TKR Priangan yang juga dikenal menjadi Divisi I/Siliwangi.
Diangkat Jadi Kasad Namun Sempat Dinonaktifkan
©2023 Merdeka.com
Pada 10 Desember 1949, Nasution diangkat menjadi kepala staf angkatan darat (KSAD). Namun, ia sempat dinonaktifkan akibat konflik antara Angkatan Darat dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Peran penting Nasution dalam perjalanan sejarah Indonesia yaitu sebagai peletak dasar perang gerilya melawan Belanda saat memimpin pasukan Siliwangi pada masa Agresi Militer I Belanda.
Selain itu, ia juga menjadi Kepala Staf Angkatan Bersenjata pada 1965 dan menjadi salah satu target peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI).
Nasution wafat pada 5 September tahun 2000. Sebelumnya, ia sempat menerima pangkat kehormatan Jenderal Besar yang dianugerahkan pada tanggal 5 Oktober 1997, saat ulang tahun ABRI.
Jenderal Soeharto
Jenderal Soeharto merupakan tokoh yang tentu sudah tidak asing lagi bagi sebagai besar masyarakat. Ia merupakan jenderal TNI sekaligus Presiden ke-2 RI yang pernah memerintah Indonesia lebih dari 30 tahun.
Dalam laman resmi Perpusnas, Soeharto resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Sosoknya dipuji sebagai ahli strategi militer.
Pada tahun 1949, di bawah komandonya TNI pernah melakukan serangan dan menguasai kota Yogyakarta dari tangan Belanda selama 6 jam, yang dikenal dengan Serangan Oemoem 1 Maret.
Pada tahun 1963 saat pembebasan Irian Barat, Soeharto menjabat sebagai Panglima Komando Mandala di masa kepemimpinan Presiden Soekarno. Ia juga mengukir jasa besar ketika ia memegang kendali sebagai Penglima Mandala.
Dengan kedudukannya, ia berhasil menjalankan operasi militer untuk pembebasan Irian Barat dari cengkraman penjajahan Belanda, sehingga sejak 1 Mei 1963 wilayah tersebut kembali ke pangkuan RI.
Ditunjuk Jadi Presiden
Instagram jejaksoeharto ©2023 Merdeka.com
Soeharto ditunjuk menjadi presiden pasca pemberontakan G30S PKI. Kala itu, MPRS melakukan sidang istimewa pada 1967 dan menunjuk Soeharto sebagai pejabat Presiden.
Tahun berikutnya, pada Maret 1968 dirinya resmi menjabat sebagai Presiden RI Kedua. Soeharto menjadi presiden dengan masa pemerintahan terlama sepanjang sejarah Indonesia, yakni 32 tahun.
Namun, stabilitas yang ia bangun selama puluhan tahun akhirnya goyah. Krisis ekonomi 1998 menjadi titik awal dituntutnya Soeharto untuk mundur dari kursi pemerintahan.
Akhirnya pada Kamis 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa dia melepaskan jabatannya sebagai presiden. Bersama dengan Jenderal Sudirman dan AH Nasution, Soeharto juga menerima pangkat kehormatan sebagai jenderal besar TNI atau jenderal bintang lima.