Tradisi Sungkem Lebaran dan Sejarahnya dalam Agama Islam, Ketahui Tata Caranya
Lebaran selalu identik dengan tradisi sungkem yang dilakukan kepada orang yang lebih tua. Ketahui sejarah hingga tata cara sungkem yang berikut ini.
Lebaran kini akan tiba dalam hitungan jari. Lebaran selalu identik dengan tradisi sungkem yang dilakukan kepada orang yang lebih tua. Tidak seperti biasanya, kini kita harus merayakan hari kemenangan dengan cara yang cukup berbeda lantaran wabah Covid-19 yang melanda negeri.
Meskipun demikian, tidak ada salahnya bagi Anda untuk mengetahui sejarah hingga tata cara sungkem yang dirangkum dari berbagai sumber berikut ini.
Tradisi Sungkem di Indonesia
©2018 Merdeka.com/istimewa
Sungkem seringkali dilakukan ketika Hari Raya Idul Fitri tiba sebagai wujud silaturahmi hingga permohonan maaf kepada orang yang lebih tua. Sungkem menjadi ciri khas tersendiri bagi sebagian orang lantaran menjadi momen bertemu dengan sanak saudara, handai taulan, rekan-rekan, hingga segenap orang yang selama ini jarang ditemui.
Banyak yang menuturkan bahwa tradisi yang satu ini merupakan tanda bukti yang ditunjukkan oleh anak kepada orang tua sebagai rasa terima kasih atas bimbingan dan pelajaran yang diajarkan sejak kecil hingga dewasa.
Selain pada saat lebaran, tradisi sungkem ini biasanya juga dilakukan oleh calon pengantin untuk meminta restu kepada kedua orangtua.
Berbagai Makna Tradisi Sungkem
©2014 Merdeka.com
Makna pertama dari tradisi sungkem adalah sebagai sarana yang dilakukan masyarakat Jawa untuk melatih kerendahan hati. Sebab dengan melakukan sungkem, maka seseorang akan melakukan gestur merendah dan menyembah kepada orang yang lebih tua.
Makna kedua dari sungkem yakni sebagai wujud terima kasih dari seorang anak atau orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua. Ungkapan terima kasih ini diwujudkan dengan gestur yang seakan patuh dan hormat kepada orang yang lebih tua.
Makna dari tradisi sungkem yang berikutnya yakni wujud penyesalan dan permintaan maaf dari segala perbuatan buruk yang pernah dilakukan kepada orang tua. Sebuah hubungan antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda akan dapat diperbaiki dengan tradisi sungkeman.
Makna terakhir dari sungkeman yakni sebagai ritual penyadaran diri pada jiwa-jiwa anak muda yang sering lupa bagaimana seharusnya memperlakukan orang yang lebih tua.
Sungkem Sebagai Budaya Islam dan Jawa
©2019 Merdeka.com/Iqbal Nugroho
Tradisi sungkem yang telah hadir di tengah kebudayaan masyarakat Indonesia ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu. Dr. Umar Khayam (alm), seorang budayawan senior Universitas Gadjah Mada mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak ada sejarah yang pasti mengenai awal mula dari tradisi sungkem ini.
Namun, yang diketahui secara pasti bahwa tradisi sungkem merupakan akulturasi atau percampuran dari budaya Jawa dengan agama Islam yang zaman dahulu telah banyak dilakukan oleh pemuka agama.
Sejarah Meluasnya Budaya Sungkem
©2018 Merdeka.com/Radeva Pragia
Tradisi sungkem yang merupakan perpaduan budaya Jawa dan Islam tersebut lantas mulai meluas di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini lantaran keinginan dari para ulama untuk menjalankannya secara kolektif.
Para ulama pada masa itu menginginkan agar tujuan dari puasa Ramadhan tercapai, memantik budaya saling memaafkan di antara banyak orang dengan harapan agar dosa yang melekat pada setiap manusia dapat berguguran.
Maka mulai sejak itu, tradisi sungkeman menjadi sebuah kebudayaan baru di kalangan masyarakat Nusantara sebagaimana meluasnya ajaran agama Islam pada saat itu.
Tata Cara Sungkem
©2018 Merdeka.com
Tradisi sungkeman bukanlah menunjukkan rendahnya derajat seorang manusia kepada manusia yang lain, melainkan hal tersebut menunjukkan akhlak dan sifat yang mulia dari seorang manusia.
Tujuan utama dari tradisi yang satu ini bukan hanya untuk memohon maaf kepada orang lain, namun juga sebagai tanda penghormatan kepada manusia lain yang telah memberikan sekaligus mengajarkan berbagai hikmah dari kehidupan.
Biasanya, sungkem ini dilakukan dengan cara membungkukkan badan dan jongkok sambil mencium kedua tangan orang yang lebih tua. Setelah itu, maka diperbolehkan untuk mengucapkan permohonan maaf hingga doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT atas orang yang lebih tua dari kita tersebut.