4 Kemajuan Bandara Cengkareng versi Dahlan
Antrean pesawat berkurang, hingga diklaim bisa samai prestasi bandara London, Inggris.
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, berulang kali disorot baik oleh pengguna maupun pejabat pemerintah. Fasilitas penerbangan publik itu merupakan pintu utama Indonesia ke dunia.
Wajar saja, masalah maupun perbaikan pelayanan akan dikomentari. Tak terkecuali seperti diutarakan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan di Jakarta, kemarin, Kamis (24/4). Dia memuji beberapa peningkatan positif bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II itu.
-
Kapan JNE didirikan? JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) adalah perusahaan ekspedisi atau kurir yang didirikan di Indonesia. Berikut adalah gambaran umum tentang sejarah ekspedisi JNE.Awal Pendirian (1990): JNE didirikan pada tanggal 26 November 1990 oleh H. Soeprapto Suparno di Jakarta, Indonesia.
-
Kapan Waduk Kembangan buka? Jam operasional Waduk Kembangan adalah setiap hari, mulai pukul 07.00 hingga 19.30 WIB.
-
Kapan Ujung Kulon Janggan buka? Ujung Kulon Janggan dibuka mulai pukul 07.00 hingga 18.00.
-
Kapan Jalan Tol Semarang-Batang diresmikan? Pada 20 Desember 2018, Jalan Tol Semarang-Batang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Jembatan Kalikuto bersama dengan ruas tol Pemalang-Batang dan Salatiga-Kartasura.
-
Kapan Sultan Iskandar Muda berkuasa? Ia berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.
-
Kapan Jembatan Parhitean diresmikan? Saat jembatan ini rampung dikerjakan pasca Kemerdekaan, bangunan ini akhirnya diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Drs. Mohammad Hatta pada tahun 1950 yang didampingi oleh Gubernur Sumatera, TM Hassan.
Ini sejalan dengan laporan Majalah Dirgantara Skytrax yang berbasis di London. Dalam laporan triwulan I, Soekarno-Hatta berada di urutan keempat untuk kategori bandara dengan peningkatan pelayanan terbaik di dunia
Bandara Soekarno-Hatta memiliki 3 terminal penumpang yakni Terminal 1 dan Terminal 2 yang berkapasitas masing-masing 9 juta penumpang per tahun, serta Terminal 3 dengan daya tampung 4 juta penumpang per tahun.
Tahun lalu, bandara berkode CGK ini tercatat sebagai yang tersibuk ke-8 di dunia dengan total pergerakan penumpang mencapai 62,1 juta penumpang. Akibat kepadatan itu, maskapai dan konsumen sama-sama mengeluh antrean terbang menggila.
Kendati tetapi mengakui adanya kepadatan yang berujung pada keterlambatan jadwal, Dahlan dalam lawatan ke Soekarno-Hatta menyebut sudah ada perbaikan. Kepadatan bandara tersibuk di Tanah Air itu menurutnya sudah berkurang jika dibandingkan beberapa waktu lalu.
Apa saja alasan Dahlan? Berikut pemaparannya seperti dirangkum merdeka.com:
Antrean pesawat cuma 4-5 unit
Perusahaan Umum Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) adalah otoritas aviasi yang baru berdiri tahun lalu. Tugasnya meringankan beban PT Angkasa Pura II, untuk mengatur pesawat hendak mendarat maupun lepas landas.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan lembaga yang baru berusia seumur jagung itu berhasil unjuk gigi. Ini sebabnya, situasi antrean pesawat di Cengkareng mulai membaik.
"Keberadaan AirNav dengan tugas menyeimbangkan landasan satu dan dua, terbukti efektif. Antrean pesawat hanya 4-5 unit. Padahal sebelumnya sampai 14 armada," ungkapnya.
Terlepas dari itu, Dahlan menyadari ada konsekuensi dari kebijakan yang dibuat AirNav. Yakni jarak turun pesawat di landasan II lebih jauh dari terminal.
"Ini semacam senjata makan tuan, ya saya terima karena konsekuensi aturan. Mungkin sekarang urgensinya enggak. Mempercepat keluar landasan dan masuk landasan," jelasnya.
Tak perlu bangun landasan baru
Berkat adanya Airnav, kini Dahlan optimis pengaturan penggunaan landasan penerbangan di Cengkareng bakal membaik.
Kapasitas Bandara Soekarno-Hatta mulanya cuma 56 frekuensi penerbangan per jam. Kemudian setelah Citilink dipindahkan ke Halim Perdanakusuma dan dilakukan pengaturan penerbangan oleh AirNav, saat ini kapasitas menjadi 64 frekuensi penerbangan per jam.
"Nanti Juli menjadi 72, sehingga urgensi pindah ke Halim berkurang, terus Tahun depan menjadi 92 frekuensi," ujarnya.
Dahlan yakin tidak perlu membuat landasan baru untuk meningkatkan frekuensi penerbangan. Terlebih biayanya cukup besar yakni Rp 40 triliun.
"Menurut saya tidak perlu, uang Rp 40 triliun itu kan banyak, pembebasan tanah juga waktu lama. Yang penting itu manajemen diatur lebih baik.
Fasilitas udara dekat Ibu Kota yang sudah kelebihan beban penumpang ini hendak ditingkatkan daya tampungnya menjadi 80 juta orang per tahun.
Pilihan yang sedang ditimbang oleh Kementerian Perhubungan adalah penambahan landasan pacu (runway) ketiga. Soekarno-Hatta sejauh ini cuma memiliki dua runway.
Landasan dua efisien
Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam kunjungan ke Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (24/4), mengapresiasi kepadatan yang mulai berkurang. Salah satu penandanya, karena landasan dua sudah dimanfaatkan secara maksimal untuk penerbangan.
"Dan memang di Cengkareng relatif lebih baik karena pemaksaan terhadap pesawat- pesawat yang tidak mau terbang di landasan dua. Sekarang, dipaksa sudah harus mau di landasan dua. Dulu kan banyak yang ngomong enggak mau, dan minta di landasan satu," jelas Dahlan.
Atas dasar itu, mantan Dirut PLN ini bahkan yakin Bandara Cengkareng bisa melayani penerbangan tanpa perlu membangun infrastruktur baru. PT Angkasa Pura II selaku operator menargetkan pada 2015, frekuensi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta ditargetkan menjadi 92 per jam.
Punya potensi samai Heathrow
Dahlan amat yakin, keberadaan AirNav bisa mengoptimalkan layanan penerbangan di Soekarno-Hatta. Targetnya Cengkareng mampu melayani 72 penerbangan per jam.
Konsep AirNav yang memaksimalkan dua landasan pacu saja memang sudah meniru Bandara Heathrow di Ibu Kota London, Inggris.
Meski belum menyamai frekuensi penerbangan di Bandara London, Dahlan sudah cukup puas jika Bandara Cengkareng bisa mencapai target tersebut.
"Ya mirip-mirip sana lah (Heathrow). Kan teman-teman belajar di sana. Di sana itu, take off dan landing bisa 100 frekuensi dengan dua landasan. Di sini sama, berarti kita bisa sampai 100 dong," jelasnya.
Berkaca pada Bandara Heathrow, Dahlan yakin tidak perlu membuat landasan baru untuk meningkatkan frekuensi penerbangan.
"Yang penting itu manajemen diatur lebih baik. Heathrow saja bisa dua landasan," jelasnya.
(mdk/ard)