Badan Usaha Tol Rugi Rp1 Triliun per Tahun Akibat Truk Kelebihan Muatan
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit, menilai keberadaan kendaraan berlebih muatan atau Over Dimension Over Loading (ODOL) di jalan tol dapat merugikan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) hingga Rp1 triliun per tahun.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit, menilai keberadaan kendaraan berlebih muatan atau Over Dimension Over Loading (ODOL) di jalan tol dapat merugikan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) hingga Rp1 triliun per tahun.
Menurut perhitungannya, tiap BUJT biasanya mendapat keuntungan sekitar Rp12 triliun. Dengan begitu, kehadiran truk kelebihan muatan di jalan tol dapat memotong pendapatan 1 bulan laba pada tiap perseroan.
-
Apa yang terjadi pada tebing tol di Bintaro? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
-
Kapan kecelakaan beruntun terjadi di Tol Jagorawi? Kecelakaan beruntun terjadi di ruas Jalan Tol Jagorawi pada Kamis (30/11).
-
Apa itu Toek? Makanan ini sejenis ulat kayu yang berasal dari Kayu Tumung, Kayu Bak-Bak, dan Kayu Etet.
-
Siapa Entong Tolo? Entong Tolo, yang dikenal sebagai bandit dari Bekasi, aktif dalam dunia kejahatan selama kurang lebih empat tahun mulai dari tahun 1904-1908,” tulis narasi di Indonesia.go.id.
-
Dimana kecelakaan beruntun terjadi di Tol Jagorawi? Kecelakaan beruntun terjadi di ruas Jalan Tol Jagorawi pada Kamis (30/11). Kecelakaan tersebut menewaskan tiga orang.Kanit PJR Tol Jagorawi, Iptu Hendrik menerangkan, kecelakaan berawal dari dump truk yang menghantam kendaraan Honda City dikemudikan oleh TW. Peristiwa itu terjadi di KM 05.200 A ruas Tol Jagorawi, pada pukul 02.04 WIB.
-
Apa itu tongtrong? Media ini disebut sebut sebagai pengganti jam, dan biasa digunakan oleh masyarkat luas. Saat berkunjung ke sana, wisatawan bisa mendengarkan tongtrong yang dipukul berulang-ulang.
"Jadi kalau kita lihat angka konservatif, itu (kerugian) pasti sekitar Rp1 triliun setiap tahun. Padahal kita tahu data tahun lalu itu pendapatan tol Rp12-13 triliun. Kalau kerugian ODOL sekitar Rp1 triliun, artinya 1 bulan enggak dapat pendapatan. Bagi investasi cukup signifikan," jelasnya di Jakarta, Senin (9/3).
Kerugian tersebut diderita lantaran BUJT harus sering melakukan perbaikan jalan akibat kerusakan yang disebabkan truk berlebih muatan. Di sisi lain, hal tersebut turut merugikan pengguna jalan tol, khususnya kendaraan golongan I yang harus membayar tarif lebih mahal.
"Kan tadinya mustinya pemeliharaan setiap 5 tahun. Kemudian sekarang jadi 3 tahun. Kemudian yang 2 tahun jadi setiap tahun. Itu belanja pemeliharaan secara dini akan menjadi penghitungan kerugian sebenarnya," ucap dia.
"Kalau tidak bisa diserap oleh badan usaha pasti akan ditimbangkan kepada masyarakat luas jadi penyesuaian tarif, atau tarifnya disesuaikan lagi lebih tinggi dari biasanya. Nah ini yang akhirnya masyarakat, golongan I yang paling banyak ikut menanggung akibat dari kendaraan ODOL," tambahnya.
Danang juga bercerita bahwa pihak investor kerap mengeluhkan penindakan aturan ODOL yang belum tegas. Untuk itu, dia meminta penindakan kendaraan obesitas dapat benar-benar maksimal demi menjaga kepercayaan investor.
"Beberapa kali investor nasional menanyakan ke kita bagaimana suatu aturan jelas-jelas landasannya tidak dilakukan secara konsisten. Oleh karena itu supaya kita untuk mengurangi kerugian aktivitas ODOL," imbuh Danang.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)