Bangun pabrik alat berat, China investasi Rp 2,4 triliun
Permintaan alat berat bakal meningkat sejalan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur dan properti di dalam negeri.
China menginvestasikan dana USD 200 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun untuk membangun pabrik alat berat di Indonesia. Langkah itu seiring makin bergairahnya iklim pembangunan infrastruktur di Indonesia.
"Pabrik alat berat akan dibangun pada tahun 2015 di Karawang Jawa Barat dengan investasi tahap awal sebesar USD 200 juta," kata President Director JIMAC GROUP Benny Kurniajaya di sela pameran Munas Gapensi di Sanur, Bali, Selasa (21/1).
-
Kapan inflasi penting untuk investor? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Bagaimana Jakarta mendorong investor untuk menanamkan modal di proyek-proyek potensial? Pemprov DKI Jakarta mengundang para investor untuk datang menjajaki berbagai proyek potensial yang dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) serta badan layanan umum daerah (BLUD).
-
Mengapa investasi properti di Lampung menjadi pilihan yang menjanjikan? Meskipun mengalami kenaikan, harga rumah di Bandar Lampung masih tergolong terjangkau dibandingkan dengan beberapa kota besar di Indonesia. Hal tersebut memberikan kesempatan bagi investor dan calon pembeli rumah untuk mendapatkan properti dengan harga yang kompetitif dan potensi untuk mendapatkan imbal hasil yang menguntungkan di masa depan.
-
Bagaimana Pertamina membangun infrastruktur hijau? Langkah konkrit perseroan dalam pengembangan infrastruktur hijau, lanjut Fadjar tidak hanya dilakukan dalam Pertamina Group, tetapi juga bersama BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik (EV).
-
Apa yang dimaksud Jokowi dengan 'Membeli Masa Depan' ketika berbicara tentang investasi di IKN? "Investasi di IKN Nusantara ini adalah membeli masa depan," ujar Jokowi di IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (4/6).
-
Bagaimana cara Indonesia menarik investasi 'family office'? Dia harus datang kemari (Indonesia). Misalnya, dia taruh duitnya 10 atau 30 juta dolar AS, dia harus investasi berapa juta, dan kemudian dia juga harus memakai orang Indonesia untuk kerja di family office tadi. Jadi, itu nanti yang kita pajakin.
Dia menyebutkan, investasi dilakukan seiring terus tumbuhnya ekonomi nasional di tengah pemulihan ekonomi dunia. Permintaan alat-alat berat bakal meningkat sejalan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur dan properti di dalam negeri.
Benny lantas mengutip pernyataan Presiden SBY saat membuka Munas Gapensi, di mana realisasi program MP3EI sudah mencapai sekitar Rp 800 triliun yang bertumpu pada pembangunan infrastruktur dan sektor riil.
Hingga 2025, Indonesia masih perlu anggaran Rp 4.600 triliun. Dari total jumlah anggaran yang dibutuhkan, pemerintah hanya mampu memenuhi 30 persen saja, sehingga sisanya 70 persen sehingga diharapkan dapat dipenuhi oleh swasta termasuk BUMN.
Menanggapi itu, Benny mengatakan sebagai distributor alat-alat berat/konstruksi di Indonesia, JIMAC Group sangat mendukung pengerjaan proyek-proyek infrastruktur.
Saat ini, banyak perusahaan besar, BUMN dan kontraktor di Tanah Air sudah cukup mengenal produk besutan China dengan bendera SANY. "Sejak dikenalkan tahun 2011 hingga saat ini, realisasi penjualan berbagai alat berat milik kami sudah mencapai USD 200 juta," ungkap Benny.
Sebagai bentuk komitmen dalam mendorong infrastruktur, pihaknya telah menawarkan pengadaan alat berat dengan kemudahan dalam pembayaran dengan cara dicicil. "Kami tawarkan pembelian alat berat 30 persennya tunai, 70 persennya bisa dicicil selama setahun," ujar Benny.
Dengan cara itu diharapkan kontraktor menengah dan kecil tidak lagi menghadapi kendala dalam hal penyediaan alat berat untuk mendukung kegiatan atau proyek mereka.
"Kontraktor akan bisa meningkatkan daya saingnya bisa berkompetisi dalam proyek infrastruktur," ucapnya.
(mdk/noe)