Nilai ekonomi hewan peliharaan di China bernilai 493,6 miliar yuan atau setara Rp1.096 triliun.
Pemilik hewan peliharaan di China saat ini semakin banyak yang menghabiskan banyak uang untuk menyekolahkan hewan peliharaan mereka ke taman kanak-kanak saat mereka bekerja. Di sekolah tersebut, hewan peliharaan mendapatkan pembelajaran seperti etika.
Melansir South China Morning Post, di salah satu taman kanak-kanak hewan peliharaan di Beijing, kursus etika tidak hanya mengajarkan perintah-perintah dasar kepada hewan peliharaan tetapi juga melatih keterampilan sosial, mengajarkan hewan peliharaan berinteraksi dalam kelompok, berjabat tangan, dan bahkan berpura-pura mati.
Kelas tersebut berfokus pada keterampilan seperti mengangguk, menggelengkan kepala, membungkuk, membunyikan bel, menutup pintu, mengambil sandal dan mainan, merangkak, dan menangkap frisbee.
Kursus ini berlangsung selama 30 hari dan biayanya 11.000 yuan atau setara Rp24 juta. Taman kanak-kanak seperti itu telah menjadi penyelamat bagi para pekerja penuh waktu yang merasa tidak dapat menyediakan cukup waktu untuk hewan peliharaan mereka
âTaman kanak-kanak itu bahkan memandikan anjing-anjing dan menyuruh mereka pulang dalam keadaan bersih, yang membuat hidup saya jauh lebih mudah setelah bekerja,â kata seorang pemilik Labrador kepada Economic View. Dia juga mengatakan, hewan peliharaannya tampak lebih bahagia saat bermain dengan anjing lain. Sementara itu, pemilik kucing Bengal, menyebutkan alasan serupa untuk menggunakan layanan tersebut.
"Saya baca di internet kalau kucing sering melihat ke luar jendela dengan tatapan kosong, mungkin dia sedang merasa kesepian," kata pemiliknya.
Pemilik hewan peliharaan yang cemas lainnya mengatakan mereka menghargai keahlian guru taman kanak-kanak dalam melatih hewan yang sulit.
Di salah satu sekolah hewan peliharaan, kursus intensif tatap muka selama 45 hari menyediakan asrama penuh dan biayanya 12.000 yuan atau setara Rp26,6 juta.
Beberapa taman kanak-kanak hewan peliharaan hanya menyediakan layanan penitipan harian, yang termahal di antaranya adalah 700 yuan atau setara dengan Rp1,5 juta per hari dan mencakup penjemputan dan pengantaran dengan bus sekolah, atau format sekolah asrama yang menyediakan pelatihan tertutup dengan pemantauan 24 jam.
Seorang pengusaha yang mendirikan taman kanak-kanak hewan peliharaan di Shanghai mengatakan kepada Economic Review bahwa fasilitas mereka dapat menampung sekitar 30 anjing dan tujuh kucing. Adanya tren menyekolahkan hewan peliharaan di tempat khusus menuai beragam komentar dari netizen. "Uang 11.000 yuan ini tidak sia-sia! Saat saya pensiun beberapa tahun lagi, saya berencana untuk memelihara anak anjing dan pasti akan mengirimnya untuk belajar beberapa keterampilan," kata seseorang.
âBagaimana bisa lebih mahal daripada kelas musim panas anak saya?â kata yang lain.
âIni menyedihkan. Sekarang anjing juga harus mengikuti kelas pelatihan? Tidak cukup hanya dengan mendorong anak-anak, sekarang kita malah mendorong anjing?â kata yang ketiga. Industri hewan peliharaan China telah mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan iiMedia Research, ekonomi hewan peliharaan China bernilai 493,6 miliar yuan atau setara Rp1.096 triliun.
Usia pensiun dinaikan di tengah jumlah populasi China yang terus turun.
Kondisi ini menciptakan bisnis pakan hewan peliharaan juga meningkat.
Pengeluran pemilik hewan peliharaan bisa mencapai belasan juta rupiah per ekor.
Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Ini yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.
Pria Ini Ketahuan Selundupkan 100 Ular Hidup yang Disimpan di Celananya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Perusahaan China ini memiliki 7.000 karyawan dan mereka mendapatkan jatah cuti saat sedang sedih hingga patah hati.
Eksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Menko Perekonomian membahas mengenai daya beli kelas menengah yang menurun dan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Walaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.
Kemiskinan membuat orang tuanya tak mampu menyekolahkan Prajogo untuk menempuh pendidikan SMA.