Beralibi kejar pelaku, Kemendag diam saat tahu beras plastik beredar
Dugaan sementara, beras plastik tersebut berasal dari China.
Akhir-akhir ini masyarakat khawatir dengan temuan beras yang dioplos dengan plastik. Hal tersebut terungkap setelah Dewi Setiani salah satu warga Bekasi mengunggah temuannya di media sosial instagram.
Bukan hanya Dewi, ratusan juta rakyat Indonesia juga was-was dengan beredarnya beras plastik. Apalagi beras merupakan kebutuhan pokok dan utama masyarakat.
-
Mengapa warga Bandung mengolah sampah plastik menjadi kerajinan? Upaya warga sendiri merupakan langkah preventif untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan berpotensi menumpuk hingga ribuan tahun.
-
Kapan borgol plastik diperkenalkan? Borgol plastik atau plastic cuffs diperkenalkan pada 1965.
-
Dimana sampah plastik yang dibakar dapat mencemari lingkungan? Partikel mikroplastik, logam berat, dan zat kimia beracun yang terlepas dari pembakaran sampah plastik dapat terbawa oleh angin atau air hujan dan mencemari sumber air, seperti sungai, danau, laut, dan air tanah.
-
Dimana sampah plastik ditemukan mengapung? Sampah plastik mengapung di Sungai Ciliwung, Kanal Banjir Barat, Jakarta, Rabu (20/12/2023).
-
Apa saja produk yang dibuat dari sampah plastik oleh warga Bandung? Beberapa produk yang dihasilkan rupanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti jam dinding hingga mainan wayang plastik. Sisi kreativitas ditampilkan sejumlah warga di Kota Bandung, Jawa Barat. Mereka mencoba menjawab permasalahan sampah plastik dengan menyulapnya menjadi kerajinan cantik dan unik.
-
Bagaimana sampah plastik dari supermarket dapat mencemari lingkungan? Banyak pembeli yang juga menggunakan kantong plastik untuk membawa barang-barang belanjaan mereka, menambah jumlah limbah plastik yang akhirnya sulit didaur ulang.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim sudah terlebih dulu mendapat laporan beredarnya beras plastik tersebut.
"Kita sebetulnya sudah lebih dulu mendapatkan laporan dari masyarakat," ujar Dirjen Standarisasi Perlindungan Konsumen Kemendag Widodo kepada wartawan di Kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (19/5).
Widodo mengaku mendapatkan laporan tersebut tiga hari sebelum temuan beras plastik ramai diperbincangkan. "Laporannya sekitar tiga harian sebelum ini nih, ramai dibicarakan," klaimnya.
Namun Widodo memilih mengunci rapat temuan tersebut dengan alibi tengah menelusuri kebenaran laporan tersebut.
"Tapi kita silent dulu karena memang sedang dicari ini awalnya dari mana. Biar tidak kabur orang (pelaku) nya," ungkapnya.
Kemendag mengaku belum menemukan langsung beras plastik. Baru sebatas informasi yang diperoleh dari dinas perdagangan Bekasi. "Kita sudah ke lapangan cuma kita belum dapat berasnya. Ini di kota bekasi yang didapat dinas perdagangan di sana."
Widodo menduga beras oplosan plastik itu berasal dari China. "Tapi ini sedang kita telusuri lagi," tandasnya.
Sebelumnya, Dewi Setiani, warga Bekasi, Jawa Barat merasa resah dengan beras yang dia beli Minggu (17/5) kemarin. Sebab, jenis beras yang dibeli berbeda dengan beras biasanya. Mulai dari bentuk, hingga rasa, beras ini lebih terasa seperti plastik.
Awalnya, Dewi membeli persediaan beras di Pasar Mutiara Gading Timur, Bekasi untuk diolah menjadi nasi uduk. Menurut pedagang, beras ini berasal dari Karawang dengan merek Straramos.
"Kemarin saya beli beras di pasar. Seperti biasa saya membeli beras ini kiloan dengan harga Rp 8000 per kilo. Tapi saat saya beli ini engga seperti beras yang saya konsumsi sebelumnya," terang Dewi ketika dihubungi merdeka.com, Senin (18/5).
Dugaan adanya beras palsu tersebut pun muncul ketika Dewi mengolah beras itu menjadi nasi uduk untuk dijual. Bahkan saat dia memasak untuk kedua kalinya untuk memastikan, hasilnya pun tetap sama.
"Berasnya jadi aneh dan rasanya juga enggak kayak nasi pada umumnya. Lebih terasa kayak plastik, karena sintesisnya berasa banget," imbuh Dewi.
Dengan adanya beras palsu ini, Dewi mengurungkan niatnya untuk menjual nasi uduk hari ini. Dia tidak untuk menukar beras tersebut dengan beras yang lain karena menurutnya hasilnya akan sama saja.
"Suami saya menyarankan untuk menukarnya dengan beras baru. Tapi percuma mungkin hasilnya akan sama saja. Insya Allah saya akan melaporkan ini ke YLKI, karena sangat merugikan. Semoga tidak menimpa pedagang lain," tutup Dewi
(mdk/noe)