Berdalih Rupiah terpuruk, realisasi pajak DJP Jateng II rendah
Kanwil DJP Jateng II ditarget penerimaan pajak Rp 10 triliun tahun ini.
Menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah dijadikan alasan rendahnya penerimaan pajak semester I 2015 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah (Kanwil DJP Jateng) II yang meliputi wilayah eks Karesidenan Surakarta, Kedu dan Banyumas.
Kepala Kanwil DJP Jawa Tengah II, Yoyok Setiotomo mengaku sudah memaksimalkan berbagai upaya untuk mencapai target. Salah satunya menggalakkan penagihan. Pihaknya ditargetkan mengumpulkan pendapatan pajak Rp 10 triliun.
-
Apa itu pajak? Pungutan Wajib KBBI mendefinisikan pajak sebagai pungutan wajib untuk penduduk kepada negara atas pendapatan, pemilikan, dan lainnya.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Bagaimana Pemkot Surakarta merelokasi Pasar Klitikan Notoharjo? Penghargaan itu diperoleh karena Pemkot Surakarta berhasil merelokasi pedagang di sana tanpa disertai kekerasan.
-
Kapan pajak anjing diterapkan di Indonesia? Aturan pajak untuk anjing pernah diterapkan di Indonesia, saat masa kolonialisme Belanda.
-
Dimana pajak anjing diterapkan di Indonesia? Kebijakan ini terdapat di banyak daerah seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Mojokerto.
-
Bagaimana rokok merusak paru-paru? Akumulasi zat-zat berbahaya dari asap rokok dalam jangka panjang menyebabkan iritasi dan peradangan kronis pada paru-paru, mengurangi kemampuan organ ini untuk bekerja dengan optimal.
"Tahun ini target kami naik cukup tinggi. Kalau tahun lalu yang hanya Rp 6 triliun," ujar Yoyok kepada wartawan, di kantornya, Senin (3/8).
Yoyok mengatakan, hingga akhr Juli pihaknya baru bisa mengumpulkan pajak perorangan dan badan sebesar 37 persen dari target. Padahal idealnya sudah 50 persen.
"Ada beberapa kendala yang membuat penerimaan pajak di semester pertama cukup rendah. Perlambatan pertumbuhan sektor riil menjadi salah satunya," ucapnya.
Perlambatan perekonomian yang terjadi akibat tingginya nilai tukar dolar, membuat ekonomi menjadi lesu. Kondisi itu berdampak langsung pada penerimaan pajak terutama pajak pertambahan nilai.
"Selain itu pencairan anggaran pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah saat ini lamban. Lebih dari separuh penerimaan pajak berasal dari berjalannya kegiatan dan proyek pemerintah," ucapnya.
Pihaknya berharap pencairan anggaran pemerintah semakin baik pada semester kedua tahun ini. Sektor pertanian juga diharapkan bisa menopang penghasilan pajak di paruh tahun terakhir ini. Namun demikian ada kendala alam yang tak bisa dihindari, yakni dampak dari El Nino.
"Musim kemarau yang diprediksi cukup panjang kemungkinan membuat produksi pertanian menurun, kecuali pertanian tembakau," katanya.
(mdk/noe)